Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 15 - 2



Content and Images  by OneHD


Didalam kantor. Met membertitahu Win bahwa ada seseorang yang sengaja menrusak rem mobil mereka. Dan ketika mendengar itu Win merasa kesal, lalu ia bertanya pada Met,”Bagaimana situasi Nam?” tanya nya.

“Aku masih mencari cara untuk menanganinnya.” Jawab Met.

“Tidak. Aku berubah pikiran. Sekarang, aku ingin tau dimana Nam menyembunyikan semua dokumen itu. Aku pikir kita memerlukan sebuah pegangan, yaitu bukti milik Prapas.” Tegas Met.

“Kamu pikir Khun Nam masih memiliki bukti itu?” tanya Met.

“Aku tidak tau. Tapi pertama2 culik Nam dulu, kemudian paksa dia menceritakan pada kita, dimana dia menyembunyikan dokumen itu.”

“Apa yang akan kamu lakukan dengan bukti itu?”

“Untuk keamanan. Aku sudah tidak bisa mempercayai siapapun lagi.” Balas Win dengan menatap tajam ke arah depan.

Dicafe. Pimdao, Gun dan Prim, menemui seorang pengacara untuk meminta bantuannya. Jadi setelah mereka selesai menjelaskan, Pengacara itu memberitahu,”Kasus Khun Nam harusnya bukan masalah. Karena tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa Khun Pim adalah pelakunya. Juga untuk kasus pencucian uang, kita akan menyerahkan kepolisi.”

Pim pun terlihat sudah benar2 pasrah dengan situasi yang dia alami. Serta Pim juga menyalahkan dirinya sendiri, karena sudah terlalu bodoh mempercayai orang seperti itu. Mendengar itu Gun pun mengingatkan Pim untuk tetap tenang.

Tepat ketika itu Win dan Dear berjalan dengan mesra, masuk kedalam café. Melihat itu, Pim segera berdiri dan menghampiri mereka, lalu menampar Win. Tapi Gun dengan sigap menghentikan Pim untuk tetap tenang. Begitu juga dengan Prim yang ikut menenangkan Pim.

“Kamu menggunakan perusahaan ku untuk pencucian uang! Dan barang2 setan itu. Jangan pernah berpikir bahwa aku tidak tau apa yang kalian berdua lakukan! Kamu dan Khun Dear.” Kata Pim menluapkan semua rasa kesalnya pada Win.

“Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti.” Balas Win, berpura2 polos dan tidak mengerti.

“Kamu tidak mengerti, hah?! Apa yang kamu lakukan, merusak hidupku! Apa yang pernah aku lakukan ke kamu Win?!”

Dengan tersenyum, Win membalas perkataan Pim dengan ejekan,”Hidup mu rusak karena aku?! Aku tidak melihat itu, karena dari apa yang aku lihat, kamu baik2 saja. Dan kelihatannya, kamu lebih bahagia sekarang daripada saat kamu bersama dengan ku. Aku mengira bodyguard mu ini menggantikan tempatku sekarang?”

Gun menjadi emosi dan bergerak maju untuk memukul Win, tapi di tahan oleh Prim. Win sendiri tidak menghentikan ocehannya, mengejek Pim. Dan ketika mendengar semua itu, mata Pim menjadi berkaca2,”Bagaimana bisa aku mencintai kamu dulu?”

Tanpa perasaan Win pamit pada mereka dengan nada sinis, lalu ia dan Dear berjalan masuk. Tapi Pim menahan Win dan akan menampar Win lagi, tapi kali ini Win menahan tangan Pim. Begitu juga dengan Gun yang menahan Pim untuk tidak bertindak seperti itu.

“Jangan pikir, apa yang kamu lakukan bisa sukses! Karena aku memiliki sesuatu yang bisa mengirimkan kamu ke penjara!” teriak Pim marah.

Tapi lagi2 Gun menghentikannya,”Khun Pim! Cukup! Tenang.”

