Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 15 - 1


Content and Images by OneHD


Dengan rasa cemburu dan kebencian yang amat besar. Dear berteriak pada Pim,”Aku dan Kawin adalah suami-istri! Kami saling mencintai!”


“Jadi yang terjadi selama ini adalah ulah kamu?!” kata Pim dengan suara bergetar, syok.

“Kamu menjadi lebih pintar sekarang, ya. Tapi sudah telat. Sejujurnya, aku ingin memberi kamu pilihan. Kamu mau mati langsung? Atau kamu mau seperti teman kamu? Hah?! Seperti nya itu ide yang bagus. Untuk seseorang yang suka mencuri barang orang lain!” kata Dear dengan nada mengancam. Kilat pun bercahaya dan langit juga sedang bergemuruh.

“Jadi alasan Nam seperti ini adalah karena kamu?!” kata Pim, tapi Dear malah menertawainya, lalu Pim pun melanjutkan,”Aku tidak pernah mengira kamu akan seperti ini!”

Karena emosi oleh sikap Dear, dengan sekuat tenaga Pim melepaskan tangannya yang ditahan dan menampar Dear. Tapi dengan sigap juga, para anak buah Dear, menahan tangan Pim lagi. Dan hujan pun turun dengan derasnya kemudian.

“Lepaskan aku brengsek! Kamu Iblis! Bagaimana kamu bisa melakukan itu kepada temanku?!” teriak Pim, marah kepada Dear.

Lalu Dear mendekati Pim dan balas menampar Pim. Lalu ia mengeluarkan pistol dan mengarahkan pada Pim,”Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini, Pimdao. Kamu harus berterimakasih padaku, karena aku membiarkan kamu mati dengan nyaman. Dan tidak seperti teman kamu!”

Pim pun tidak tahan lagi dan dengan lebih kuat, ia melepaskan dirinya dari para anak buah Pim dan langsung bergerak menahan Dear. Pim mengancam para anak buah Dear untuk tidak mendekatinya, karena jika tidak ia akan menembaknya. Mendengar itu para anak buah Dear pun menjadi ragu untuk mendekat, sedangkan Dear sendiri malah tersenyum tanpa merasa takut sedikit pun.

“Tembak!” teriak Dear pada anak2 buahnya. Mendengar itu, Pim segera memukul jatuh Dear dan lari untuk bersembunyi. Dan para anak2 buah Dear pun segera ikut berlari untuk mengejar Pim.


Saat sampai dirumah sakit. Jade sudah tidak sadarkan diri lagi. Dan Gun berserta Wit terus berteriak, meminta Jade untuk tetap kuat. Lalu Jade pun di bawa masuk oleh para suster dan dokter ke dalam ruang Emergency untuk dioperasi.

Para anak buah Dear, tidak berhasil menemukan Pim. Dan Pim sendiri bersembunyi dibalik pepohonan dengan perasaan takut dan sedih,”Win, bagaimana bisa kamu melakukan ini kepadaku? Mengapa Win?” kata Pim kepada dirinya sendiri sambil menangis.

Koy keluar kamar dan mendengar suara air dikamar mandi, jadi ia pun mengira bahwa Pim saat itu sedang mandi. Tepat ketika itu, Gun dan Wit pulang kerumah, mengabarkan pada Koy bahwa Jade tertembak. Dan saat ini Jade masih berada dirumah sakit.

Lalu Gun menanyai Koy tentang keberadaan Pimdao. Yang langsung dijawab Koy bahwa Pimdao sedang mandi. Tapi Gun tidak percaya, dikarenakan sekarang masih jam 3 pagi. Jadi Gun mengetok pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban. Lalu Gun pun membuka pintu kamar mandi begitu saja dan melihat catatan yang ditinggalkan oleh Pim.

Gun pun menjadi cemas dan keluar untuk mencari Pimdao. Sedangkan Koy jadi merasa bersalah karena hal itu.

