Sinopsis Drama Special : Queen Of The Ring Episode 01



Content and Images By MBC



Adegan di mulai dengan kesibukan persiapan untuk fashion show. Seorang kru (pemeran Ji Sub di Romance Full of Life - Kang Ki Young) menemui para wanita yang akan bekerja dalam fashion show dan mengarahkan posisi mereka. Dia tersenyum senang menyapa para wanita tersebut.




Wanita pertama akan berdiri di sisi kanan panggung. Wanita kedua akan berdiri di meja acara. Wanita ketiga akan berdiri di pintu gerbang. Dan, untuk wanita terakhir, Mo Nan Hee, yang lebih pendek dari ketiga wanita lain dan berpenampilan biasa saja, membuat Kru tersebut bingung harus menempatkan dia dimana.



Kru tersebut belum memberitahu posisi Nan Hee nanti di acara, tetapi wanita pertama sudah memanggilnya dan bertanya apa yang harus mereka lakukan nanti. Kru tersebut memberitahu kalau mereka harus menampilkan senyum alami dan mengucapkan kalimat : “Halo, selamat datang di Barba Lee.” Ketiga wanita mengikuti gerakan yang di contohkan kru tersebut.



Nan Hee kemudian mengangkat tangannya dan bertanya dia harus berdiri dimana nanti? Kru tersebut melihat Nan Hee dengan seksama dan berkata kalau Nan Hee terlihat agak menakutkan dan memintanya untuk sedikit tersenyum. Nan Hee memberikan senyumnya tetapi malah terlihat aneh. Kru sampai bingung melihatnya.

Teman Kru tiba-tiba kemudian datang dan memberitahu dengan panik kalau team panggung mereka mengalami kecelakaan sehingga ketiga pekerja tidak bisa datang. Kru terlihat kesal dan berkata kalau mereka tidak bisa selesai tepat waktu hari ini, maka dia akan dipecat. Dan tanpa sengaja, mata Kru tersebut mengarah ke Nan Hee yang masih saja tersenyum aneh.


Kru mendekati Nan Hee dan menepuk pundaknya. Dia bertanya, “Anakku, kamu kuat?” Nan Hee masih dengan tetap mulut tersenyum balik bertanya, “Apa aku harus kuat untuk tersenyum?”


Dan … ternyata, Nan Hee bekerja menyiapkan panggung. Dia sedang memaku paku, sementara di belakang, kru tersebut sibuk berbicara kalau walaupun dia kehilangan tiga pekerja hari ini namun dia bertemu dengan Nan Hee. Dia bahkan bertanya apakah Nan Hee bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu dalam 15menit?


Nan Hee kesal dan menjawab dengan ketus kalau dia seharusnya menjadi penyambut tamu. Kru itu balas menjawab kalau impiannya adalah menjadi aktor. Dia kemudian berteriak kalau waktu tinggal 3menit lagi. Nan Hee terus memaku dengan kesal.


Di ruang tunggu untuk Woo Joo yang telah berubah menjadi ‘Show! Music Core’ Ruang Tunggu untuk I.Q.I. Di dalamnya, ada seorang pria, Park Se Gun dan seorang wanita.


Wanita itu bertanya apakah Se Gun merasa terintimidasi karena dirinya seorang selebritas? Atau karena dia kejam? Se Gun dengan tenang menjawab kalau dia tidak keberatan pacaran dengan selebritas dan juga wanita itu berkepribadian baik. Wanita itu menjadi kesal dan berteriak bertanya, jadi apa alasan Se Gun tidak menyukainya?

“Mari kita jujur saja. Kamu bukan tipe wanita cantik. Kamu hanya agak manis,”jawabnya.



Wanita itu terkejut mendengar jawaban Se Gun. Jadi Se Gun tidak menyukai wajahnya? Se Gun memandangi dari bawah sampai ke atas penampilan wanita itu dan menjawab kalau itu bukan hanya wajah wanita itu saja.

Wanita tersebut menjadi panas mendengarnya. Dia berkata kalau tidak ada satupun pria diluar sana yang mengatakan jelek. Se Gun tersenyum dan bertanya, “Apakah maksudmu aku yang pertama menunjukkan itu?” Wanita itu tidak percaya mendengarnya.  


