Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 17 - 1



Content and Images by OneHD


“Dari hasil pemeriksaan, kita bisa mengambil kesimpulan. Sepertinya kepalanya terpukul oleh benda keras dan itu berakibat kepada penglihatannya.” Jelas Dokter pada Prim serta Gun yang berdiri agak jauh membelakangin.


“Maksud Anda, Pim akan buta?” tanya Prim. Dan Dokter mengiyakan.

Mereka berdua masuk kedalam ruangan Pim. Dan Pim bertanya,”Siapa ya?”

“Ini aku Prim. Pim, kamu tidak perlu khawatir. Dokter bilang bahwa kamu bisa sembuh.”

“Berapa persen kemungkinan nya? Berapa hari? Berapa bulan? Tahun? Sejujurnya, aku tidak bisa menerima ini. Akan lebih baik bila aku mati.”

Gun mendekati ranjang Pim dan mengenggam tangannya,”Khun Pimdao. Kamu harus tetap kuat.”

Pim menarik tangannya dari Gun dan meminta pada Prim bahwa ia hanya ingin sendirian bersama dengan Prim saja. Gun menyentuh kaki Pim, tapi Pim menariknya juga,”Cukup. Aku tidak mau mendengar suara kamu. Keluar! Keluar!” kata Pim dan melemparakan bantalnya pada Gun.

Prim berusaha menenangkan Pim, tapi Pim tetap berteriak menyuruh Gun untuk keluar. Jadi dengan sedih Gun melangkah mundur secara perlahan dan keluar.

“Aku tidak ingin dekat dengan nya! Aku tidak ingin mendengar suaranya! Aku tidak mau ia ada didalam hidupku!” kata Pim menangis dipelukan Prim.


Gun berlatih dan memukul. Sedangkan Pim terus menangis sendirian.

“Khun Pim, aku minta maaf! aku minta maaf!” kata Gun sambil jatuh berlutut dilantai. Jade dan Wit yang melihat itu merasa bersimpati dengan keadaan Gun. Begitu juga dengan Koy yang ternyata juga ada berdiri tidak jauh dari situ.

Koy serta Wit dan Gun datang menjenguk Pim. Lalu disana Pim menanyakan kepada mereka,”Siapa?”

“Ini aku Koy. Aku membawakan makanan untukmu. Kamu harus makan.”

“Koy kamu datang dengan siapa?” tanya Pim.

“Dia datang denganku, Wit.” Jawab Wit.

“Dan….?”

“P’Gun tidak datang. Bukankah kamu tidak mau dia datang, kan?” kata Koy. Tapi Wit segera menyenggol tangan Koy, saat ia melihat wajah sedih Gun dibelakang mereka.


Koy pun memberikan makanan yang dibawanya pada Pim, lalu Wit memberikan tatapan kode pada Gun untuk mendekat dan membantu. Jadi Gun mendekat, sedangkan Wit dan Koy mundur menjauh. Tapi saat Gun akan mengambil kan sendok untuk Pim, tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan Pim. Sehingga Pim menyadari bahwa Gun ada disana.

“Ini Gun, kan? Iya kan?” tanya Pim dan melepaskan tangan Gun, lalu lanjutnya,”Seperti apa kalian melihat aku? Mengapa kalian berbohong padaku?! Kalian semua keluar! Keluar!” teriak Pim dan membuang semua makanan didekatnya.

Lalu saat Pim merasakan bahwa mereka tidak juga akan pergi. Ia pun bangun,”Jika kalian tidak pergi, kemudian aku pergi.”

Pim akan berjalan pergi, tapi karena tidak dapat melihat. Pim terjatuh dan mereka semua berusaha menolong dan menenangkan Pim. Lalu Pim mulai menangis,”Berhenti! Jangan ganggu aku! Keluar. Aku tidak mau melihat wajah mu. Aku tidak mau mendengarkamu! Keluar! Keluar! Keluar! Kalian keluar!”

“Khun Pim bisakah kamu tenang dulu?!” teriak Koy, lalu,”Tidak seorangpun yang senang melihat kamu seperti ini. Semuanya khawatir padamu. Dan segala yang terjadi, bukan hanya kamu yang merasa sedih tentang itu. P’Gun sedih juga.”

