Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 1 – 3



Company name : Citizen Kane
Kwan mengetuk pintu kamar Khem, tapi Khem menolak untuk membukanya. Karena ia tidak mau pergi, tapi saat Kwan  berkata ia tidak akan menyuruh Khem untuk pergi. Maka Khem membuka kan pintu kamar baginya, lalu memeriksa bahwa memang tidak ada siapapun selain Kwan diluar pintu.

“Jangan memaksa ku untuk pergi,” pinta Khem.

“Aku dan P’Na telah setuju untuk menunggu sampai kamu siap." kata Kwan.

Khem memastikan Kwan tidak berbohong, lalu menceritakan tentang kesedihannya karena telah dikhianati, sehingga sekarang dia bingung harus mempercayai siapa lagi sekarang. Dan mendengar itu, Kwan memeluk Khem untuk menenangkannya.


Dihalaman. Tassana berusaha berbicara dengan Yada yang telah bersikap seperti tadi. Lalu Yada meminta maaf dan mengaku bahwa ia hanya ingin menemukan Sharkrit secepat mungkin, karena hanya dia yang mungkin tau dimana Khem berada.

“Khun Da. Khun Khem..” kata Tassana seperti mencoba memberitahu, tapi Yada segera memotong perkataannya dan berkata bahwa ia sangat ingin bisa melihat wajah orang yang telah mengkhianati adikya itu. Lalu Yada juga bertanya cepat, jika Khem pergi ketempat orang itu, apakah Tassana tau kira-kira dimana.

Tassana terlihat bingung dalam menjelaskan,”Aku tidak berpikir Khun Khem akan pergi menemui Krit. Dia tidak sekuat kamu. Aku pikir dia akan melarikan diri sejauh mungkin.”

“Jauh? Sejauh apa? Dan apakah Khem akan bunuh diri?” tanya Yada.

Tassan teringat malam ketika ia menemukan Khem yang sedang mau melompat keluat. Serta saat Khem hampir tertabrak mobil. Lalu suara Yada yang cemas menyadarkannya,”Khun Na, apa kamu pikir Khem akan bunuh diri? Dan jika dia selamat, mengapa ia tidak menelpon? Mengapa dia tidak menghubungin kami?”

“Jangan khawatir. Kapanpun Khun Khem siap, dia akan pulang.” Kata Tassana menenangkan, tapi Yada seperti menangkap maksud yang lain dibalik perkataanya.

“Apa kamu mengetahui sesuatu yang aku tidak ketahui? Siapa Sharkrit? Aku menyuruh seseorang menyelidiki dia, tapi tidak mendapatkan apapun. Itu seperti didunia ini, tidak pernah ada seorang yang bernama Sharkrit Pichakorn.” kata Yada. Mendengar itu Tassana lega, karena ternyata Yada tidak sadar tentang perkataanya.

“Krit, banyak menghabiskan waktu tinggal di Hong Kong. Dia bekerja untuk Ayah angkatnya disana. Seperti perusahan disini, dia yang mengaturnya,” kata Tassana memberitahu.

“Itu mungkin rencananya. Membiarkan perusahaannya bekerja sama dengan kita. Dan menggunakan itu untuk mendekat ke keluargaku.”


Saat Yada memandang kearahnya, Tassana mengaku bahwa ia tidak tau apapun tentang Krit. Serta saat ini ia sama seperti Yada yang sedang berusaha mencari Krit, karena ia juga memiliki banyak pertanyaan untuk ditanyakan. Tapi Yada menolak perkataan Tassana, karena ia yang akan mengurus semuanya sendiri.

Khem melihat mobil Yada yang telah pergi. Disana Kwan lalu mencoba menghibur Khem dengan boneka agar ia tidak menangis dan tersenyum lagi. Dan karena itu Khem pun tersenyum dan berhenti menangis, lalu ia mengambil boneka dari Kwan.

“Ini manis,” kata Khem memandang boneka ditangannya.


“P’Krit membeli itu untukku. Aku punya alergi. Aku alergi terhadap banyak hal. Aku alergi susu, kacang, cuaca, dan beberapa binatang. Ketika aku kecil, aku tidak bisa bermain apapun. Selama ini aku hanya melihat anak lain bermain dengan binatang-binatang.”

Melihat Khem terdiam dan mulai menangis lagi, Kwan meminta maaf karena telah mengingatkannya tentang Krit. Tapi Khem tidak masalah, kalau Kwan bercerita tentang Krit, karena ia ingin tau lebih banyak. Setelah itu ia bertanya,”Apakah Krit pernah mencintaiku?”

