Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 16 - 1


Content and Images by OneHD


Gun, Jade, Wit, serta Koy berkumpul bersama untuk membahas cara menolong Pim. Lalu Gun pun mulai memberikan pengarahan kepada mereka semua,”Jade, bawa dokumen2 ini kepada Boss. Untuk kamu Wit, tetap disini. Aku yakin mereka akan datang untuk mengambil bukti itu, karena mereka tidak akan pernah percaya bahwa aku telah membawa semuanya untuk mereka. Dan aku sendiri akan pergi menemui mereka.” Jelas Gun.


Mendengar itu Wit segera mendekat kepada Gun dan mengingatkan bahwa ini akan sangat membahayakan Gun sendiri nantinya. Apalagi bila Boss mereka menolak untuk menolong mereka. Tapi Gun tidak mau serta bersikeras bahwa ia akan tetap pergi kesana, lalu ia berkata,”Koy, tinggalkan tempat ini. Cari tempat yang aman untuk tinggal. Ketika semuanya telah selesai, kami akan menghubungin kamu.” Jelas Gun lagi.

Koy berdiri dan berkata,”Tidak, P’Gun. Bagaimana bisa aku pergi ketika hidup kalian sedang dalam bahaya disini?” katanya menolak perkataan Gun.

Wit berdiri menengahi mereka, lalu berkata pada Koy,”Lakukan saja apa yang P’Gun katakan.”

Dengan berat hati Koy pun tidak berkata apa2 lagi dan menerima perkataan Gun tersebut.

Jade memberikan bukti dokumen2 yang telah mereka dapatkan pada Boss mereka dikantor. Tapi Boss malah tidak bisa membantu mereka, karena mereka harus mengikuti semua prosedur yang ada terlebih dahulu, baru mereka bisa bertindak.

“Tapi kita tidak punya banyak waktu,Boss.” Protes Jade keras.

“Jika aku mengizinkan kamu melakukan itu dan lalu gagal. Kamu, aku, dan mungkin setiap orang diunit kita akan terkena masalah.” Tegas Boss. Jadi Jade pun hanya bisa mengiyakan saja.


Gun sampai ke gudang tempat ia dan Win berjanji untuk bertemu. Disana sebelum masuk, anak buah Win memeriksa Gun terlebih dahulu, baru ia masuk dan memberitahukan itu kepada Win yang saat itu sedang berada bersama Pim didalam gudang.

Mendengar kabar dari anak buahnya, Win berkata pada Pim,”Aku berbahagia untuk kamu, Pim. Kamu tidak akan mati sendirian hari ini.”

Lalu Win beserta semua anak buahnya pergi keluar, meninggalkan Pim yang masih terikat dikursi sendirian. Dan setelah Win keluar, Pim berusaha untuk melepaskan dirinya, tapi ia tidak bisa, sehingga ia merasa frustasi.

“Dimana barangnya?!” tanya Win pada Gun.

“Dimana Khun Pim?” balas Gun.

Tapi Win tidakmau memberitahu Gun dulu, jadi Gun pun melemparkan flashdisk miliknya kepada Win. Lalu Win pun memberikan itu kepada Met dan ia mengambil pistol dari Met. Dan dengan perlahan Win berjalan mendekati Gun,”Kamu yakin ini sudah semuanya?” tanya Win.

Gun mengangguk kan kepalanya tanda iya. Setelah itu Win langsung memukul kepala Gun dengan pistol ditangannya, sedangkan Met pergi kedalam mobil, membuka data didalam flashdisk milik Gun, lalu ia pun tersenyum puas, ketika telah melihat bahwa isinya benar.

“Biarkan aku memberitahumu sesuatu. Sekarang temammu ada ditanganku. Itu berarti kamu harus menyelematkan dua nyawa sebagai ganti semua bukti2 itu.” Kata Win dengan kejam.

“Aku sudah memberikan padamu semua bukti itu.” Balas Gun.

Anak2 buah Win sedang berada didalam apatermen Wit. Mereka menahan Wit dengan menaruh pistol dikepala Wit dan yang satu lagi menghancurkan laptop milik Wit sampai hancur.

