Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 2 - 2




 Company name : Citizen Kane

 Yada memandang Ayahnya dengan sedih, saat mengingat bahwa hari ini Krit telah mengambil alih perusahaan dan menjadi pemegang saham tertinggi. Tanpa sengaja air matanya jatuh dan mengenai tangan Ayahnya, sehingga dengan perasaan yang berusaha tegar Yada menyeka air matanya serta tangan Ayahnya.



Dilok terbangun dan melihat Yada yang terlihat habis menangis, jadi ia bertanya. Tapi karena tidak ingin menyusahkan Ayahnya, Yada berbohong bahwa ia Cuma khawatir karena ada masalah dengan produk milik mereka. Dan Dilok mengangguk mempercayai Yada.


“Jika kamu lapar, pergi dan makanlah. Kamu tidak perlu menjagaku. Perawat akan datang sebentar lagi,” kata Dilok kepada Yada.

Dengan masih menangis, Yada pamit kepada Ayahnya dan pergi meninggalkan ruangan. Dilok memperhatikan anaknya yang keluar dari ruangan dengan pandangan curiga dan khawatir.


Dirumah. Tassana mencari-cari Khem, tapi ia tidak bisa menemukannya. Bahkan Kwan yang sedang berada didapur pun tidak tau kemana Khem. Lalu mereka berpikir bahwa bisa jadi Khem pergi menemui dia.


Ditempat lain. Khem menghubungin Krit dan mengajaknya untuk bertemu, tapi Krit menolak dengan tegas. Mendengar itu Khem memaksa Krit untuk datang menemuinya di club atau ia tidak akan pulang, lalu setelah itu tanpa menunggu jawaban dari Krit lagi, Khem langsung mematikan telponnya.


Tassana mencoba menghubungin Khem, tapi sepertinya Khem telah mematikan ponselnya. Sehingga dengan agak terburu-buru, ia segera mengambil kunci mobilnya untuk pergi mencari Khem.

Tepat sesaat sebelum Tassana masuk kedalam mobil, ia mendapatkan SMS dari Krit. Aku memberikan Khemika kepada kamu, jadi jaga dia. Club bukan tempat untuknya.


Yada sedang duduk dicafe sambil mengaduk-aduk kopinya dengan tatapan kosong. Dan ketika itu Krit datang, lalu duduk didepannya sam bil tersenyum.

Dengan erat Yada memegang gelas kopinya dan Krit menyadari hal itu. Dan melihat hal tersebut, Krit mulai membuka percakapan sambil masih tersenyum. Tapi Yada hanya diam dan makin memegang gelasnya dengan erat.


Tepat ketika Yada ingin menyiramkan kopinya, Krit segera memegang tangan Yada dan menahannya. Sehingga dengan terpaksa Yada terpaksa melepaskan gelasnya. Lalu dengan sikap yang tenang, Krit mengambil tisu dan menaruhnya disekeliling gelas.

“Ini caranya agar tanganmu tidak panas,” kata Krit tenang sambil mengulurkan kopi itu kepada Yada, tapi Yada hanya diam saja tanpa mau mengambil kopi tersebut.

“Aku hanya ingin tau satu hal. Mengapa?” tanya Yada kepada Krit langsung tanpa basa-basi.


“Mengapa Khem? Dan bukan kamu? Jika aku bertemu kamu duluan, itu tidak akan menjadi seperti ini. Baiklah, kita masih bisa memulai dari awal,” balas Krit santai.

“Aku bilangin ke kamu ya. Tidak peduli betapa banyak kamu menyakiti orang lain untuk ke senangan kamu yang menyedihkan itu. Kamu tidak akan pernah bisa mengisi bagian kosong di dirimu. Hati kamu akan tetap kosong dan kamu akan kehilangan kebahagiaan sampai mati.”


Mendengar perkataan Yada, Krit teringat kepada perkataan Ayahnya sendiri. Sehingga senyumnya menghilang dan ia menjadi terdiam. Lalu tanpa membalas perkataan Yada lagi, Krit berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Yada begitu saja.



Didepan ruangan Dilok, sebelum masuk Chat memberitahu Ibunya tentang Krit yang telah mengambil alih perusahaan mereka. Sehingga Mon menjadi sangat terkejut dan langsung bersiap untuk mengambil dan menjual bagiannya, tapi Chat menghentikannya dan dengan percaya diri berkata bahwa ia akan coba untuk mendapatkan Sharkrit.

“Hey, bukankah Tassana lebih gampang didapat?” tanya Mon heran.

“Tidak. Aku lebih suka sesuatu yang susah didapat. Lagian Mom, Khun Krit itu seratus kali lebih kaya. Dia punya bisnis di Hongkong dan Thailand. Ditambah Ayah angkatnya adalah pemilik 10 kasino di Hong Kong.” Balas Chat.

Walaupun latar belakang Krit masih agak aneh, tapi Mon tetap mendukung Chat untuk mendapatkan Krit. Karena menurutnya Krit itu sangat kaya. Lalu setelah itu, Mon membuka pintu ruangan Dilok dan masuk kedalam sambil bersikap sangat perhatian. Sedangkan Chat berdiri cemberut melihat itu, tapi karena Ibunya memanggil jadi ia pun terpaksa tersenyum dan masuk kedalam.