Kwan terdiam karena tidak bisa menjawab.


Tassana duduk dan mengingat perkataannya kepada Yada,”Aku hanya tau tentang pekerjaan. Hal lain, aku tidak tau.”

Tassana mengingat tentang keluarga Khem yang mulai melakukan kerjasama bersama dengan Krit.
“B-Star sangat tertolong bisa bekerja sama dengan T-Mart.” Kata Ayah Yada kepada Krit, lalu didepan wartawan ia berkata,”Jangan memotret dulu. Aku hanya akan mengadakan wawancara, ketika Yada telah kembali.”

“Yada?” tanya Krit heran.

“Oh, dia adalah anak pertamaku. Ini Khemika, anak keduaku, dia bekerja sebagai accounting,” kata Ayah mengenalkan Khem. Lalu Krit mulai memandang Khem sambil tersenyum kepadanya.



Setelah itu ia semua orang mulai keluar dari ruangan Krit mendekati Khem dan menyapanya serta mengulurkan tangannya. Jadi Khem pun balas menyalami Krit, setelah itu ia keluar dari ruangan dengan wajah malu-malu senang.

Disana Nee dan Tassana memperhatikan sikap Krit tersebut.



Telpon didekat Khem berbunyi. Mendengar itu Khem tampak ragu, tapi Kwan berteriak dari dalam kamar agar Khem membantunya untuk mengangkat telpon itu.

“Jika itu klien, kamu bisa menuliskan nama mereka,” kata Kwan memberitahu.

Khem mengangkat telpon itu dan saat ia mendengar suara Krit dari telpon, Khem menjadi terdiam. Sehingga Kwan yang heran, karena tidak mendengar suara Khem, segera keluar dari kamar. Dan menanyai Khem, apakah ada yang salah.

Tapi Khem tidak menjawab dan langsung mematikan telpon begitu saja.


Dirumah sakit, saat Yada dan Trai sedang membahas kondisi Ayah serta mengenai keberadaan Khem yang belum diketahui. Mereka melihat seorang pasien yang duduk dikursi roda sedang bertelponan dengan Ibunya.

“Mom, apa kamu dengar apa yang aku katakan? Aku tidak akan pulang kerumah sampai aku menemukan dia. Mom, kamu dengar aku?”

Yada memandang cemas kearah Trai, lau mereka mendengar pembicaraan resepsionis.

“Hey, kenapa pasien itu masuk kesini hari itu?”

“Yeah. Dia di campakan pacarnya dan mengiris nadinya sendiri.”



Yada teringat cerita Krit tentang adiknya yang melukai dirinya sendiri. Lalu pertanyaan Krit yang bertanya apakah Yada menyukai kejutan. Lalu dengan cepat ia menyuruh Trai untuk pergi menemui Ayah duluan, sedangkan ia akan pergi dulu.

Yada bertanya kepada pihak rumah sakit tentang sesuatu. Tapi pihak rumah sakit menjelaskan bahwa tidak ada pasien seperti yang Yada tanyakan. Tapi Yada masih ragu dan bertanya lagi lebih jelas.

“Bagaimana tentang beberapa minggu yang lalu? Itu hanya, disana ada kabar tentang pendonoran darah untuk pasien sekitar 50-60 tahun. Dia berada di CCU sekitaran waktu yang sama seperti Ayahku.”

“Kami hanya punya pasien dibawah usia 20 tahun dalam ruangan CCU. Pasien yang kamu jelaskan mungkin sudah pindah kerumah sakit lain.”



Yada mengingat pertemuannya dengan Krit dan pembicaraannya dengan Krit tentang paman Krit. Setelah itu Yada segera pergi untuk mencari Krit diruangan yang saat itu dimana Krit keluar dari sana, tapi ruangan tersebut terlihat berantakan dan kosong.

Seorang suster memberitahu bahwa ruangan itu sedang ditutup untuk direnovasi minggu ini. Jadi seperti menyadari keanehan itu, Yada  pergi kecafe dimana ia bertemu Krit. Dan melihat dua gelas kopi diatas meja yang kosong serta sebuah memo. Minumlah ketika masih panas.


Lalu dengan buru-buru Yada bertanya dan mulai berkeliling untuk mencari Krit, tapi ia tidak menemukan Krit sama sekali. Jadi ia menelpon seseorang untuk mecari pria yang baru saja duduk di café kopi. Lalu ia menjelaskan bahwa pria itu kira-kira berusia sekitar 30 tahun. Dan pada saat ia telah selesai menelpon serta berbalik, ia melihat bayangan Krit yang berdiri diseberang jalan terpantul dicermin.