Tapi Wit tidak diam begitu saja, karena saat orang yang menahannya agak lengah, Wit melepaskan dirinya dan memukul orang itu. Serta melawan orang yang menghancurkan laptopnya. Tapi ketika sedang bertarung, seorang dari mereka, menembak perut Wit menggunakan pistol. Sehingga Wit pun jatuh terbaring dilantai.


Tiba2 alarm kebakaran berbunyi, jadi dengan terburu2 mereka berlari keluar dari sana. Lalu ternyata orang yang menyembunyikan alarm itu adalah Koy.

Koy masuk dan melihat keadaan Wit yang terbaring dilantai sambil memengangin perutnya yang berdarah. Koy pun panik dan terus memanggil nama Wit,”Tunggu Wit. Tunggu Wit. Wit, kamu harus baik2 saja.”

“Koy, apa kamu mencintai ku?” kata Wit dengan nada yang sudah agak berat.

“Apa yang kamu katakan?! Jangan bicara dulu sekarang. Tunggulah disini sebentar!”

“Aku.. mencintai ..kamu.” kata Wit lagi, lalu pingsan.

Koy tambah panik, ”Aku mencintai kamu juga. Bangun dan dengarkan aku! Wit! Bangun Wit! Bangun Wit! Aku mencintai kamu juga Wit! Kamu dengar aku kan Wit?!” kata Koy sambil menangis dan memeluk Wit.

Met yang telah selesai memeriksa isi flashdisk Gun datang memberitahu Win. Dan setelah itu Win pun mempersilahkan Gun untuk masuk kedalam gudang serta membebaska Pim. Jadi Gun menatap mereka dengan pandangan berhati2, lalu ia pun masuk.

Dibelakangnya, Win berkata pelan,”Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dengan mudah. Ini waktunya untuk bermain, Anjing kecil.”

“Boss,aku tidak berpikir bahwa ia hanya akan mencopy kesini saja.” Kata Met yang berdiri disebelah Win.

“Tidak mungkin dia akan memberikan semua itu kepada kita!  Dokumen2 itu mungkin telah diserahkan kepada polisi sekarang. Yang paling penting adalah melarikan diri duluan. Kamu pergi dan tanganin semua dokumen kepergianku dan Khun Dear.” Jelas Win.

“Iya, Boss.”

“Kita masih memiliki waktu sambil mereka mengecek apakah dokumen2 ini berguna atau tidak. Tapi sekarang, ayo bereskan masalah ini duluan.” Lanjut Win dengan tatapan kejam.

Gun berusaha mencari dimana keberadaan Pim, tapi tidak ketemu. Tapi tiba2 Pim berteriak memanggil Gun. Mendengar itu Gun segera berlari kearah sumber suara dan menemukan Pim sedang duduk terikat dikursi, jadi ia segera membantu melepaskan ikatan Pim.

Dear datang kelokasi juga. Lalu dengan senang Win memberitahu Dear,”Ini waktunya untuk bermain Khun Dear.” Katanya sambil menyerahkan pistol miliknya kepada Dear.

Lalu dengan sinis serta tatapan kejam, Dear berkata,”Aku sudah menunggu ini sejak lama, Pimdao.”

Gun telah melepaskan ikatan Pim. Setelah itu Pim langsung berdiri dan memeluk Gun dengan erat. Tapi saat Gun melepaskan pelukannya dan Pim melihat darah didahi Gun, ia pun menjadi khawatir,”Aku sudah bilang ke kamu, kalau itu bahaya. Kamu harusnya tidak membahayakan hidupmu.” Kata Pim sambil memegang dahi Gun.

Gun pun langsung menenangkan Pim,”Aku baik2 saja. Bukankah aku udah bilang ke kamu, tidak peduli apapun bahayanya. Hidupku adalah untuk melindungin mu. Aku akan membawa kamu keluar dari sini.”

“Bagaimana bisa kita melarikan diri, ketika disitu ada banyak orang? Kamu harusnya tidak membahayakan dirimu sendiri demi aku.” Balas Pim.