“Berhenti bicara! Aku tidak mau dengar! Aku bilang keluar! Keluar! Keluar!”

Koy pun menarik Wit untuk pergi. Sedangkan Gun tetap  berada disana untuk membantu Pim, tapi Pim tetap menolak dan menyuruh Gun untuk keluar serta berteriak sambil menangis. Jadi Gun menjauh perlahan dan membuka pintu tapi menutupnya lagi. Berpura2 bahwa ia keluar, tapi tidak.

Gun berdiri menatap sedih kearah Pim yang masih menangis dengan keras.

Diluar. Koy serta Wit terlihat khawatir, tapi sayangnya, mereka tidak bisa berbuat apa2. Lalu Koy bercerita,”Melihat P’Gun seperti ini, aku bersimpati padanya. P’Radee adalah masa lalu. Kita harus mulai dari awal lagi.”

“Hey! Sejak kapan kamu bisa berpikir seperti ini?”

“Sejak hari saat kamu akan mati. Aku merasa tidak seharusnya kita sampai kehilangan orang yang kita cintai lagi. P’Gun mungkin berpikir sama.” Jelas Koy.

Wit tersenyum dan berdiri didekat Koy serta menanyakan perasaan Koy padanya. Dan Koy tiba2 terlihat canggung serta diam. Wit pun menghela nafas,”Kamu sama seperti Pim. Bertindak kekanakan, tidak mau bicara yang sebenarnya, dan membuat orang yang kamu cintai sedih. Hey aku akan bertanya lagi, apa kamu mecintai aku?”.

“Baiklah.. aku hanya suka. Apa itu cukup?” tanya Koy sambil tersenyum.

“Tidak cukup.” Balas Wit.

“Baiklah. Aku pergi sekarang” kata Koy meninggalkan Wit. Tapi Wit segera mengejarnya dan meminta Koy untuk mengatakan cinta padanya.

Prim masuk kedalam ruangan Pim. Disana ia melihat Pim dan Gun yang duduk berjauhan dalam diam. Jadi Prim mendekati Pim dan memeluknya. Pim pun menangis,”Prim aku tidak ingin hidup lagi. Aku mau mati! Aku tidak tau apa yang harus kulakukan lagi! Aku capek! Aku sakit. Sangat sakit.”

Prim terus menenangkan Pim. Dan Gun menangis mendegar itu.

Pim sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, disana Prim dan Gun yang masih diam, mereka menemani Pim. Dan lalu pembantu Pim keluar memberi salam kepada mereka, tapi Gun memberikan tanda diam dan jangan menyapa nya.

Pim menyapa kedua orang tuanya yang telah tiada lagi didiunia,”Ma, Pa, semuanya telah berlalu sekarang. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi. Aku akan membaik.” Kata Pim menangis.

Diluar. Prim bertanya kepada Gun apakah ia yakin mau melanjutkan seperti ini. Dan Gun mengiyakan, ia kan selalu menemani Pim sampai dia sembuh. Mendengar itu Prim menghibur Gun,”Percaya aku. Kalian berdua cocok. Jangan biarkan kesalah pahaman seperti ini menyakiti kalian.”

Pim makan sendiri dimeja makan, dibantu oleh pembantunya. Dan disana Gun terus berdiri mengawasi Pim makan. Dan saat Pim ingin mengambil air minum dengan meraba2 di meja, Gun membantunya dengan mengambil dan menaruh gelas itu didekat Pim, sehingga ia bisa menemukannya.

Saat malam ketika Pim duduk diluar, dibantu oleh pembantunya. Gun juga disana memperhatikan. Lalu saat Gun melihat selendang dibahu Pim terjatuh, ia membantu Pim lagil. Tapi tanpa sengaja tangan Pim malah memegang tangannya. Dan menyadari itu Pim berkata,”Ini kamu kan? Ini kamu kan Gun? Ini benar2 kamu?”