Yada berbalik menghadap kearah Krit, lalu bertanya siapa dia. Tapi Krit tersenyum dan berkata.”Kamu akan segera tahu. Dan kamu tidak bisa menangkapku, karena aku yang akan melakukannya.”


Yada berteriak dan mengejar Krit yang akan pergi, tapi pada saat itu sebuah mobil lewat, jadi ia Yada berhenti sebentar. Lalu setelah itu Yada berjalan dengan cepat, tapi ketika ia sudah mendekat kearah Krit, ternyata ia telah terlambat. Krit telah masuk kedalam mobil.

Krit membuka kaca mobilnya,”Satu hal lagi Khun Yada, disana tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.” Katanya lalu melaju pergi. Sedangkan Yada segera berlari untuk mengejarnya, tapi tanpa sengaja ia malah terjatuh. Jadi Yada pun marah pada dirinya sendiri.


Mon dan Chat sibuk menahan Ayah yang ingin segera keluar dari rumah sakit. Dan tepat ketika itu Trai serta Yada masuk, lalu mereka berdua meminta Yada untuk berbicara dengan Ayah.

“Jika kami mau pulang, maka baiklah,” kata Yada.

“P’da” kata Trai tidak setuju. Begitupun dengan Mon.


“Tapi besok. Biarkan aku bicara ke dokter dulu.” Sambung Yada.

Ayah tetap mau keluar, karena ia masih mangkhawatirkan Khem. Jadi Yada berjongkok didepan Ayah dan berusaha untuk menenangkan Ayahnya, tapi Chat malah memperburuk suasana dengan perkataannya. Sehingga Mon segera menarik tangan anaknya itu, lalu Yada berdiri memandang mereka.

“Bibi Mon, bisakah kamu membawa Ayah dulu? Dan lalu keluar, bicara denganku. Kalian berdua,” tegas Yada. Jadi dengan agak takut, Mon mengiyakan perintah Yada.


Diluar Mon meminta maaf kepada Yada, begitu juga dengan Chat yang kelihatan enggan, tapi Mon memukulnya pelan untuk mengingatkan. Dan lalu mereka berjanji akan lebih baik lagi dalam menjaga Ayah 24 jam. Tapi karena melihat sikap Chat barusan, Yada menolak dengan sangat tegas,”Aku sudah mempekerjakan seseorang. Dan selama dia disini, akan ada seorang suster yang menjaga dia 24 jam,” katanya lalu berbalik akan pergi.

Mon segera menghentikan Yada dan mengatakan bahwa ia tidak capek sama sekali, tapi Yada berkata lagi,”Aku tidak khawatir tentang kamu, tapi aku takut jika kamu dan Chat ada, maka Ayah akan tambah stress. Khususnya ketika kamu mengatakan hal-hal yang membuat dia stress, jadi lebih baik kamu menjauh.”


“Khun Yada, kamu tidak akan mengantikan tempatku dengan seseorang kan?” tanya Mon memastikan.

“Kita tidak mencari Ibu tiri yang baru,” balas Trai, sehingga Mon merasa lega, tapi Trai lanjut,”Kami hanya mencari seseorang yang peduli pada Ayah. Tidak peduli berapapun mahal bayarannya.”

Setelah itu Trai dan Yada pergi meninggalkan mereka, sedangkan Chat mulai mengeluh kepada Ibunya. Dan seperti teringat sesuatu Chat menanyakan bayaran untuk mereka, tapi Mon segera membalas bahwa itu semua karena Chat.


Tassana memberikan sebuah ponsel kepada Khem, agar saat terjadi keadaan darurat Khem bisa menghubunginnya. Lalu kepada Kwan, ia mengingatkan agar jangan pernah menyuruh Khem menjawab telepon apapun lagi. Tapi Khem langsung membela Kwan yang tidak bermaksud seperti itu, lalu Khem mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Khem masuk kedalam dengan perasaan sedih. Jadi Tassana mengikutinya.


“Itu sebuah kesempatan untukku mengetahui kebenaran. Tapi aku terlalu takut. Aku selalu melarikan diri dari masalahku.” Cerita Khem.

“Dalam beberapa hal, kamu tidak perlu mengetahui kebenarannya. Kamu harus mengkhawatirkan keluargamu yang sedang menunggu kamu. Telpon lah mereka, agar mereka tau kamu selamat,” jelas Tassana.

