Sinopsis Thai-Drama : Game Maya Episode 17-2 End 



Content and Images by OneHD



Pim mengunjungin Nam dirumah sakit. Kondisi Nam sudah jauh lebih baik, ia sudah bisa mengenali Pim serta Prim lagi dan juga mengingat semua kejadian yang telah ia alami.


“Maukah kamu kembali bekerja padaku lagi seperti sebelumnya, Nam?” tanya Pim.

Dengan mata berkaca-kaca karena haru, Nam menanyakan,”Khun Pim. Kamu tidak marah lagi?”

“Ingatlah, Nam. Kamu masih teman baikku,” balas Pim lembut.

Nam langsung memeluk Pim sambil meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Pim yang balas memeluk Nam erat. Lalu Prim yang berdiri disana juga, melihat adegan itu dengan perasaan haru, dan ia berkata pada Nam,”Semua hal buruk telah berlalu. Kita bisa memulainya dari awal lagi.”

Pim menemui Win yang berada dipenjara dengan keadaan tangan dan kaki terbogol. Disana Pim terus mengajak Win berbicara, tapi Win sama sekali tidak merespon atau menjawab bahkan ia juga tidak berani memandang kearah Pim.

“Kamu tidak ingin mengatakan apapun?” tanya Pim, tapi Win tetap saja diam. Jadi Pim melanjutkan,”Baiklah. Jika kamu tidak mau berbicara padaku lagi. Tapi ada yang ingin aku sampaikan, yaitu aku sudah tidak marah padamu lagi. Aku tidak membencimu. Aku memaafkanmu. Aku ingin kita berdua bisa saling memaafkan. Bisakah?”

Mendengar itu, Win akhirnya memandang kearah Pim. Tapi tiba2 dia berdiri dengan raut sedih dan penyesalan diwajahnya. Lalu secara perlahan Win berjalan meninggalkan Pim dan masuk kembali ketempat tahanan nya.

Ditempat lain Wit berjalan bersama Koy. Mereka membahas masalah Pim dan Gun yang masih belum jelas, sama sekali. Juga karena Koy sama sekali belum ada mendengar kabar dari Gun yang telah pergi begitu saja.

“Aku sudah bilang ini berkali2. Putus dengan seseorang itu tidak mudah. Khususnya untuk orang yang selalu kita lihat wajahnya dan kegiatannya setiap hari. Itu lebih sulit.” Jelas Wit.

“Tapi bukankah Pim keterlaluan? Hanya bilang cinta dan mengikuti hati saja, apa sesulit itu? Sejak mereka berdua saling merasakan hal yang sama.” Balas Koy.

Wit berhenti berjalan dan memegang tangan Koy, meminta Koy untuk berhenti memikirkan masalah orang lain. Dan fokus tentang hubungan mereka berdua,”Bisakah kamu mengatakan cinta padaku?”

Koy diam dan berpura2 berpikir. Jadi melihat itu, Wit pun ngambek,”Baiklah. Kalau kamu tidak mau. Kamu tidak perlu bilang.”

Dan tiba2 saja saat Wit memalingkan wajahnya, Koy mencium pipi Wit,lalu tersenyum. “Bisakah ini menjadi jawabannya?”

Wit sempat syok sesaat, tapi ia lalu berpaling dan langsung mencium Koy tepat dibibirnya. Koy yang belum siap sama sekali, langsung mendorong Wit dan mengomelinya. Tapi Wit malah menjawab,”Terakhir kali kamu menciumku, aku juga tidak siap.”

“Terakhir kali itu aku mabuk, jadi aku ga sadar.”

“Kamu sadar sekarang.” Kata Wit lagi, lalu mendekat ingin mencium Koy lagi. Tapi dengan sigap Koy menahan bibir Wit dengan tangannya, lalu ia pun mulai mengomeli Wit lagi.

Gun berada ditempat ia dulu pernah membawa Pim yang sedang depresi untuk berlibur. Disana ia menonton berita mengenai Pim yang sudah kembali sehat dan mulai bekerja seperti dulu lagi. Dengan pandangan yang menunjukan kesedihan, Gun keluar dan memandang kejauhan.

Pim yang baru pulang dan masuk kedalam lantai gedung dimana ia tinggal, dia diam dan berdiri diam sambil memandang kearah kamar apatermen milik Gun dulu. Setelah agak lama, Pim menghela nafas sedih dan akan berjalan masuk kedalam apatermennya.

Tapi sebelum Pim masuk, ia melihat sosok Gun berdiri disana sambil tersenyum lembut kearahnya. Jadi Pim berjalan mendekati Gun, tapi sosok itu hilang saat Pim ingin menyentuhnya. Lalu Pim pun menangis, meneteskan air matanya.

Prim menanyakan keadaan Pim yang kelihatan kurang bersemangat dan ia mengajak Pim untuk memeriksakan kondisinya dirumah sakit. Tapi Pim mengelak serta beralasan bahwa ia hanya sedang sakit kepala saja dan saat ia meminum obat, ia pasti sembuh.

Prim menyadari keadaan Pim dan berkata,”Kamu seperti ini adalah karena Gun kan?”

“Mengapa P’Prim? Aku mencoba untuk tidak memikirkan dia, tapi dia selalu muncul dikepalaku. Aku ingin bisa membenci dia.” Kata Pim bercerita dengan raut wajah sedih dan bimbang.

“Dengarkan aku. Tidak seorang pun yang bisa menghentikan perasaan kita. Sebanyak apapun kamu mencoba, itu akan menjadi lebih menyakitkan. Aku ingin kamu melepaskan, keraguan kamu. Dan ikuti kata hati mu sekarang. Maka kamu akan menemukan kebahagiaan. Percayalah.”