“Jangan khawatir. Kita akan keluar dari sini. Percaya aku! Ayo!” kata Gun sambil menarik tangan Pim untuk pergi. Tapi sebelum mereka berhasil keluar, Dear datang dan menembakan pistolnya kearah mereka, ditemanin oleh Win yang juga membawa pistol.

Untungnya, peluru yang ditembakan tidak mengenai mereka, mungkin itu hanya untuk mengertak mereka saja. Dan karena itu, Pim pun menjadi tambah panik.

Lalu perlahan Win serta Dear berjalan mendekati mereka. Dan Dear berkata,”Pimdao. Ini waktunya untuk bermain game terakhir. Di gudang ini ditempat kamu akan mati. Jangan takut.”

“Kami akan memberi kalian kesempatan untuk berlari. Karena itu tidak akan menyenangkan, jika kalian tidak berlari. Ayo kita mulai game nya! Satu…” kata Win, melanjutkan kata2 Dear.

Gun dan Pim pun segera berlari menjauhi mereka berdua. Tapi dengan langkah perlahan, Dear serta Win mengikuti mereka. Dan Dear terus menembakan pistolnya kearah mereka berdua,”Larilah! Pastikan kamu bisa melarikan diri kali ini. Hahahha…”

Pim terlihat sangat ketakutan, tapi Gun tidak. Dengan begitu tenang, Gun menjaga Pim dan membawa Pim untuk terus berlari di antara rak2 barang digudang. Sehingga mereka bisa terhindar dari tembakan Dear.

“Kemana kamu Pimdao? Kamu tidak bisa melarikan diri.” Teriak Dear masih sambil terus menembak. Tapi Gun dan Pim telah berhasil menjauh dari mereka. Lalu dengan kesal, Dear memandang kearah Win.

“Aku akan membantumu, Sayang.” Kata Win lembut.

Gun dan Pim yang telah berhasil menjauhi Win dan Dear sesaat tadi, kini terjebak. Karena Win tiba2 muncul dihadapannya sambil mengarahkan pistolnya, begitu juga dengan Dear yang berdiri di belakang mereka. Sehingga Gun menjadi kebingungan.

Lalu Dear pun langsung menembak lurus kearah Pim. Dan Gun yang menyadari itu segera memeluk Pim, sehingga Pim tidak terluka. Tapi sebaliknya Gun lah yang terluka. Pada saat itu, lagi2 dengan sigap Gun membawa Pim untuk bersembunyi.

Dear sendiri pun ingin langsung mengejar mereka, tapi Win menghentikannya,”Khun Dear, tenanglah.”

“Mengapa? Aku ingin membunuh mereka.” Protes Dear.

“Kedua tikus itu tidak akan pernah bisa melarikan diri dari kucing seperti kamu. Jadi ayo biarkan mereka lari sedikit lebih lama. Sehingga itu akan menjadi tambah menarik untuk kita.” Kata Win sambil memegang Dear.

Lalu Dear ikut tersenyum.


Pim merobek bajunya sendiri dan mengikatkannya di lengan Gun yang terluka,”Pakailah ini untuk menghentikan pendarahan nya dulu.”

“Khun Pim. Aku akan mengalihkan mereka, lalu kamu coba carilah pintu keluar.” Kata Gun. Tapi Pim menolak dan tidak mau meninggalkan Gun sendirian, tapi Gun memaksa Pim,”Kamu harus pergi.” Kata Gun, lalu menarik Pim untuk meninggalkannya.

Tapi tepat pada saat itu Win dan Dear muncul. Sambil mengarahkan pistol, Win berkata,”Kami sudah memberi cukup waktu. Mari kita selesaikan urusan kita sekarang. Silahkan, Khun Dear.”

Saat Win mempersilahkan Dear untuk maju, tanpa segan Dear segera maju dan mengarahkan pistolnya lagi pada mereka. Tapi kali ini Pim segera melawan dan menendang Dear, hingga Dear hampir terjatuh, tapi Win yang berdiri dibelakang Dear segera menahannya agar tidak terjatuh.

Met dan anak buah datang kesana. Lalu Win berlari mengejar mereka berdua, sedangkan Dear memberikan perintah pada Met untuk menahan mereka dari arah belakang.