Pintu ruang tunggu terbuka, dan sebuah tangan dengan ponsel masuk di celah pintu dan memotret ke dalam ruangan. Se Gun melihatnya dan menyuruh wanita itu untuk menampar wajahnya, seolah - olah wanita tersebut menolaknya. Wanita itu bingung mendengarnya. Se Gun menjelaskan, jika wanita itu tidak menamparnya maka orang-orang akan berkata “Anggota I.Q.I yang paling populer ditolak oleh orang biasa.”







Wanita tersebut menjadi kesal mendengar perkataan Se Gun dan menamparnya dengan kuat. Tetapi, Se Gun masih bisa tertawa. Wanita itu berteriak kalau Se Gun sungguh brengsek karena berani menolaknya. Se Gun tersenyum dan menjawab kalau wanita itu pasti sangat menyukainya. Dia pun pamit pergi kepada wanita itu. Sebelum keluar, dia memandang sepatu wanita itu dan menyuruhnya untuk memakai sepatu datar karena sebentar lagi akan hujan. Wanita itu semakin kesal mendengarnya.

Ma Deuk Chan, teman Se Gun, tidak percaya mendengar Se Gun baru saja menolak anggota paling populer dari grup terpopuler. Se Gun menjelaskan kalau setelah riasannya dihapus, wanita itu tidak akan berbeda dari para wanita diluar. Deuk Chan bertanya apakah ada gadis yang bisa memuaskan Se Gun? Se Gun menjawab dengan santai, entah dia bisa menemukannya atau tidak.



Deuk Chan dan Se Gun masuk ke dalam pertunjukkan fashion show Barba Lee. Mereka memandangi semua model yang berjala di catwalk. Deuk Chan merasa kagum dan berkata kalau mereka semua luar biasa. Deuk Chan bahkan bertanya akankah pakaian mereka ditampilkan di panggun peragaan? Se Gun tidak menjawabnya.



Pandangan Se Gun kemudian tertuju pada salah satu gaun peragaan. Dia menyukainya dan berkata kalau gaun itu adalah miliknya. Deuk Chan memandanginya dan bertanya mau diberikan kepada siapa gaun itu kali ini? Se Gun cuma tersenyum. Pandangannya kemudian melihat sesuatu. Dia segera berlari menuju panggung dan menyuruh Deuk Chan untuk duduk.  




Dibelakang panggung, Nan Hee sedang beristirahat. Dia melirik keluar dan melihat para wanita yang bersamanya tadi mengenakan seragam penyambut tamu dan sedang berbincang-bincang riang. Nan Hee menghela nafas panjang dan kembali bersandar ke papan. Dia mengeluh kalau dia mendapat 30dollar dengan memalu sampai tangannya sakit sementara yang lainnya mendapat 30dollar dengan mengatakan ‘Selamat datang.’ Dia bahkan jadi penasaran seberapa banyak bayaran para wanita tersebut, apakah 300 atau bahkan 3.000?



 Nan Hee kembali mengintip dan melihat para wanita penyambut tamu tadi sudah pergi. Nan Hee bersandar lagi dan berkata kepada dirinya sendiri kalau dia ke sini hanya karena Park Se Gun datang. Tapi dia bahkan tidak bisa menemukannya. Dan malah memalu sendirian di sini.




Acara di lanjutkan dengan ucapan terimakasih oleh Barba Lee. Nan Hee berdiri dan hendak beranjak pergi tetapi dia melihat sebuah papan yang bergoyang-goyang dan seperti akan terjatuh. Nan Hee hendak mengabaikannya tetapi papan tiba-tiba hendak terjatuh dan reflek Nan Hee berusaha menahan papan dengan tubuhnya.


Ponsel Nan Hee terjatuh. Dia berteriak bertanya apakah ada orang disana. Tetapi tidak ada jawaban. Kait pengait papan, ikut terlepas dan papan hampir jatuh menimpanya tetapi Se Gun tiba-tiba muncul dan membantu menahan papan dengan tubuhnya. Dia memberitahu Nan Hee kalau acara sudah sampai bagian penutup dan akan berakhir dalam tiga menit.