“Aku tidak tau apa yang kamu punya, tapi aku tidak takut. Pergi sana kepolisi, jika kamu bisa!” teriak Win membalas Pim.

Dengan sedih Pim pun menangis dan menutup matanya dengan perasaan frustasi.

Saat sedang makan. Dear protes kepada Win bahwa ia tidak tahan untuk tinggal didunia yang sama dengan Pim lagi. Karena setiap ia mendengar berita tentang Pim, ia merasa sakit. Tapi Win meminta Dear untuk sabar.

“Sekarang, kita mungkin bisa menggunakan Pimdao untuk mendapatkan bukti. Dokumen milik Prapas. Karena mereka sudah tau bahwa dokumen itu ada dengan Nam. Anak buah Met melihat Pim diam2 mengunjungin Nam. Siapa tau, mungkin Nam bisa bicara dan menceritaka padanya.” Jelas Win.

“Itu tidak sulit. Hanya bunuh Nam dan Pimdao saja. Lalu semua masalah akan selesai.” Kata Dear memberikan solusi.

“Tapi aku harus memliki bukti ditanganku. Aku memikirkan apa yang kamu bilang. Jika Ayah berencana melakukan sesuatu padaku, aku akan menggunakan dokumen ini untuk bernegosisai dengannya.” Jelas Win lagi, tapi mendengar itu Dear menghela nafasnya, jadi Win mengenggam tangan Dear dan melanjutkan,”ini untuk kemanan ku dan masa depan kita. Tunggu sebentar saja lagi, sayang.”

Pim mengunjungin Nam lagi. Lalu dengan sedih Pim mengelus kepala Nam dan meminta maaf, karena ia tidak bisa membantu Nam sama sekali. Begitupun dengan Nam yang juga membalas bahwa ia juga meminta maaf.

Pim pun memeluk Nam sambil berkata pelan,”Untuk kasus mu Nam, kita tidak memliki banyak bukti. Apakah kamu mengingat sesuatu apapun itu? Malam saat kejadian itu, Win menginginkan beberapa bukti atau dokumen dari kamu?” tanya Pim.

Mendengar itu, Nam mulai tertawa sendiri,”Bukti! Hahahah…”

Pim berusaha untuk mendapatkan informasi, tapi Nam tidak berhenti tertawa. Lalu berjalan naik keatas tempat tidur,”Bukti ku. Bukti ku.”

“Nam. Dimana bukti itu? Apa itu?” tanya  Pim lembut.

“Aku tidak akan memberikan nya kepada siapapun. Aku menyimpan itu dan tidak akan memberikannya. Aku bilang, aku tidak akan memberikannya. Aku tidak akan memberikannya! Aku tidak akan memberikannya!” kata Nam terus menerus, mulai histeris sendiri.

Jadi Pim memegang kedua tangan Nam dan menahannya,”Nam tenang. Nam tenang. Pelan2 .. pikirkan dengan hati2, dan ceritakan padaku, bukti apa itu? Tenanglah.”

Perlahan Nam mulai menjadi tenang dan mengingat bahwa dulu ia menyimpan semua bukti itu didalam laptopnya. Lalu tiba2 Nam terbangun dan berkata,”Dimana itu?! Dimana bukti itu?! Siapa yang mengambilnya?! Siapa?!” teriak Nam, histeris lagi.

Pim pun terlihat panik dan meminta Nam untuk jangan memikirkan itu lagi. Tapi Nam masih tidak tenang, jadi Pim lalu mengelus lembut punggung Nam, lalu menyelimutinya. Dan setelah itu, dengan sedih Pim menatap kearah Nam, serta akan pergi keluar.

Tiba2 Nam mengatakan sesuatu,”E-mail.”

Mendengar itu, Pim pun berbalik lagi. Dan mendekati Nam yang terus berkata,”E-mail. Itu didalam E-mail. E-mail.” Kata Nam sambil meneteskan airmatanya.