Khem masih belum siap, tapi Tassana langsung memberitahukan keadaan Ayah (Khun Dilok) yang sedang berada dirumah sakit, jadi Tassana mau Khem untuk menelpon mereka hari ini atau besok agar keadaan Ayah bisa lebih cepat membaik dan meninggalkan rumah sakit.


Khem merenungkan perkataan Tassana dan menerima ponsel dari Tassana.

Saat sudah dirumah. Mon langsung meluapkan perasaan amarahnya,”Membayar suster pribadi untuk menjaga dia?! Apa dia masih memandangku?!”

Chat pun mulai mengeluh juga, tapi Ibu langsung memarahinya. Lalu dengan sikap percaya diri, Chat mengaku bahwa ia tidak takut bila harus diusir keluar, karena jika mereka membayar seseorang, maka mereka akan bisa punya waktu bebas untuk pergi shopping, spa, dan belanja berlian.


Mon tidak setuju dan mulai tetap mengeluh, lalu seperti teringat sesuatu ia memegang wajah Chat,”Kamu satu-satunya harapanku. Cepat dan temukan seorang pria kaya!”

“Langsung seperti ini?” tanya Chat.

“Yeah! Temukan seorang yang kaya, royal. Lebih kaya, lebih baik! Jadi kamu tidak harus sepertiku!”

“Sebenarnya, aku sudah punya seseorang. Khun Sharkrit! Tunggu dan lihat saja, aku akan mendapatkannya.” Kata Chat dengan percaya diri. Mendengar itu Mon pun tersenyum senang.


Yada mencari dipencarian google, Sharkrit Pichakorn, tapi ia tidak bisa menemukan apapun. Bahkan Yada mulai mengecek melalui IG, tapi ia tetap tidak bisa menemukan satupun fotonya. Jadi ia mulai membuka laptop dan mencari tau tentang pemegang saham di T-Mart, tapi kelihatannya ia juga tidak bisa menemukan apapun.

Lalu Yada pun mengambil ponselnya dan menulis dipencarian, Penyelidik swasta.


Tassana baru pulang bekerja dan Kwan langsung menyambutnya, lalu mereka mulai mengobrol. Tapi tiba-tiba Kwan bertanya apakah Tassana sudah capek dengannya. Dan dengan bercanda Tassana berkata iya, tapi lalu ia mengelus kepala Kwan,”Aku capek, kamu terus menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. kamu mungkin lemah, tapi kamu tidak menyerah. Kamu mampu hidup sendiri, tanpa aku. Tapi aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Tersentuh?”

Kwan merasa terharu dan mulai tersenyum.


Khem datang dan berdiri didepan pintu, tapi ia tidak mengatakan apapun, mungkin karena ia tidak ingin menganggu mereka. Dan menyadari kedatangan Khem, Tassana dan Kwan berjalan mendekatinya.

“Khun Khem, aku lupa untuk mencharge ponsel kamu,” kata Kwan.

“Aku sudah buat keputusan. Aku tidak akan menelpon,” beritahu Khem, lalu lanjutnya saat mereka terlihat heran,”Aku tidak tau harus menelpon siapa duluan. Jadi aku akan pergi menjenguk Ayah. Aku mungkin akan merepotkan kamu lagi, Khun Na.”

Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum dengan keputusan yang dibuat oleh Khem.


Dirumah sakit, Dilok (Ayah) sudah boleh keluar dari rumah sakit. Disana dengan perhatian Chat menawarkan diri untuk mendorong kursi rodanya, begitu juga dengan Mon. tapi Yada menghentikan mereka serta mengingatkan tentang keranjang buah yang harus mereka bawa.

Trai sependapat dengan Yada dan menyuruh mereka untuk mengangkat keranjang buah itu. dan karena tidak berani melawan mereka pun terpaksa mengiyakan. Tapi setelah Trai, Yada, serta Dilok keluar, Chat mengambil satu keranjang buah dan melemparkan nya kelantai dengan marah, sehingga semua buah dikeranjang berserakan.

Mon langsung memarahi anaknya.


Trai mendorong kursi roda Dilok, sedangkan Yada berjalan disampingnya. Dan dibelakang mereka, Chat sibuk mengeluh karena harus mengangkat barang-barang itu, apalagi tanpa sengaja ia menjatuhkan buah-buah dalam keranjang. Jadi dMon pun menyuruh Chat untuk memungutnya.

Mendengar semua keributan itu, Trai tersenyum dengan senang.


Khem datang kerumah sakit, tapi ia tampak agak ragu dan mau pulang. Melihat itu Tassana segera menahan tangan Khem, lalu menasehatinya, tapi Khem yang tampak ragu, tetap mau pergi.