Nan Hee kaget melihat Se Gun berada di sampingnya. Tetapi, Se Gun bahkan tidak mengenali Nan Hee dan bertanya apa dia mengenalnya? Nan Hee menjawab kalau dia pernah melihat Se Gun di kelas menggambar di Universitas Moonsong. Papan yang di sandang Nan Hee tiba-tiba patah dan Se Gun segera memutar badannya ke depan Nan Hee dan menahan papan dengan tangannya.



“Lihat aku. Jika kamu menundukkan kepala, akan menjadi lebih sulit,” perintah Se Gun karena Nan Hee terus menunduk tidak bisa menatap wajah Se Gun.

Nan Hee dengan perlahan mengangkat wajahnya. Terdengar retakan kayu papan. Nan Hee panik dan meminta Se Gun untuk bicara. Se Gun bingung mau berkata apa dan mulai berbasa basi bertanya apakah Nan Hee pekerja paruh waktu di sini? Nan Hee membenarkan. Se Gun menegurnya bagaimana bisa Nan Hee bekerja seperti ini dan menyuruh Nan Hee untuk bekerja sebagai penerima tamu lain waktu, pekerjaan yang mudah. Nan Hee sedikit terkejut mendengarnya.

Nan Hee berkata kalau dia sudah mulai kelelahan dan Se Gun menyuruhnya untuk menopang dengan punggungnya. Nan Hee menjawab kalau punggungnya juga sudah mulai lelah. Se Gun menjawab kalau dia akan menopangnya. Nan Hee khawatir dan berkata kalau Se Gun juga pasti lelah. Se Gun menyakinkannya kalau mereka pasti bisa menahan papan tersebut.

“Para gadis cantik memberiku energi,” ujarnya sambil menatap Nan Hee. Nan Hee terperangah.



Acara sudah mulai selesai. Tinggal 10 detik lagi. Se Gun memberi arahan pada Nan Hee untuk berlari ke arah kanan dalam hitungan ketiga. Dan tepat pada hitungan ketiga, Se Gun menarik tubuh Nan Hee ke arah kanan. Dan papan pun tumbang ke arah depan. Suasana panggung menjadi panik.






Nan Hee jatuh ke dada Se Gun. Dia terus menatap Se Gun dan tidak bangkit hingga Se Gun memberitahunya kalau tangan Nan Hee berdarah. Nan Hee segera bangkit dan berkata lukanya bukan apa-apa. Dia menyeka darah di tangannya dan menutupnya dengan tangan satunya lagi. Dia berterimakasih pada Se Gun karena sudah membantunya. Se Gun balas berkata kalau dia yang seharusnya berterimakasih.


“Aku menunggu pertunjukan ini selesai agar bisa bicara dengan gadis itu. Sayang sekali jika dia meninggal sebelum aku bicara dengannya. Kamu menyelamatkannya,” ujar Se Gun. Dia menatap gadis itu, gadis model yang mengenakan gaun yang diinginkannya.

Nan Hee sedikit sedih mendengarnya dan bertanya, “Apakah itu untuknya?”

“Bukankah dia terlalu cantik untuk mati sia-sia?” jawab Se Gun. “Minta lebih banyak uang dari mereka. Suruh mereka membayar perawatanmu,” ujarnya dan beranjak pergi meninggalkan Nan Hee.





Nan Hee berdiri diam. Tampak kesedihan dimatanya. Dia melihat ke arah Se Gun yang pergi untuk berbicara dengan gadis itu. Dia menangis. “Hentikan itu. Jangan menangisi hal yang seperti ini,” ujar Nan Hee menguatkan dirinya sendiri. “Tidak ada yang merasa menyesal saat gadis jelek menangis.” Namun, air matanya terus keluar. Dia memandangi tangannya yang terluka.

Queen Of The Ring
Episode 01




Seorang wanita cantik berjalan di tengah kota dan semua pria memandang kagum padanya. Nan Hee berdiri di pinggir jalan. Di sebelahnya, terdapat karton bergambar model yang tersenyum cantik. Nan Hee melihatnya kesal dan beranjak pergi. Tetapi, di sebelahnya, lagi-lagi ada karton bergambar model yang cantik. Nan Hee perlahan berjalan menyingkir.

“Dunia ini dipenuhi gadis cantik,” narasi Nan Hee.

Flashback

Hari itu turun hujan. Dan seorang wanita dengan pria sedang berdiri di depan kedai bersama mahasiswa lainnya. Wanita itu bertanya kalau pria itu tinggal di Yongin, bukan? Dia meminta tolong pada pria itu untuk mengantar pulang Nan Hee.