Gun berjalan menjauh, tapi Pim tetap memegan tangan Gun dan mengikutinya. Ia meraba tubuh dan wajah Gun,”Mengapa kamu disini? Bukankah kamu dengar bahwa aku tidak ingin melihat kamu lagi?! Pergi! Menjauh dariku! Pergi!”

Gun tidak tahan lagi dan menahan Pim,”Aku tau kamu membenci aku. Tapi aku tidak akan meminta kamu memaafkan aku. Aku hanya aku mengawasi kamu sampai kamu  sembuh. Bisakan?”

Pim melepaskan tangannya,”Aku tidak tau. Mengapa kamu melakukan ini?”

“Tidak peduli apapun alasanku, aku ingin kamu tau, dari sekarang aku aka melakukan semuanya untuk kamu. Setuju atau tidak? Ketika kamu sembuh, aku akan menghilang. Aku janji.”

“Aku ingin kamu mengingat. Kapanpun aku sembuh, hal pertama yang tidak ingin kulihat adalah kamu.” Kata Pim.

Mereka semua terlihat sedih dan sama2 tersakiti. Dan Gun sangat ingin menghapus air mata Pim, tapi tidak jadi. Ia ragu.


Gun menjaga Pim selalu, membacakan buku untuk Pim, tapi Pim tetap menjauh dan menolak. Gun menyelimuti Pim yang tertidur dan ingin mengelus kepala Pim, tapi tidak jadi. Gun makanan untuk Pim, tapi meminta pembantu Pim untuk merahasiakan dan memberikan itu pada Pim. Saat Pim tersenyum, Gun juga ikut tersenyum.

Akihrnya tiba hari dimana, Pim harus menjalanin operasi lagi ditemanin Prim dan Gun. Lalu semuanya Wit, Jade, Koy, juga ikut hadir disana. Mereka menunggu tepat diluar ruang operasi Pim dengan cemas.

Operasi telah selesai. Kini mereka hanya perlu menunggu sampai perban yang menutupi mata Pim di buka, untuk mengetahui apakah Pim bisa melihat lagi atau tidak. Dan saat Pim tertidur, Gun duduk disampinya sambil memegang tangannya,”Aku berharap, aku bisa pergi meninggalkan kamu. Karena jika aku menghilang, itu berarti, kamu sembuh. Kamu bisa kembali kekehidupan mu yang dulu. Menjadi Pimdao yang dicintai semua orang. Hidup bahagialah. Dan jaga dirimu.” Kata Gun lalu mengelus kepala Pim dengan sedih dan mencium keningnya. Lalu Gun berdiam, menangis.

Akhirnya perban dimata Pim dibuka. Lalu Dokter menyuruh Pim unutk mengikuti jarinya dan Pim mengikutinya. Pada saat itu ia bisa melihat Gun berdiri menatapnya, tapi tiba2 ia menghilang dari sana. Jadi Pim menutup matanya kembali.

Lalu Pim membuka matanya kembali, melihat kearah lain. Disana ada Prim, Jade, Wit, dan Koy, tapi tidak ada Gun. Pim tersenyum, tapi saat menyadari itu, kelihatannya Pim merasa kecewa, tapi ia tidak mau mengakui itu pada mereka.

Saat mereka telah pergi. Dan hanya tinggal Prim disana, diam2 Pim meneteskan air matanya.


Gun melihat fotonya bersama Radee dan saat Koy, Wit, dan Jade telah pulang. Gun menaruh foto itu dimeja dan diam.
“P’Gun biar aku bertanya serius padamu. Kamu pergi karena merasa bersalah pada Radee? Atau kamu melarikan diri dari hatimu?” tanya Koy sambil duduk disamping Gun, lalu,”Sejujurnya, aku tidak pernah menerima kamu dan Khun Pim. Tapi melihat kamu seperti ini, aku tidak bahagia sama sekali. Dan aku percaya P’Radee juga berpikir sama.”
“Terima kasih, Koy. Terima kasih kepada kalian. Terima kasih.” Kata Gun, lalu mengambil tas besarnya dan pergi. Melihat itu Koy ingin mengejarnya, tapi Wit menyuruh Koy untuk membiarkan Gun pergi meninggalkan mereka semua. Karena mungkin itulah yag terbaik untuk sekarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post