Gun dan Pim berhasil keluar, tapi sayangnya mereka menemui jalan buntu. Karena arah mereka berlari, mengarah kelaut. Sehingga mereka menjadi terdesak, ketika Win dan Dear serta anak2 buahnya datang mengeejar mereka.

“Itu cukup. Game Over. Kalian tidak akan bisa melarikan diri lagi.” Kata Win, lalu perintahnya pada anak2 buahnya,”Pisahkan mereka berdua!”

Jadi anak2 buah Gun menarik Pim dan Gun agar terpisah, lalu menahan kedua tangan mereka, sehingga mereka sulit untuk melepaskan diri. Lalu sambil tersenyum Win bertanya,”Siapakah yang harus kutembak duluan? Laki2 atau perempuan?”


“Biarkan Khun Pim pergi! Aku sudah memberikan apa yang kamu inginkan! Tapi jika kamu sangat ingin mengambil nyawa seseorang, bunuh aku!” teriak Gun.

“Kamu pikir, aku percaya kamu tidak memberikan dokumen itu kepada polisi?! Kamu pikir aku bodoh, Mr. Bodyguar?! Huh?! Aku akan memberi kamu kesempatan untuk kamu tidak mencampuri ini. Kesempatan supaya kamu tidak kehilangan apapun, tapi kamu tidak mau! Kamu memilih ini! Dan sekarang, tidak akan ada lagi kesempatan! Hari ini, kamu akan mati!” kata Win sambil mengarahkan pistolnya pada Gun.

Tapi tiba2 Pim berteriak,”Jangan! Jangan Win! Jangan sakiti dia. Aku mohon. Lepaskan dia. Lepaskan dia. Jika kamu marah atau benci padaku, maka bunuh aku saja. Dia tidak tau apapun. Jadi lepaskan dia.”

Mendengar kata2 Pim, Win sama sekali tidak tersentuh, malah sebaliknya, Win tertawa dan berkata,”Tidak tau apapun?! Kamu percaya itu?!” lalu Win berjalan mendekat kepada Pim,”Biar aku memberitahumu. Alasan hidupmu menjadi berantakan adalah karena dia! Dia yang menyebabkan segalanya. Itu dia!” tunjuk Win ke arah Gun.

“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Pim tidak mengerti.

“Kamu tidak percaya aku? Kesini.” Kata Win sambil menyeret tangan Pim mendekati Gun,”Tanya dia langsung. Apakah dia mecintai kamu? Atau dia pernah bilang cinta ke kamu?! Coba aja tanya! Tanya!”

Lalu kepada Gun, Win berkata,”Katakan padanya. Gadis yang kamu lindungin ini, kamu mecintai dia. Bilanglah! Bicara! Katakan!” kata Win sambil mengarahkan pistolnya dibawah dagu Gun.

Pim menangis, memohon,”Win berhenti! Win, jangan sakiti Gun. Aku mohon.”

Gun tidak berbicara apapun dan hanya bisa terdiam menatap Pim. Lalu dengan bangga Win mealnjutkan,”Kamu tidak bisa kan. Itu karena aku telah bicara jujur. Segala yang dia lakukan itu adalah untuk istrinya! Aku membunuh istrinya! Kamu dengar aku?! Aku membunuh istri mu!”

Gun menjadi emosi dan ingin memukul Win, tapi tidak bisa. Karena anak2 buah Win menahan Gun dengan erat, sehingga Gun tidak bisa melakukan apapun. Dan hanya bisa berteriak,”Aku akan membunuhmu! Kawin! Brengsek kamu!”


Pim sendiri terliha antara masih mau percaya dan tidak,”Ini tidak benar. Seseorang tolong bilang bahwa ini tidak benar. Ini tidak benar kan, Gun?”

Gun menatap Pim dengan sedih tapi tidak menjawab. Dan Win tersenyum puas,”Sejak kamu akan mati, ceritakan aja kepada Pim kebenarannya! Ceritalah!” lalu lanjutnya pada Pim,”Bahkan kata cinta aja, dia tidak bisa bilang ke kamu. Baiklah. Aku akan mengulang sekali lagi, sebelum kamu mati dengannya. Dai ingin balas dendam untuk kematian istrinya. Dia tidak punya perasaan padamu. Kamu hanya alatnya! Hahahah..”