Nan Hee keluar kedai dan mendengar pria itu menjawab kalau tidak akan terjadi apa-apa walaupun Nan Hee pulang sendiri. Nan Hee terlihat sedih mendengarnya.


Nan Hee memasang wajah ceria dan berteriak kepada teman-temannya kalau dia akan pulang duluan. Nan Hee segera berlari pulang dalam hujan dengan tas menjadi payungnya.

“Dan orang-orang hanya menyukai gadis cantik.”

Flashback END


Nan Hee dirumah sedang memandangi fotonya di komputer bersama para wanita cantik yang menjadi penyambut tamu. Dia terlihat paling pendek dan biasa saja di foto tersebut. Nan Hee menghela nafas.


Dia menyalakan pentab dan mulai mengedit foto dirinya menjadi cantik dan tinggi. Dia berharap bisa melakukan hal itu pada tubuh sebenarnya dan bukan hanya dalam foto.

“Dunia yang tidak adil ini hanya menyukai gadis-gadis cantik. Masalahnya adalah, aku juga menyukai hal-hal yang cantik.”

Nan Hee tersenyum puas melihat hasil edit fotonya.

Flashback

6bulan yang lalu…

Nan Hee masuk ke kelas menggambar. Temannya, Pi On Hwa, memberitahu kalau dia sudah menyisakan kursi untuk Nan Hee. Kursi yang ada botol birunya. Nan Hee berterimakasih dengan menunjukkan jempolnya.

Nan Hee menuju kursi yang diberitahu oleh On Hwa, tetapi anehnya, ada orang lain di sana yang duduk dengan memakai hoodie. Nan Hee melihat sekeliling dan yakin kalau itu adalah tempatnya.



Dia menunduk dan berbisik kepada orang yang duduk di tempatnya, kalau kursi itu miliknya. Orang itu menggeser sedikit dan menyisakan separuh tempat duduk. Nan Hee bingung melihatnya. Orang itu langsung menarik Nan Hee duduk. Dia meminta berbagi kursi dan duduk dengan Nan Hee sebentar.



Orang itu berbalik menatap Nan Hee. Dia adalah Se Gun. Nan Hee terpesona melihat wajah Se Gun.

Dosen masuk. Dia mulai mengajar mengenai Da Vinci. Nan Hee berkata kepada Se Gun kalau mereka tidak bisa menggambar jika duduk seperti ini. Dia bahkan bertanya apakah dia yakin mengikuti kelas ini? Hal ini karena Nan Hee belum pernah melihat Se Gun.


Se Gun berbalik menatap Nan Hee. Dia menghembuskan nafasnya ke muka Nan Hee dan bertanya apakah nafasnya tercium seperti alkohol? Nan Hee yang polos malah kaget dan bertanya apakah dia habis minum? Kenapa minum sepagi ini? Se Gun menjawab kalau dia gugup.



Dosen kemudian bertanya ke arah Se Gun apa kita bisa mulai? Se Gun bangkit dan meminta Nan Hee untuk membuat lukisan yang bagus. Se Gun membuka hoodienya dan maju ke depan.

Dia berpose di depan kelas. Nan Hee sedikit terkesima melihatnya. Dia mulai melukis Se Gun.


Kelas sudah selesai. Nan Hee memandangi lukisan Se Gun yang di buatnya.

“Hal-hal cantik yang selalu benar.”


Se Gun muncul di belakang Nan Hee dan melihat lukisan Nan Hee. Dia memujinya cantik. Nan Hee terkejut dan menoleh ke samping. Lebih terkejut lagi ketika melihat kalau itu Se Gun.

“Hal-hal yang cantik selalu membuat jantungmu berdebar.”

Flashback END





Nan Hee mengeluarkan cutter-nya. Dia bersiap merobek lukisan Se Gun yang dulu di gambarnya. Dia teringat ucapan Se Gun yang berkata, “Bukankah dia terlalu cantik untuk mati dengan sia-sia?”