Met mengabarkan kepada Win bahwa mereka telah berhasil melarikan diri. Dan setelah mendengar itu Win pun langsung memukul Met berkali2 sampai mulut Met berdarah. Sambil memukul Win berteriak marah,”Melarikan diri? Lari?! Lari?! Lari?!”

Met pun hanya bisa meminta maaf saja pada Win. Tapi Win memarahinya,”Pergi urus semuanya! Jika mereka masih hidup, itu berarti mereka akan mencari dokumen itu.”

“Maksud Anda, mereka tidak mempunyai dokumen itu?” tanya Met.

“Ekh.. kamu bodoh ya! Jika mereka punya itu, mereka tidak akan melakukan itu kepada kita. Gunakan otak kamu untuk berpikir sedikit.” Kata Win.

Gun pergi keapatermen Pim untuk mencarinya. Karena bisa saja Pimdao pulang kembali ke apartemennya. Tapi Gun ternyata salah, karena Pimdao tidak berada disana. Jadi ia pun menjadi tambah khawatir dan pergi dari sana.

Ditempat lain. Koy bertanya pada dirinya sendiri dengan perasaan bersalah,”Apakah aku telah melakukan kesalahan lagi?”

“Jangan berpikir terlalu banyak.” Balas Wit, menenangkannya.

“Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Khun Pimdao?”

“Jangan berpikir seperti itu, Koy. Mungkin saja tidak ada yang terjadi pada Khun Pim.”

“Itu hanya kamu yang mengerti aku. Terima kasih ya, Wit.” Kata Koy sambil tersenyum oleh karena segala kebaikan Wit yang telah menenangkannya. Dan mereka pun saling tersenyum.

Tapi tiba2 terdengar suara ketukan dipintu. Sehinga mereka pun langsung bersikap waspada. Dengan perlahan Wit mengeluarkan pistol nya dan membuka pintu, tapi ternyata tidak ada siapapun, kosong. Lalu tanpa sengaja ketika Wit melihat kebawah, ia melihat Pim yang pingsan dilantai.

Gun, Prim, Koy, dan Wit berkumpul didalam kamar, menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Pim. Yang untungnya, Pim tidak kenapa-napa, hanya dengan istirahat sebentar saja, kondisi Pim akan kembali membaik.

Wit dan Koy mengantar dokter itu keluar. Sedangkan Gun segera duduk disebelah Pim dan memegangin tangan Pim,”ini salahku, aku tidak bisa menjaga Khun Pimdao dengan baik.” Kata Gun pada Prim yang berdiri dibelakangnya.

“Tidak ada yang ingin ini terjadi. Kamu telah melakukan yang terbaik.” Kata Prim menyemangati Gun, lalu ia memberitahu Gun,”Aku membawa dokumen2 yang kamu butuhkan. Aku mengambilnya untuk kamu.” Kata Prim, lalu keluar dari dalam kamar.

“Mengapa kamu melakukan itu? Jika sesuatu terjadi padamu, maka bagaimana aku akan hidup.” Kata Gun lirih kepada Pim yang masih tertidur, lalu dengan lembut ia membelai kepada Pim.

Gun dan Wit duduk dengan tenang, membaca semua dokumen yang diberikan oleh Prim.

“Ini semua adalah dokumen P Star Channel yang kamu mau.” Kata Prim.

“Rencana Win begitu sempurna. Dia menggunakan kepercayaan Pimdao untuk menyakitinya. Tepatnya ketika proses penanda tanganan transaksi keuangan. Aku yakin Khun Piimdao tidak membca detail nya ketika menanda tanganin dokumen ini.” Kata Gun.

“Itu benar. Itu semua karena kepercayaan. Siapa sih yang akan mengira, orang yang mereka cintai dan akan nikahi akan melakukan hal seperti ini.” Timpal Wit.

“Ini salahku. Aku tidak cukup memperhatikan ini. Aku mengira, jika Pimdao menjadi GM dan Kawin hanya menjadi Shareholder serta dia hanya mengatur hal2 yang kecil aja, disana ga mungkin ada masalah.” Kata Prim menyalahkan dirinya.