Pim mendekati Gun perlahan dan memegang tangannya,”Gun, beritahu padaku. Tidak apa2 jika kamu tidak mecintai aku. Aku tidak marah pada mu, walaupun kamu tidak cinta aku. Tapi beritahu aku, dimasa lalu, segala yang kamu lakukan untukku, oerasaan mu, itu tidak seperti yang dia katakan kan? Beritahu aku bahwa itu tidak benar. Aku akan mempercayai kamu.”

“Maaf.” Balas Gun. Lalu Pim pun melepaskan tangan Gun dan menamparnya, sebelum Gun bisa berbicara lebih lanjut.

“Berhenti. Jangan katakan apapun! Aku tidak mau mendengarkan kebohongan kamu! Bukankah aku memberitahu padamu untuk jujur padaku?! Betapa sedihnya aku, dua orang yang sangat aku percayai, berbohong padaku. Aku sudah muak! Cukup!”

“Khun Pim. Itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan.”

“Berhenti. Jangan bicara apapun lagi!”


Gun berusaha untuk meminta maaf, tapi karena sudah sangat terlalu sedih, Pim tidak mau mendengarkannya lagi. Gun juga sama sedihnya. Melihat itu Dear tersenyum dan memotong pembicaraan mereka,”Apakah kalian sudah selesai mengucapkan kata2 perpisahan?”

Dear mendekati Pim dan memegang wajah Pim agar menatapnya,”Sekarang kamu tau? Betapa sakitnya aku?!”
“Apa yang kamu mau? Berhenti bersikap kekanak2an!” teriak Pim. Tapi Dear kesal dan memukul kepala Pim dengan pistonya sehingga dahi Pim berdarah serta ia jatuh ketanah. Dan dengan sangat kasar, Dear menarik rambut Pim supaya ia berdiri dan memukulnya lagi.

Pim sudah lemas karena semua itu dan tidak bisa berbuat apapun lagi. Jadi Dear memanfaatkan itu dan mengarahkan pistolnya pada Pim,”Matilah, Pimdao!” katanya lalu menembak Pim.


Melihat itu, Gun segera melepaskan dirinya dengan sekuat tenaga dan akan menahan Pim yang hendak terjatuh ke sungai. Tapi sayangnya, mereka berdua langsung jatuh bersama. Dan Dear yang tidak bisa menerima itu, menembakan pistol nya ke dalam sungai. Begitu juga dengan para anak2 buah yang ikut menembak dengan sembarang kedalam sungai.

“Temukan badan mereka. Kemudian aku baru yakin bahwa mereka telah mati.” Perintah Win.


Pada saat itu Jade beserta tim datang kesana.

Flashback
Saat Jade sudah pamit dan akan pergi. Boss nya menghentikan dia dan berkata,”Aku siap mengambil resiko dengan kamu untuk ini.”
Flasback End

Win tidak takut dan bahkan gentar,”Mengapa kamu disini?!”

“Kami mendapatkan informasi bahwa ada seseorang yang diculik disini.” Balas Jade keras.

“Tapi aku pikir kamu datang ketempatku seperti ini, aku bisa membuat laporan masuk tanpa izin. Disana tidak ada terjadi apapun seperti yang kamu bicarakan! Jadi pergilah!” Teriak Win.

Jade terdiam dan mau tidak mau, mereka pun terpaksa pergi dari sana.

Dirumah sakit. Wit sedang menjalani operasi. Dan Koy yang menunggu diluar terus berdoa dengan perasaan cemas. Lalu ia pun terduduk dilantai sambil menangis.

Jade datang dan segera menghampiri Koy. Jadi dengan sangat sedih Koy menceritakan nya dan menangis. Tepat ketika itu, Dokter keluar dari ruang operasi. Dan untungnya Wit berhasil diselamatkan, karena peluru itu tidak menembak kebagian organ2 pentingnya.

Mendengar itu, Jade dan Koy menjadi lega. Dan tersenyum. Tapi Jade masih tidak tau bagaimana Gun dan merasa khawatir tentang itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post