Nan Hee menatap lukisan Se Gun dan berkata kalau Se Gun tidak cantik, jadi, setidaknya jangan bodoh. Kamu merobek hatiku. Aku juga bisa memotongmu. Nan Hee bersiap memotong lukisannya tetap dia tidak sanggup. Nan Hee menarik nafas dan mulai berteriak kalau ini semua adalah salah ibunya.



Nan Hee keluar kamar dan berlari ke halaman rumah. Di halaman rumahnya, terdapat banyak jemuran (author juga tidak tahu itu apa) dan gentong kedelai. Rumah Nan Hee adalah tempat ahli kedelai fermentasi.

Ayah Nan Hee, Joong Hun, sedang menyuapi istrinya, Je Hwa, kedelai fermentasi. Nan Hee membuka pintu depan dengan kemarahan dan berteriak.

“Moon Je Hwa! Wanita Kedelai Fermentasi!” teriak Nan Hee ke Ibunya dan berjalan ke arahnya.



Nan Hee menatap Ayahnya dan merasa silau dengan sinar kegantengan Ayahnya. Ayah melihat Nan Hee yang membawa cutter dan meminta Nan Hee untuk tidak melakukannya.

“Apa? Ayah pikir aku akan bunuh diri? Ayah pikir pisau tipis ini bisa menembus kulit tebalku?”

“Apakah kamu ingin pisau dapur saja?” tanya Ibu.

Nan Hee mengarahkan pisau cutter ke arah Ibu, “Beri aku uang saja.”

Ibu bertanya untuk apa? Dan Nan Hee berkata untuk operasi plastik. Matanya terlihat serius. Ibu menatap Ayah dan memintanya untuk meminjamkan 35.000 dollar untuk Nan Hee. Dan dia akan menjual ginjalnya.

“Nan Hee. Kenapa kamu membuat ibumu yang cantik mengatakan hal buruk?” marah Ayah.

“Jika Ayah tidak punya uang, seharusnya Ayah membuatku terlihat seperti Song Hye Kyo,” marah Nan Hee.

“Jika ibuku membuat Ibu mirip Kim Hee Ae, kamu juga tidak akan terlihat seperti itu!” marah Ibu.

“Beberapa gadis semakin mirip ayahnya saat mereka semakin dewasa. Kenapa aku terus saja semakin terlihat seperti Ibu? Kenapa semua wanita di keluarga kita terlihat seperti ini?”

“Kamu baru saja menghina nenekmu? Benarkah?” marah Ibu. Ibu terlihat kecewa mendengarnya. Ayah berusaha menenangkannya. Ayah memuji kalau Ibu cantik dan memintanya bersabar.

Nan Hee terlihat kesal melihatnya dan berkata, “Ajari aku rahasia Ibu. Aku menatap gambar Se Gun seharian. Bagaimana Ibu bisa hidup bahagia dengan suami berwajah tampan? Lenganku terluka saat membantu orang lain menemukan cinta mereka. Bagaimana Ibu bisa menerima begitu banyak cinta dengan gen ini? Tolong ajari aku rahasia Ibu!” teriak Nan Hee sedih. Ayah memanggil Nan Hee menenangkan. Ibu terlihat sedih mendengar perkataan Nan Hee dan menyuruhnya untuk pulang lebih awal nanti. Ayah mempapah Ibu masuk ke dalam rumah.



Ibu berbalik dan menatap punggung Nan Hee. Dia berkata, “Ibu. Kurasa waktunya sudah tiba.” Ibu memegang cincin emas di jarinya. Nan Hee masih berdiri dengan kemarahan di benaknya.

Universitas Moonsong




Nan Hee memberikan resume untuk melamar di sebuah minimarket. Pemilik menatapnya dan terlihat malas. Dia berkata nantik dia akan menghubungi Nan Hee dan beranjak pergi tanpa mengambil resume Nan Hee. Nan Hee memanggilnya dan memberikan resume-nya. Dia berkata kepada pemilik kalau dia pasti membutuhkan resume-nya jika ingin menelpon dirinya. Pemiliki mengerti dan segera pergi.


Seorang pria, berdiri dibelakang Nan Hee dan memberitahu kalau Nan Hee pasti tidak akan dipanggil. Dia adalah Byun Tae Hyun. Byun Tae menunjuk lowongan pekerjaan yang di tempel di depan minimarket yang salah satu kriteria-nya, ‘Silahkan melamar hanya jika Anda percaya diri dengan penampilan Anda.’


