Sinopsis Drama Korea : DUEL Episode 12 - 2



Images by : OCN
Televisi di ruang tamu Sung Hoon menyiarkan berita mengenai CEO Park San Young dari perusahaan Farmasi Sanyoung yang sudah sadarkan diri setelah mendapatkan pengobatan sel punca yang mereka kembangkan. Sung Hoon tersenyum sinis karena akhirnya Park San Young sadar juga.
Ji Eun dalam perjalanan ke RS dan dia berusaha menghubungi Dir. Han tetapi tidak di angkat juga. Ji Eun akhirnya meninggalkan pesan suara pada dir. Han untuk menghubunginya dan melaporkan mengenai perkembangan Soo Yeon (karena Soo Yeon juga menjalani pengobatan sel punca sama seperti ayahnya dan dia ingin tahu bagaimana perkembangan Soo Yeon).
Ji Eun masuk ke kamar rawat ayahnya dan dia sedikit terkejut karena dir. Han juga ada disana. Ji Eun berusaha bersikap ceria dan menyapa ayahnya. Tetapi, Ketua Park tidak suka mendengar suara Ji Eun. Dia menutup dokumen yang sedang di bacanya dan itu adalah laporan perkembangan Soo Yeon. Ji Eun terkejut mendengarnya.
“Jang Soo Yeon, yang mendapat vaksin sebelum Ayah, terkena tumor. Selain itu, tumornya menyebar ke seluruh tubuh termasuk paru-paru dan hati,” beritahu Ketua Park dengan amarah tertahan. “Karena tidak ada obatnya, dia akan mati dalam satu bulan!” teriak Ketua Park.
“Apakah ada efek samping?” tanya Ji Eun, berusaha mengontrol ketakutannya.
“Orang yang bersikeras Ayah mendapatkan vaksin sel punca adalah kamu, bukan?”
“Ayah… aku sungguh tidak tahu. Aku… aku hanya ingin menyelamatkan Ayah. Maafkan aku, Ayah. Tolong maafkan aku,” pinta Ji Eun. “Aku sungguh tidak tahu. Aku tidak tahu.”
Ketua meraih tangan Ji Eun dan berkata kalau dia mengerti. Ji Eun lega mendengarnya. Ji Eun bertanya memastikan kalau Ayah pasti memaafkannya kan?
“Tidak!” tegas Ketua Park, “Ayah tidak bisa memaafkanmu sekarang. Kamu harus temukan vaksin aslinya. Itu satu-satunya cara Ayah bisa memaafkanmu.”
Ji Eun menelan ludah penuh ketakutan.
“Kamu menahan Lee Sung Hoon setelah dia kabur. Sung Hoon tahu dimana vaksin aslinya,” ujar Ketua Park. Ji Eun terkejut mendengarnya dan menatap dir. Han, dia tahu kalau dir. Han pasti yang memberitahukan hal tersebut. “Bawa Sung Hoon kepada Ayah sekarang,” perintah Ketua Park.
Ji Eun sudah berada di dalam mobil bersama dengan dir. Han. Dia memberitahu kekecewaannya pada dir. Han tetapi dir. Han dengan tegas memberitahu kalau dari awal dia bekerja untuk Ketua Park. Dan selama ini, dia menuruti perintah Ji Eun karena Ji Eun lebih berinisiatif untuk menyelamatkan Ketua Park dibandingkan dengan oppa. Ji Eun benar-benar kecewa dan menyuruh dir. Han untuk dari mobilnya sekarang.
Ji Eun bahkan menyuruh supir untuk pergi karena dia sendiri yang akan menyetir.
Dan apa yang membuat Ji Eun sangat marah dan kesal?
Oppa datang menemui Ketua karena disuruh. Dan Ketua Park membuat keputusan kalau semua saham-nya akan dia wariskan pada orang yang bisa menyelamatkannya. Temukan vaksin yang tepat!
Oppa sendiri tidak merasa gentar dengan perkataan Ketua dan pamit pergi duluan. Setelah oppa pergi, Ji Eun segera protes pada ayahnya kalau dia lah yang selama ini berusaha menyelamatkan ayahnya sementara oppa hanya sibuk mengurusi perusahaan dan tidak peduli pada ayah.
“Bukankah aku yang seharusnya menjadi penerus?” tanya Ji Eun.
“Putriku sayang, ayah akan membelikanmu sepatu, tas dan pakaian yang kamu inginkan.  Ayah akan membelikan semuanya untukmu. Namun, perusahaan bukan mainanmu!” tegas Ketua Park.
Ji Eun berteriak frustasi mengingat hal itu. Dia akhirnya memutuskan untuk menyerahkan Sung Hoon pada ayahnya agar ayah mengubah keputusannya.
Deuk Cheon dan Mi Rae memberitahu hasil pertemuannya dengan Hye Jin pada Sung Joon dan Ik Hong. Mereka tidak mendapatkan informasi apapun. Deuk Cheon sendiri memperhatikan Sung Joon dan teringat informasi dari Mi Rae kalau kondisi semua organ Sung Joon sama seperti orang tua.
Semua merasa lemas karena tidak menemukan apapun. Deuk Cheon segera menyemangati mereka karena ini hanya permulaan. Mereka pasti bisa menemukannya. Semua mulai terbangkitkan kembali semangatnya.