Gun membesarkan hati Prim untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri. Karena yang terpenting sekarang adalah mereka harus menemukan solusi untuk bagaimana melaporkan hal ini ke polisi.

Dikamar. Pim bermimpi sambil bicara memanggil nama Nam,”Nam, tolong baik2. Nam. Nam. Nam.”

Koy langsung mendekati Pim dan memanggilnya,”Khun Pim! Khun Pim! Apa yang salah?”

Pim pun terbangun dan langsung berlari keluar kamar sambil terus memanggil nama ‘Nam’. Mereka semua pun langsung menahan Pim dan menenangkannya. Tapi Pim tidak tenang serta khawatir kepada Nam, jadi ia memohon pada Prim untuk mengantarnya menemui Nam.

Tapi Gun menasehati Pim untuk tenang dulu. Karena jika ia sudah pulih, mereka pasti akan membawa dia menemui Nam. Akhirnya, Pim pun menjawab,”Ya.” Sambil masih menangis.


Gun, Pim yang memakai topi serta berjalan dengan terus menundukan kepalanya, dan Koy datang kerumah sakit untuk menemui Nam. Gun memberikan surat persetujuan dari kepolisian kepada petugas jaga, untuk agar mereka boleh berbicara dengan korban. Tapi dikarenakan kondisi korban yang masih belum stabil, suster melarang mereka untuk masuk. Terutama pria.

Tapi Gun beralasan bahwa ia tidak akan masuk. Melainkan hanya Koy dan Pim saja yang akan masuk kedalam. Dan pada saat itu, terlihat seorang pria bersembunyi didekat tangga dan memperhatikan mereka.


Nam duduk termenung, menatap kosong kedepan. Suster pun menjelaskan pada mereka,”Ketika dia ditanyai mengenai kejadian waktu itu. Dia akan mulai berteriak.”

Dengan perasaan amat sedih, Pim mendekati Nam dan memanggil namanya. Nam sendiri tampak masih mengenali Pim, saat Pim membuka topinya. Lalu dengan sedih Nam memegang tangan Pim, lalu wajahnya, dan akhirnya memeluk Pim sambil menangis tersedu2,”Pim. Pim. Aku minta maaf.”

Koy berdiri dibelakang mereka dan memperhatikan itu dengan haru.

Lalu Koy dan Pim pun keluar dari dalam ruangan Nam. Koy yang melihat sikap khawatir Gun pada Pim, akhirnya pamit untuk menunggu didalam mobil saja, meninggalkan mereka berdua. Serta orang yang mengintip tadi, sudah tidak terlihat didekat tangga lagi.

“Hari itu ketika aku ingin menemui Win, tapi aku malah melihat Dear. Dia bilang padaku, dia yang menyebabkan Nam menjadi seperti ini.” Cerita Pim.

“Khun Dear? Aku tidak percaya ini. Pertama kali aku mengira itu adalah Kawin.” Kata Gun.

“Mengapa kamu mengira itu Win?”

“Karena dia membutuhkan beberapa bukti dari Khun Nam. Dia juga pernah sekali, mengirim orang untuk mencari itu dirumah Nam. Itu alasan kenapa aku mengira bahwa itu adalah Kawin yang melakukannya.”

Pim pun berdiri dan memegang tangan Gun,”Sekarang waktunya. Kamu harus menceritakan segala yang kamu ketahui tentangku. Karena sekarang, semuanya itu terjadi dalam hidupku. Aku mohon. Ini adalah waktunya aku tau. Ceritakanlah.”

Gun pun akhirnya menceritakan segalanya kepada Pim. Lalu Pim syok dan bertanya,”Win ada dibalik semua ini? Termasuk kematian orang tuaku?”


Pim menangis dengan sedih, tapi Gun segera menenangkannya,”Kamu harus kuat, untuk dapat melawan mereka.” Kata Gun.

“Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?” tanya Pim.