“Kamu tidak menghitung belanjaan dengan wajahmu,”jawab Nan Hee kesal.

“Tapi wajahlah yang meningkatkan penjualan,” jawab Byun Tae tersenyum.

Nan Hee jadi semakin kesal mendengarnya. Nan Hee memilih untuk masuk minimarket dan berbelanja. Tetapi, Byun Tae mengikutinya dan bertanya kepada Nan Hee apakah mereka harus mengadakan reuni TK Seulgi mereka di Paris?

“Mi Joo bilang kita bisa datang ke Paris dan tinggal bersamanya. Bagaimana menurutmu?” tanya Byun Tae.

“Aku tidak punya uang untuk ke Paris. Bekerja paruh waktu saja tidak bisa,” jawab Nan Hee malas. “Kenapa dia mengirimimu pesan secara terpisah alih-alih melakukan itu di ruang obrolan grup?” tanya Nan Hee. Tapi, Byun Tae juga tidak tahu.



Nan Hee mau membeli kimbap ikan tuna dan mayone tetapi sudah habis. Dia terlihat kesal. Di belakangnya, Byun Tae tersenyum. Dia kemudian mengeluarkan tangannya dan terlihat ada kimbap yang diinginkan Nan Hee. Nan Hee tersenyum senang dan memuji Byun Tae adalah yang terbaik.

Tetapi… Byun Tae malah memakan kimbap itu sendiri. Nan Hee kesal dan hendak memukulnya. Byun Tae menghindar.

Byuntae berarti ‘otak mesum’. Namaku Byun Tae Hyun!” protesnya.


Nan Hee hendak mengejarnya dan Byun Tae mengeluarkan kimbap-nya satu lagi. Dia berkata itu milik Nan Hee dan memberikannya pada Nan Hee. Senyum Nan Hee terkembang.


Di “Klub Mode. Panggung Peragaan Busana”. Se Gun sedang merias manekin dengan baju karya-nya. Deuk Chan mengomentari untuk apa Se Gun berusaha keras padahal masih belum babak penyisihan?

“Ada orang penting yang datang ke peragaan busana,” jawab Se Gun.

“Gadis I.Q.I yang kamu sukai itu? Pramugari yang kamu temui tahun lalu?”

“Ada seseorang yang jauh lebih penting.”

Deuk Chan terkejut dan bertanya apakah model yang tadi malam? Dia bertanya seberapa jauh mereka sudah pergi? Dan apakah model itu cantik? Se Gun menjawab kalau mereka sudah ke rumah karena Se Gun mengantarnya pulang dan model itu tidak terlalu cantik jika dilihat dari dekat.  

Deuk Chan menatap Se Gun dari atas sampai bawah. Dia bertanya apakah Se Gun masih perjaka? Se Gun terkejut mendengar pertanyaan itu dan hendak menutup mulut Deuk Chan. Deuk Chan terkejut melihat reaksi Se Gun yang berarti masih perjaka. Dan pembicaraan mengarah ke arah dewasa.

Se Gun menjelaskan kalau masalahnya adalah mereka terlihat cantik tetapi saat mereka menyukainya, Se Gun jadi merasa muak pada mereka. Deuk Chan tidak percaya mendengar alasan aneh Se Gun.




Deuk Chan bertanya apakah ada gadis yang tidak menyukai Se Gun? Se Gun menjawab ada satu gadis. Dia mengingat seorang gadis bergaun putih dan berambut panjang.

“Aku melihat dia sebentar di Namsan eman bulan yang lalu. Dia gadis impianku, aku akan menang di peragaan busana jika dia menjadi modelku.”

“Coba hubungi dia.”

“Ada alasan kenapa aku tidak bisa menghubunginya.”

“Tapi apakah kamu pikir kamu tidak akan muak kepadanya?”

”Jika dia datang, akan kupastika dia terpikat olehku dan tidak bisa melepaskan diri,” ujar Se Gun penuh semangat sambil menancap jarum ke manekin dengan kuat.


Nan Hee pulang ke rumah. Di depan pintu, Ibu sudah menunggunya hingga membuat Nan Hee kaget. Ibu menarik tangan Nan Hee dan mengajaknya ke kamar Nan Hee. Tetapi, Ibu menariknya ke arah lain dan bukan ke kamarnya sampai Nan Hee bingung.