Tapi Pim tidak melihat itu dan hanya menepuk pelan bahu Nam, lalu ia dengan buru2 keluar.
Dan dengan semangat Pim segera memanggil dan memberitahu Gun. Dibelakang mereka, anak buah Met ikut mendengarkan.

Jade telah keluar dari rumah sakit.
Ketika Gun dan Pim pulang. Gun segera meminta Wit untuk melakukan hacking komputer, karena ia itu merupakan keahlian Wit. Dan ketika mendengar itu, dengan bangga Wit membunsungkan dadanya.
Lalu Wit pun mulai mencoba untuk membuka paksa e-mail milik Nam. Dengan mereka semua berdiri, memperhatikan Wit dengan perasaan cemas serta gugup.
Pagi harinya. Dengan penuh perhatian, Koy membangunkan Wit yang tertidur diatas meja. Sedangkan Koy sendiri berencana pergi untuk menemui Nam dulu, karena menurutnya mungkin saja Nam akan ingat.

Dengan senang, Wit tersenyum,“Aku senang kamu mengkhawatirkan aku.”

“Mm.. aku memang mengkhawatirkan setiap orang.” Balas Koy sedikit gugup, lalu ia pun pamit pergi. Tapi Wit menghentikannya, lalu berkata.”Aku senang. Kamu telah baikan dengan Khun Pim.”

“Aku hanya melakukan pekerjaan ku. Aku tidak ingin menyebabkan masalah, sampai semua ini selesai.”
Wit mendekati Nam dan memegang tangannya,“Tidak peduli apapun alasanmu, aku bangga padamu. Aku tidak jatuh cinta kepada orang yang salah.” Kata Wit sambil tersenyum.

Koy terlihat senang mendengar itu dan ikut tersenyum. Tapi ketika sadar bahwa Wit telah memegang tangannya lama sekali. Jadi dengan agak canggung Koy menarik tangannya,”Apa yang kamu bilang itu? aku pergi sekarang.” Kata Koy, lalu ia pun berbalik dan berjalan pergi, dengan senyum lebar diwajahnya.
Seperti biasa, Koy menemani Pim untuk menjeguk Nam. Tapi kali ini tampaknya mereka mulai akrab dan lebih baik dari sebelumnya.

“Terima kasih banyak ya. Udah temanin dan jaga aku selama waktu ini. Aku tau kamu tidak suka aku. Tapi aku masih akan berterima kasih padamu. Terima kasih ya.” Kata Pim, tulus.

Koy pun tersenyum membalasnya. Lalu Koy pun menyuruh Pim untuk masuk duluan. Sedangkan dia sendiri akan pergi ke kamar mandi bentar.
Saat Pim sedang menandatanganin dokumen untuk menjenguk dan diperiksa. Dua orang pria bermasker lewat dan masuk ke dalam ruangan Nam, seorang dari mereka memakai pakaian perawat, sedangkan seorang lagi duduk dikursi roda sebagai pasien.

Pria perawat itu menutup mulut Nam menggunakan kain bius, tapi Nam membrontak dengan kuat. Tepat ketika itu, Pim masuk dan melihat hal tersebut, tapi Pria pasien segera memukul Pim. Tapi Pim tidak habis akal dan mengambil vas bunga kecil didekatnya, lalu memukul pria itu.

Pria perawat itu yang telah berhasil membuat Nam tertidur, segera membantu rekannya. Tapi Pim segera memukulnya. Tidak selesai sampai disitu saja, karena Pria pasien segera menutup mulut Pim dengan kain bius juga, sehingga Pim pingsan.

Lalu Pria pasien mengangkat Pim dan menaruhnya diatas kursi roda.
Tepat ketika itu, Koy masuk dan langsung berteriak memanggil bantuan. Sayangnya Pria perawat mendekati Koy dan segera memukul perut Koy, hingga Koy kesakitan. Lalu mereka pergi membawa Pim pergi dari sana.