“Apa yang harus kamu lakukan sekarang adalah membuat Khun Nam mengatakan bukti apa yang ia miliki tentang Kawin. Aku percaya, itu akan menjadi kunci untuk menyelesaikan semuanya.” Balas Gun.

“Bisakah aku bertanya satu hal?” tanya Pim. Dan dibalas angukan dari Gun. Jadi Pim melanjutkan,”Sejak kamu menceritakan kepadaku segalanya, kamu tidak menyembunyikan apapun lagi, kan?”

Gun terlihat ragu. Lalu Pim mengenggam tangan Gun,”Bagaimana bila begini, dari sekarang, jika kamu mengetahui sesuatu, maka kamu harus menceritakan nya padaku. Jangan sembunyikan. Tidak peduli apapun itu, jangan bohong padaku. Baik itu berita baik atau buruk. Bisakah kamu berjanji?”

Gun pun menlap air mata Pim dan memeluknya. Tapi ia tidak mengatakan apapun.


Setiap hari, Pim selalu datang untuk menjenguk Nam. Merawatnya. Menyuapinya. Bahkan saat malam, Pim selalu memeriksa semua dokumen yang ada, untuk menyelidiki.

Begitu juga dengan Wit dan Koy yang saling bekerja sama.
Koy juga selalu ikut dengan Pim saat akan menjenguk Nam. Dan terlihat seorang pria yang kemarin bersembunyi, masih ada. Mengawasi mereka.

Pim selalu memeriksa semua dokumen yang ada, satu persatu. Sambil ia pun kelelahan dan tertidur. Tapi dengan penuh perhatian, Gun membereskan semua dokumen itu dan menyelimuti Pim. Mengelus kepala Pim serta mengecup kening Pim.

Dikantor. Ak melakukan meeting dan disana ia berkata pada semua orang yang hadir,”Aku sudah bertambah tua. Jadi aku berpikir untuk mengangkat ketua Akara Chemical baru yang  bisa membawa kita ke era yang baru.” Kata Ak sambil menepuk pundak Win dihadapan mereka semua.

Win masuk kedalam ruangan dengan tersenyum senang. Tapi segera, saat Met melaporkan bahwa Pim datang menemui Nam, ia menjadi emosi,”Perhatikan mereka. Temukan cara untuk membawa Nam keluar sebelum mereka tau lebih lagi daripada apa yang mereka ketahui sekarang.” Kata Win.


Diapatermen. Dear emosi juga, karena Pimdao yang berhasil lepas darinya. Tapi saat Win datang memanggilnya, raut wajah Dear langsung berubah,”Ada apa, Win?” tanya Dear sambil tersenyum.

“Ayah melangkah turun dari Akara Chemical. Dan aku akan menjadi ketua selanjutnya.” Cerita Win dengan senang.

“Apa kamu yakin?”

“Ayah yang bilang itu saat meeting. Mengapa? Mengapa kamu pikir Ayah tidak akan melakukan itu?” tanya Win saat ia melihat raut tidak percaya diwajah Dear.

Dear pun mengenggam tangan Win,“Kawin. Aku tau ayah lebih dari siapapun. Percayalah. Ayah tidak akan membiarkan kita bersama.”

“Tapi aku telah melakukan segala yang Ayah inginkan.”

“Karena itulah. Lagipula sekarang, Akara Chemical tidak memerlukan kamu lagi.” Kata Dear cepat, berusaha untuk menyakinkan Win, lalu lanjutnya,”Kawin. Jika aku bertanya pada kamu, antara aku dan Akara Chemical, apa yang akan kamu pilih? Bagiku, aku sudah siap membuang segalanya. Dan meninggalkan tempat ini. Ini untuk kamu.”

Win terlihat masih bimbang.


Didalam mobil, Win masih memikirkan perkataan Dear padanya. Tapi tiba2 Met memberitahu Win bahwa mobil mereka tidak bisa berhenti, karena saat ia berusaha menginjak rem. Remnya tidak berfungsi. Jadi akhirnya Win pun menjadi panik.

Post a Comment

Previous Post Next Post