“Kamar Kedelai Fermentasi. Diamlah! Sedang dimatangkan”

Di dalam ruangan, Ibu berbicara dengan serius.

“Mo Nan Hee. Putri Ibu yang cantik.”

“Ibu punya anak perempuan lain?” tanya Nan Hee.

“Ibu rasa ini sudah waktunya menurunkannya kepadamu.”

“Aku tidak menginginkan apapun lagi yang di turunkan dari Ibu,” jawab Nan Hee.

“Ada rahasian yang diwariskan dari generasi ke generasi di antara para wanita di keluarga kita.”

“Jangan bilang kita juga punya penyakit keturunan.”

“Jangan terkejut,” ujar Ibu dan menunjukkan cincinnya, “Ini Cincin Kuasa.”

Nan Hee terlihat terkejut melihatnya dan merasa aneh dengan sikap Ibu.

“Jika pria yang kamu suka memasang cincin ini di jarimu, dia akan melihatmu sebagai gadis impiannya,” jelas Ibu.





Nan Hee merasa ibunya menderita gangguan delusi dan ingin mewariskan hal itu padanya. Nan Hee segera beranjak pergi. Ibu duduk menunggu dengan tenang. Tidak lama kemudian, Nan Hee kembali masuk dan duduk dihadapan ibu. Dia berkata kalau berkhayal dan merasa cantik itu lebih baik dari hidupnya sekarang.

“Ibu sudah tahu kamu tidak akan memercayai Ibu,” ujar Ibu.




Ibu mengeluarkan sebuah album dari keturunan mereka dan memperlihatkannya pada nan Hee. Di semua foto, para wanita selalu tidak menarik dan jelek tetapi pria-nya selalu tampan. Nan Hee terkejut mendengarnya.


Ibu menjelaskan kalau itu semua karena Cincin Kuasa. Nan Hee terkejut dan bertanya kalau begitu Ayah dan Ibu juga? Ibu membuka sebuah halaman dari album yang memperlihatkan foto pernikahannya. Ibu membenarkan kalau Ayahnya melihat Ibu lebih cantik dari para aktris di TV Nan Hee kaget.


Nan Hee berputar-putar dan tidak percaya. Tapi, dia kemudian duduk lagi dan memastikan kehebatan cincin tersebut.

“Ibu bilang jika aku memakai cincin ini, dia akan melihatku sebagai gadis impiannya selamanya?”

Ibu mengangguk, “Tapi kamu harus tetap memakai cincin ini setiap kali kamu bersamanya.”

“Jika tidak?”

“Dia akan melihat wajah aslimu.”

“Berarti aku bisa minta pria manapun untuk memakaikan cincin ini. Lalu setiap pria akan melihatku sebagai gadis impian mereka.”

“Itu sebuah anugerah, tapi juga kutukan. Ibu lupa memberitahumu tentang nenek dari nenek buyutmu.”

Flashback


Di zaman kerajaan, seorang wanita di ikat dari empat arah. Ratu memerintahkan para pengawal dan prajurit untuk memulainya. Semua pria mulai menarik tali dari empat arah. Wanita itu terangkat ke atas dan berteriak kesakitan.

“Dia menikahi Raja, tapi dia diseret ke dalam konspirasi dan di eksekusi,” jelas Ibu.

Wanita itu meninggal.

Flashback END



Ibu memberikan cincinnya pada Nan Hee dan memintanya untuk membawa cincin pulang sebelum jam 7malam karena Ayahnya pulang jam 7malam. Atau jika tidak, Ibu yang akan di eksekusi.

Nan Hee melihatnya. Dia terlihat ragu tetapi tetap memakainya di jarinya.


Di kampus, Nan Hee bingung mau bagaimana dia menyuruh Se Gun memakaikan cincin itu ke jarinya. Se Gun keluar dari sebuah kelas dan Nan Hee memanggilnya. Se Gun mengingat Nan Hee sebagai ‘gadis itu.’ Nan Hee kecewa karena di ingat sebagai ‘Gadis itu’ tetapi dia tetap memberanikan diri mengajak Se Gun untuk mentraktirnya minum.


“Aku bukan tipe pria yang minum dengan sembarang gadis.”