Gun heran ketika ia melihat, dua orang perawat serta penjaga, terlihat panik. Jadi Gun pun mengikuti mereka masuk kedalam ruangan Nam. Lalu Koy segera memberitahu Gun,”P’Gun, seseorang menculik Khun Pim. Aku minta maaf. Aku tidak mengira itu bisa terjadi.”  Jelas Koy.

Mendengar itu, Gun segera berlari pergi. Dan dengan masih agak tampak kesakitan, Koy berlari mengikuti Gun, meninggalkan Nam yang diurus oleh para perawat.

“Tunggu aku. Kemana kamu akan pergi?! P’Gun! Kemana kamu?!” teriak Koy kepada Gun yang berlari menurunin anak2 tangga dengan terburu2.
Met mengabarkan pada Win apa yang terjadi yaitu anak2 buahnya telah salah menculik orang. Karena yang seharusnya mereka culik adalah Nam, bukan Pim. Jadi ketika mendengar hal itu, Win pun menjadi sangat marah besar pada Met.
Ketika itu, Gun dan Koy masuk menemui Win.

“Dimana kamu membawa Pimdao?!” tanya Gun, marah.

Tapi Win tidak terlihat takut sedikit pun,”Nampaknya kalian berdua saling mencintai. Kamu berani datang kesini, bukankah kamu takut mati?” balas Win dengan nada mengejek Gun.

“Aku tanya dimana kamu membawa Pimdao?!” tanya Gun lagi dengan tatapan marah.

“Aku tidak tau.” Balas Win.
Lalu Gun berniat mendekati Win, tapi Met segera menendang Gun dan lalu beberapa anak2 bauh Win masuk serta menahan Gun dan Koy, sehingga mereka tidak bisa perbuat apa2. Dear yang teryanta juga berada disana, diam memperhatikan itu.

Win memukul Gun,”Itu untuk hari itu.” kata Win, lalu ia pun memukul dan menendang Gun.

Koy yang melihat itu berteriak marah pada Win untuk berhenti melakukan itu,”Hentikan brengsek!”
Dengan sombong Win berbicara pada Gun, tanpa memperdulikan Koy,”Jika kamu ingin Pimdao, kemudian bawakan bukti milik Nam padaku. Kemudian aku akan mengembalikan Pimdao.”

“Aku tidak punya.” Tegas Gun.

“Aku tidak peduli, kamu punya atau ga! Jika kamu mau Pimdao, kamu harus memiliki itu.” kata Win lalu memukul Gun lagi.

Tepat ketika itu, Ak pulang dan bertanya marah.
Gun dan Koy tidak ada disana lagi. Hanya tinggal Win dan Ak didalam ruangan.

“Apa yang kamu lakukan pada Pimdao? Apa rencana kamu?” tanya Ak.

“Tidak ada. Aku hanya ingin menggunakan Pimdao untuk mendapatkan Dokumen Prapas.” Jawab Win.

Ak pun menjadi kesal mendengar itu,”Apa maksud kamu, hah? Masih ada dokumen milik Prapas yang tertinggal?!” kata Ak sambil memukul meja.

“Dokumen itu akan membuatku, kamu, dan Akara Chemical hancur.” Jawab Win dengan nada yang sangat percaya diri.

“Cepat dan tanganin situasi ini!” perintah Ak.
Lalu Win pun mengiyakan perintah Ak dan pergi. Tapi Ak terlihat tidak percaya. Sehingga Ak menyuruh anak buahnya untuk mengikuti dan mengawasi Win,”Ketika ia mendapatkan dokumen itu. Bunuh dia langsung.”

“Ya, Boss.”

Wit telah berhasil membuka e-mail milik Nam, jadi dengan senang ia memanggil Jade yang sedang berada didapur.

“Buka itu dan lihat bukti apa yang mereka bicarakan.” Kata Jade bersemangat.

Disana Wit menemukan sebuah folder dengan nama Akara. Jadi ia pun buru2 membukanya. Lalu pada saat itu Gun dan Koy pulang dengan tampang lesu dan lemas.