Sung Hoon minum dengan santai dirumahnya. Ji Eun datang menemuinya dan langsung protes karena Sung Hoon tidak mengangkat telponnya. Sung Hoon hanya menanggapi dengan santai dan bertanya bagaimana Ji Eun bisa masuk ke dalam rumahnya. Ji Eun menunjukkan kunci di tangannya dan mengingatkan kalau dialah yang memberikan rumah ini pada Sung Hoon.
Mereka saling berdebat sesaat hingga Ji Eun menyuruh Sung Hoon untuk segera bersiap karena mereka harus pergi sekarang juga. Dan Sung Hoon bisa menebak kalau pasti Ketua Park kini sedang mencarinya.
“Pria tamak tua itu. Dia mungkin mencari vaksin begitu dia sadar. Bukankah itu sebabnya kau kesini?”
Ji Eun berusaha membantah hal itu. Tetapi, Sung Hoon memberitahu kalau dia sudah tahu kalau Ji Eun adalah putri dari Park San Young sejak dulu.
“Jika kamu sudah lama mengetahuinya, kenapa kamu bekerja untukku?” tanya Ji Eun heran. “Aku putri Pimpinan Sanyoung yang ingin kamu balas dendam.”
“Aku tidak pernah bekerja untukmu. Aku memanfaatkanmu,” tegas Sung Hoon. “Aku membutuhkan uangmu, dan aku membutuhkan suntikan yang kamu berikan kepadaku. Jangan cemas, terus sediakan aku uang dan suntikannya dan aku akan membiarkanmu hidup.”
Ji Eun benar-benar ketakutan, “Jadi, kamu akan menyakiti orang lain?”
“Kenapa? Kamu senang? Itu yang kalian lakukan. Kamu, ayahmu dan kakakmu adalah orang yang bertarung untuk mengambil alih perusahaan.”
“Kamu tidak tahu apa-apa,” bantah Ji Eun, “Kita ada dihutan. Kita semua memiliki cara untuk bertahan hidup. Kartu terbaik yang kumiliki adalah kamu, Sung Hoon. Kamu harus kabur, atau ayahku akan merampasmu dariku. Aku akan tetap memberikanmu uang dan suntikan seperti katamu, jadi, ayo pergi,” ajak Ji Eun.
Tetapi, Sung Hoon tidak mau. Dia memiliki rencana lain dan dia juga akan segera menemui Ketua Park.
Ji Eun pergi dari rumah Sung Hoon dengan banyak ketakutan dan kecemasan. Dia hendak menghubungi dir. Han dan ayahnya untuk melaporkan hal ini tetapi dia mengurungkannya.
Deuk Cheon membawa Mi Rae, Ik Hong dan Sung Joon ke rumahnya. Mereka melihat-lihat rumah Deuk Cheon yang kecil dan merasa kalau rumah itu sangat nyaman. Sementara, Deuk Cheon menyiapkan barang-barang Soo Yeon yang akan dibawanya ke RS.
Selesai berberes, Ik Hong menawarkan diri untuk mengantar Deuk Cheon ke RS. Deuk Cheon berterimakasih atas bantuannya. Tidak lama, ponselnya berbunyi. Telepon dari Hyung Shik yang melaporkan kalau ada catatan Jung Sook pernah menemui seorang pria bernama Kang Kyung Hoon dan berusia sama dengan Ryu Jung Sook. Mereka sangat sering berhubungan hingga tahun 1991. Pria itu dari kampung halaman Jung Sook dan mereka juga tinggal tidak jauh setelah pindah ke Seoul. Dan juga menurut catatan rumah sakit yang ditemukan, Jung Sook dibawa ke RS saat dia hamil dan kontak daruratnya adalah Kang Kyung Hoon.
“Bukankah itu berarti dia mungkin ayah dari anaknya?” tanya Deuk Cheon.
Mi Rae yang berada tidak jauh dari sana, tercengang mendengar hal itu. “Apa mereka menemukan ayahku?” tanyanya penuh harap. “Apakah dia masih hidup.”
Deuk Cheon segera menjelaskan kalau itu belum jelas dan masih kemungkinan. Deuk Cheon juga segera meminta pada Hyung Shik agar mengirimkan nomor pria Kyung Hoon sekarang.
Selesai Deuk Cheon berbicara dengan Hyung Shik, Mi Rae segera meminta izin untuk menemui pria itu juga karena ingin memastikan apakah pria itu ayahnya.
Sekarang, Mi Rae, Deuk Cheon dan Sung Joon sudah berada di sebuah cafe. Mereka sudah menghubungi Kyung Hoon dan meminta bertemu.