“Aku bukan ‘Sembarang gadis.’”
“Benarkah?”

“Akan ada gadis lain juga di sana.”

“Siapa?”

“Hmmm… dia lebih cantik dari Suzy dan menggairahkan. Dia punya bokong besar dan kaki sampai ke sini (menunjuk ke dadany). Sikunya seputih susu. Tumitnya lembut seperti roti kukus dan cantik dari kepala sampai kaki.”


Dan, mereka berdua sudah ada di sebuah cafe. Para pengunjung cafe mengenal Se Gun sebagai pria yang menolak anggota I.Q.I. Mereka juga bertanya-tanya siapa Nan Hee dan tidak mungkin pacarnya.

Se Gun terlihat tidak nyaman. Se Gun kemudian berkata kalau orang-orang terus menatap mereka, bukan? Menurutmu apa penyebabnya? Nan Hee sedikit bingung mendengar pertanyaan Se Gun.



“Kenapa orang sesempurna aku berada di sini denganmu? Jawab pertanyaan itu dengan cepat.”

“Ahh… Kenapa dia lama sekali?” ujar Nan Hee pura-pura akting. Dia mengambil ponselnya dan mulai berpura-pura mengirim pesan Line kepada temannya yang di janjikannya pada Se Gun padahal dia mengetik huruf asal dan mengirimnya pada Ibu. “Dia akan tiba 10menit lagi.”

“Akan kubunuh kamu jika berbohong.”


Nan Hee tertawa dan berkata dia tidak akan berbohong. Dia kemudian mengeluarkan
Soju kantong teh dan membuatkannya untuk Se Gun. Se Gun meminumnya dan terkejut dengan rasanya yang enak.

Se Gun mulai berkata kalau Nan Hee saja yang mentraktir karena sudah pasti dapat ganti rugi untuk cederanya. Nan Hee berkata kalau dia hanya di bayar 30dollar. Se Gun bertanya kenapa?

“Mereka bilang aku harus dibayar oleh agensi yang mengutusku. Tapi agensiku bilang aku menyimpang dari tugasku sebagai penyambut.”

“Berari seharusnya kamu menyambut, bukan memalu paku.”

“Katanya dia akan kehilangan pekerjaan.”

Se Gun menghela nafas dan bertanya apa dia bebal atau bodoh? Padahal dia sudah membangun panggung dan terluka tapi hanya di bayar 30dollar dan masih saja memikirkan orang lain.

“Aku kuat. Sekalian saja aku menggunakannya. Dia tidak dipecat dan aku menyelamatkan model-model cantik. Hidupku selalu berada di belakang panggung.”

“Belakang panggung?”


“Ada orang seperti kamu yang selalu ada di atas panggung, tapi ada orang yang selalu berada di belakang panggung seperti aku. Menurumu kenapa aku membuat soju yang rasanya enak? Saat aku melihat orang lain berpasangan saat kencan bersama dan bersama dengan mereka sampai pukul 3.00, inilah temanku satu-satunya. Tapi kamu tahu? Para gadis selalu mengajakku saat menemui pria. Mereka butuh gadis seperti aku menyiapkan belakang panggung agar mereka terlihat cantik.”

Se Gun menatapnya sedih. Dia menyuruh Nan Hee untuk jangan terlalu jujur karena akan aneh jika dia mengasihaninya tetapi terlalu canggung untuk menghiburnya. Nan Hee berkata kalau dia tidak melakukan ini di depan orang lain dan hanya di depan Se Gun saja.

“Kenapa?”

“Karena aku akan menghilang.” Se Gun menatapnya. Nan Hee melanjutkan. “Wanita jelek, kuat, dan tidak populer ini akan hilang dari pandanganmu setelah ini.”

Nan Hee dan Se Gun saling menatap. Se Gun meneguk sojunya dan bertanya apakah Nan Hee akan melakukan sulap?

“Dan jika itu benar?” ujar Nan Hee dan memperlihatkan sebuah cincin. Se Gun meraihnya dan menatanya. Nan Hee memintanya memasukkan cincin itu di jarinya.



Nan Hee berkata kalau dia akan menunjukkan sebuah sulap dan memaksa Se Gun untuk memasangnya. Se Gun menurut dan memasangkan cincin itu. Mereka saling menatap.

Post a Comment

Previous Post Next Post