Jade dengan semangat memberitahu Gun dan Koy. Dan Wit pun segera memperlihatkan itu pada Gun. Tapi saat itu Jade yang tidak melihat Pim bersama mereka berdua, bertanya,”Dimana Pim?

“Khun Pim diculik oleh anak buah Kawin.” Jelas Koy.

Jade dan Wit pun menjadi terkejut mendengar berita itu.
Win serta Met datang menemui Pim didalam gudang. Disana Pim duduk dalam keadaan tangan terikat kebelakang.

“Siapa yang menyuruh kalian untuk mengikat Khun Pimdao seperti itu? Lepaskan dia.” Kata Win, lalu lanjutnya,”Beri dia sedikit penghormatan sebagai artis.”

Setelah ikatan nya dilepaskan, Pim maju dan hendak memukul Win. Tapi Win menahan tangan Pim,”Tenang, sayang.” Kata Win lembut.

“Aku bukan kekasih mu!” balas Pim tajam dan melepaskan tangannya dari Win.

“Kamu sangat membenci ku sekarang? Dulu, kamu ingin aku memeluk dan mencium mu.”

“Asal kamu tau, kamu menganggu! Kamu membunuh Ayahku dan melakukan hal2 seperti itu! Aku ingin tau. Win, bagaimana bisa kamu melakukan ini? Mengapa? Apa yang telah kuperbuat padamu?!”

“Ayah kamu sendiri yang ikut campur! Bukan hanya hidupmu aja yang berantakan. Hidupku juga berantakan karena Ayah kamu!”

“Itu karena kamu Iblis! Jangan berpikir, kamu bisa dengan mudah menghancurkan hidupuku! Orang seperti kamu harusnya menghabiskan hidupnya dipenjara!” kata Pim sambil menatap kesekelilingnya sesaat, lalu mengambil sebuah kayu,”Jangan mendekat!”

Dan Met berusaha untuk menghentikan Pim, tapi Pim langsung memukulnya dan melarikan diri. Anak2 buah Win ingin mengejar Pim, tapi Win menghentikan mereka dan mengeluarkan pistolnya. Dorr.. !! tembak Gun kearah Pim.

Tapi tembakan itu tidak mengenai Pim dan hanya untuk menakutinya. Dan benar saja, karena hal itu, Pim berhenti berlari dengan ketakutan. Lalu anak buah Win pun menahan Pim.

“Kamu brengsek! Kamu tidak akan bisa mati dengan tenang!” teriak Pim kepada Win.
Ditempat lain. Gun mengirimkan dokumen milik Nam kepada Win. Dan ketika mendapatkan pesan tersebut, Gun tersenyum senang sambil berjalan menghampiri Pimdao yang terikat.

“Ini waktunya Pimdao, kamu harus menelpon tamuku.” Kata Win, menelpon Gun.
Gun, Jade, Wit, dan Koy menanti dengan cemas. Lalu Gun mengangkat telpon dari Win.

Dan Win menaruh hpnya tepat ditelinga Pim,”Suruh dia untuk datang menemui ku disini. Sendiri!” perintah Win.

“Khun Pim! Bagaimana keadaan mu? Dimana kamu? Katakan padaku!” tanya Gun cemas.
“Bawa dokumen2 itu kepolisi! Jangan selamatkan aku! Masukan dia kepenjara!” teriak Pim.
Win emosi dan hendak memukul Pim, tapi tidak jadi, lalu ia pun menjauh dari Pim,”Bawa semua dokumen2 itu ke Gudang Akara Chemical. Dan yang paling penting, kamu harus datang sendiri. Jangan bermain jebakan. Atau aku tidak akan bisa menjamin keselamatan Pimdao.” Ancam Win, lalu menembak.

Gun dan yang lain, ketika mendengar itu,  menjadi tambah panik dan cemas.

Post a Comment

Previous Post Next Post