Tidak lama, seorang pria masuk ke dalam kafe dan menyapa mereka. Mi Rae menatapnya dalam-dalam. Deuk Cheon segera menjelaskan kalau mereka ingin bertanya tentang Jung Sook dan Deuk Cheon juga mengenalkan Mi Rae dan Sung Joon sebagai rekannya. Pria itu mengerti dan mulai menjelaskan.
“Kami adalah teman dekat. Aku memiliki dua teman yang selalu bersama denganku, dan salah satunya adalah Jung Sook. Dia gadis yang sangat tegas dan cerdas. Dia juga yang paling pintar di antara kami,” jelas Kyung Hoon.
Ketua berada diruang rawatnya dan hendak tidur. Tetapi, tiba-tiab, pintu kamarnya terbuka. Ketua segera bangkit dengan panik dan memakai kacamatanya. Dia terkejut melihat orang yang masuk ke kamarnya adalah Sung Hoon, yang berawajah mirip dr. Lee Yong Sup.
“Kamu tidak boleh kebingungan juga. Maka kamu sama saja dengan Choi Joo Shik atau Park Dong Seul,” ujar Sung Hoon dingin.
“Kamu pasti Lee Sung Hoon. Kenapa kamu disini?”
Sung Hoon tersenyum sinis dan mengingatkan kalau Ketua lah yang ingin menemuinya, bukan? Ketua membenarkan tetapi dia tidak menyangka kalau Sung Hoon akan menemuinya sendiri seperti ini. Sung Hoon tidak menanggapi dan mengeluarkan pistolnya. Dia menondongkan pistol itu ke kepala Ketua Park.
“Kamu ingin membunuhku?” tanya Ketua Park masih berusaha untuk tenang.
“Kenapa? Aku tidak bisa? Kamu menciptakan manusia sesukamu. Kamu melakukan eksperimen apapun keadaannya. Jika kamu bisa memperlakukan orang seperti itu, aku juga bisa memperlakukanmu seperti itu. Aku bisa membunuhmu.”
Ketua sedikit gemetar mendengarnya. “Aku mengerti keinginanmu untuk membalas dendam. Namun, pertanyaanku adalah kenapa membunuhku sekarang? Aku sudah dirawat di rumah sakit selama dua tahun terakhir. Kenapa kamu tidak melakukannya saat itu. Kenapa sekarang?”
Sung Hoon tersenyum, “Tidak menyenangkan membunuh seseorang yang tidak sadarkan diri. Lagipula, aku ada pertanyaan yang ingin kutanyakan kepadammu.”
Sung  Hoon menarik pelatuk dan mendekatkan pistol, “Kenapa kamu menciptakanku?”


Post a Comment

Previous Post Next Post