“Khun Khem, masalah hanya bisa selesai. Jika kita menghadapinya,” nasihat Tassana kepada Khem.

“Aku akan mengunjungin dia ke kamarnya. Kamu bisa pergi sekarang,” putus Khem mantap, tapi Tassana tidak mau pergi, karena ia mau menemani Khem. Lalu Khem menyakinkan Tassana bahwa ia bisa melakukan nya sendiri.

“Setiap orang akan senang melihat kamu,” kata Tasasana menyemangati, lalu pergi.


Chat terus mengeluh sambil mengangkat keranjang – keranjang buah itu. Sehingga membuat Mon tampak kesulitan juga. Tepat ketika itu beberapa orang karyawan datang dan membantu mereka mengangkat keranjang-keranjang buah itu.

Awalnya mereka mengira orang-orang tersebut adalah karyawan dari rumah sakit, apalagi mereka mau memberikan bunga kepada Dilok. Tapi ternyata mereka bukanlah karyawan dari rumah sakit.
Dengan kasar Chat mengambil bunga itu untuk mencari tau dari siapa. Lalu membaca dengan keras surat yang ada dibunga itu. Tubuh kita yang utuh tidak kekal.



Mendengar itu, Mon segera memarahi anaknya. Dan Trai dengan cepat menanyakan siapa yang menulis itu dan ingin melihat surat tersebut. Tepat ketika itu Yada melihat Krit yang berjalan mendekat kearah mereka.

“Sharkrit,” baca Trai.

Saat Dilok dan Trai ikut melihat kearah pandang Yada, mereka langsung terkejut. Lalu Dilok berkata pelan,”Sharkrit!”

“Sharkrit?” tanya Yada tidak percaya mendengar kata Ayahnya.

Khem bertanya kepada resepsionis bahwa Dilok telah keluar dari rumah sakit. Jadi ia pun dengan lemas, berjalan pergi.


Trai maju untuk memukul Krit, mungkin. Tapi Dilok menahan tangannya. Lalu  Krit mulai berbicara,”Aku senang, kamu terlihat sehat. Buddha berkata,“Kamu hanya bisa melakukannya ketika kamu masih hidup” jika kamu buru-buru dan mati, kamu tidak akan bisa memperbaiki kesalahan yang kamu lakukan.”

“Kamu orang yang telah membuat kesalahan!” kata Dilok marah, lalu berdiri dan segera memukul Krit. “Kamu menyakiti anakku!”

“Tapi orang yang lebih sakit, adalah kamu.” Kata Krit dengan nada dingin.


Tiba-tiba sakit Dilok kambuh dan ia langsung jatuh, sehingga mereka semua menjadi panik dan berteriak memanggil suster. Dan saaat Dilok dibawa pergi untuk segera ditanganin, tanpa sengaja Khem melihatnya.

Dengan sedih Khem tidak mendekat dan hanya bisa berdiri menangis, melihat itu.


Yada mengejar Krit dan langsung bertanya kenapa Krit melakukan itu. Tapi Krit malah membalas,”Harusnya Ayah kamu bisa menjawab pertanyaan itu.”

“Jika Ayahku tau kamu adalah iblis, dia tidak akan pernah membiarkan Khem menikah dengan kamu!”

“Malaikat dan Iblis. Apa kamu suka buku itu seperti aku? Kamu percaya Ayah kamu adalah malaikat. Apa kamu tau ending buku itu? Siapa yang ternyata Malaikat asli? Siapa yang ternyata Iblis asli?” kata Krit misterius, lalu akan masuk kedalam mobilnya.

“Kamu tidak akan berhenti kan?” tanya Yada cepat sambil menahan pintu mobil Krit, lanjutnya,”Aku tau siapa kamu sekarang, Sharkrit Pichakorn. Jika kamu tidak menjauhi keluargaku. Aku akan menangkapmu!” tantang Yada.


Mendengar itu Krit tersenyum seperti senang, lalu ia membuka bagasi mobilnya dan memberikan sebuah kotak kaca berisikan sepatu hak tinggi kepada Yada. “Sebuah hadiah untuk awal permainan baru kita. Ukuran 35 kan? Aku tau segalanya tentang kamu. Sedangkan kamu tidak tau apapun tentang aku. Posisimu kurang menguntungkan, tapi aku akan menceritakan satu kebenaran. Aku bukan Sharkrit Pichakorn.” Kata Krit sambil menatap mata Yada lurus, seperti balas menantangnya.


Yada hanya terdiam dan membalas tatapan mata Krit. 

Post a Comment

Previous Post Next Post