Pim meneteskan air matanya lagi,”Bukankah ini sudah telat?”
Prim menggeleng dan menenangkan Pim.

Gun terbangun saat ia merasakan bahwa ada seseorang yang memegang tangannya. Dan saat Gun membuka matanya, ia melihat Radee yang mengenakan baju putih. Sangat cantik. Jadi Gun segera bangun. Lalu dengan lembut Radee memegang wajah Gun, menghilangkan kerutan di dekat mata Gun.

“Gun, apa kamu masih bahagia? Aku ingin melihatmu bahagia. Jangan khawatir. Tersenyumlah dengan bahagia untuk orang yang kamu cintai.” Kata Radee.

Gun terbangun dari tidurnya. Langit masih gelap saat itu. Gun tersenyum sambil memegang gelang tangan milik Pim.

Beberapa artis turun dari mobil mereka dan berjalan diatas karpet merah. Mereka berjalan masuk dengan perlahan sambil menebarkan senyum kepada para wartawan2 disana. Lalu Pim pun tiba dan berjalan masuk dengan mengenakan gaun putih yang indah.

Saat para wartawan sedang memotretnya. Pim melihat Gun berdiri agak jauh dari sana memakai setelah berwarna hitam. Wit yang berdiri disebelah Pim, melihat tingkah aneh Pim, jadi ia pun bertanya. Lalu Pim mengalihkan pandangannya, tapi saat ia ingin melihat lagi. Gun telah menghilang dari sana.

Didalam gedung, mereka semua duduk dan menonton adegan film yang mereka mainkan. Dan saat melihat itu, Pim mengingat kenangan saat Gun membantunya untuk berakting serta menemaninya. Lalu air mata pun mulai jatuh dari matanya.

Pim mengingat semua kenangannya satu persatu bersama dengan Gun dulu. Gun selalu ada untuknya. Gun selalu menyelamatkannya. Gun selalu membantunya. Gun selalu menghiburnya. Memeluknya saat dia sedih. Bahkan saat mereka berciuman.

Semua orang dan penonton telah pulang. Tapi Pim tetap duduk disana, sendirian. Tersenyum sambil meneteskan air matanya dengan perasaan sedih.

Prim datang dan mendekati Pim, menanyakan apakah ada yang salah pada Pim. Tapi Pim mengelak dan mengatakan bahwa ia tidak kenapa2. Mendengar jawaban Pim, Prim sepertinya mengerti akan perasaan Pim, tapi ia diam dan lalu mengajak Pim untuk pulang.

Pim bingung saat Prim ternyata membawanya kesebuah ruangan penuh dengan lilin2. Dan meninggalkan dia sendirian didalam sana.

Tiba2 dibelakangnya, Gun muncul. Pim terlihat ragu dan mendekati Gun lalu memegang wajahnya serta tangannya. Dan saat Pim menyadari bahwa Gun yang ada dihadapannya nyata, Pim merasa bahagia.

“Aku ingin mengembalikan ini padamu.” Kata Gun sambil menunjukan gelang milik Pim itu. Lalu Gun memasangkan nya ditangan Pim dan melanjutkan,”Ketika pertama kali kita bertemu, aku mungkin menyebalkan. Tapi dengan berlalu nya waktu, aku berubah. Sampai akhirnya itu menjadi cinta. Aku mencintaimu, Pimdao. Aku ingin menjaga dan melindungin kamu seumur hidupku. Apa kamu mau?”

Pim melepaskan tangannya,”Tidak.” Jawabnya, lalu jeda sesaat dan melanjutkan,”Berapa kali kamu menyakitiku? Berapa kali aku menangis? Kamu gila. Kamu meninggalkanku sendirian.”

Gun mulai terlihat gugup, lalu Pim melanjutkan lagi,”Tapi semua itu membuatku menyadari, ketika kamu tidak ada. Itu seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Aku masih ingin bersamamu.” Kata Pim lalu memegang tangan Gun kembali,”Aku mencintai mu juga, Bodyguardku.”

“Apa yang barusan kamu katakan?”

“Gila.”

Gun secara tiba2 mencium Pim, lalu ia berlutut dan memasangkan cincin ditangan Pim serte menciumin tangan Pim,”Apa kamu mau menghabiskan hidupmu selamanya denganku?”

“Ya,” jawab Pim. Lalu mereka pun saling tersenyum bahagia dan akan berciuman. Tapi tiba2 semua orang masuk dan menyoraki mereka untuk berciuman. Jadi mereka pun berciuman. Lalu Gun mengangkat Pim dan memutarnya dengan bahagia,

Pat dan Praew juga ada disana.


Gun membantu Pim memasak bersama didapur. Saat selesai, mereka berfoto. Lalu Pim membantu gun memakai dasi serta Gun dengan bahagia mencubit pipi Pim. Lalu mereka pun berciuman.

Ditempat lain. Gun dan Pim hanya berdua.

“Terima kasih selalu menjaga ku,” kata Pim memegang wajah Gun.

Dan Gun pun memegan tangan Pim dan berkata,”Terima kasih juga. Untuk mencintai dan mempercayaiku. Aku mencintai mu Pimdao.”

“Aku mencintai mu juga, Bodyguad ku.”

“Bodyguard?” tanya Gun. Dan Pim menganguk. Lalu mereka saling berciuman dan memandang pemandangan dikejauhan dengan saling berpelukan.
The End ©©©

Post a Comment

Previous Post Next Post