Yada mengikuti Krit yang pergi sambil masih berbicara dan mengatainya, sehingga Krit menjadi kehilangan kesabarannya dan menarik Yada dengan paksa masuk kedalam lift.

“Apa kamu gila?” kata Yada dengan kesal, lalu melihat kearah tombol 14 yang ditekan Krit dan menanyai maksuhd Krit melakukan itu.

Krit tersenyum melihat kepanikan Yada,”Apa kamu sudah cerita kepada Ayahmu?”


Yada yang menyadari maksud Krit, berusaha untuk menekan nomor lantai di lift, tapi dengan sigap Krit memeluk dan menahannya. Dan setelah lift terbuka, Krit melepaskan Yada begitu saja dan keluar meninggalkan Yada sendirian.

Yada mengikuti Krit lagi dan menahannya. Lalu Krit tenpa menunggu Yada berbicara, ia bertanya lagi kepada Yada,”Mengapa kamu belum memberitahunya?”

“Aku..” kata Yada terlihat gugup tiba-tiba.

“Tidak berani? Jika tidak berani, aku akan menolongmu.”


Saat Krit akan berjalan maju, Yada segera memegang tangan Krit dan memohon bahwa ia yang akan menceritakannya nanti, karena kondisi Ayahnya yang masih kritis saat ini. Dan Krit setuju.

“Aku mau detail produk baru kamu,” kata Krit sambil melangkah mundur selangkah.

“Aku akan emailkan ke kamu besok.”

“Juga riwayat hidupmu. Aku ingin tau selama 6 bulan di Switzerland, apa yang kamu lakukan.”

“Ya.”

“Bukan hanya tentang pekerjaan. Kehidupan pribadimu juga. Aku ingin tau jam berapa kamu bangun, kemana kamu pergi, dan apa yang kamu lakukan. Aku tidak percaya selama 180 hari kamu disana, tapi tidak melakukan apapun selain mengetest cream baru. Emailkan ke aku semuanya.”


Yada terlihat ingin memotong perkataan Krit kepadanya, tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, Krit yang telah selesai berbicara langsung pergi meninggalkannya begitu saja.


Diclub. Setelah menunggu lama, Khem berdiri dan akan pergi, tapi pada saat itu seorang pria (A) datang dan menahannya, lalu mengajaknya untuk minum bersama-sama. Tentu saja Khem menolak tawaran tersebut, ia berbalik dan pergi kearah yang berbeda.

Tapi tiba-tiba seorang pria (B) menahan Khem agar tidak pergi.


Khem menjadi marah dibegitukan, jadi dengan kasar ia melepaskan pegangan pria B, lalu mengambil tasnya dan buru-buru berjalan pergi. Sayangnya pria A tetap tidak menyerah dan mendekati Khem lagi, jadi karena kesal, Khem pun mengambil gelas minuman ditangan pria A dan menyiramnya.

Setelah melakukan itu, Khem tertawa kecil dan segera berjalan melewati pria A, tapi dengan cepat pria A menarik Khem dan melemparkannya dikursi.

Menyadari situasi mulai tidak baik, Khem menjadi panik dan berusaha melepaskan diri, tapi pria A tidak mau melepaskannya. Bahkan pria B juga ikut bergabung dan duduk disebelah Khem. Lalu pada saat itu sebagai balasan atas perbuatan Khem, pria A mengambil gelas minuman diatas meja dan dengan sengaja menumpahkan itu dibaju Khem.


Khem berteriak meminta tolong dan tepat ketika itu, ia melihat Tassana yang sedang berada dilantai bawah, jadi dengan segera Khem berteriak keras memanggil Tassana. Tapi kedua orang pria itu, segera menahan dan menutup mulut Khem.


Mendengar teriakan Khem, membuat Tassan menyadari keberadaan Khem yang sedang dalam bahaya, jadi buru-buru Tassana naik ke lantai atas. Tapi sayangnya, pada saat Tassana naik, ia tidak melihat keberadaan Khem lagi.

Dikarenakan hal itu, Tassana pun mulai menuduh seorang pelayan yang berdiri disebelahnya. Ia menuduh bahwa pelayan tersebut telah bekerja sama dengan Krit untuk melakukan itu. Dan dengan cepat pelayan itu menyangkal tuduhan Tassana itu.


Tassana yang khawatir, mulai mencari Khem. Ia membuka paksa satu persatu pintu kamar yang berada didalam club dengan perasaan emosi. Bahkan ia tidak peduli bahwa tindakan nya telah mengganggu tamu-tamu yang berada didalam kamar.

Sedangkan pelayan itu yang menggantikan Tassana dan meminta maaf kepada para tamu didalam kamar, karena telah mengganggu mereka.


Dirumah sakit. Keadaan Dilok tiba-tiba berubah menjadi tidak baik, sehingga semua orang menjadi panik. Begitu juga dengan Yada yang masuk dengan kaget, ketika melihat kondisi Ayahnya.

“Tekanan darahnya naik. Tapi sekarang aku telah memberikan dia obat,” kata perawat kepada Yada yang tampak panik. Sedangkan dari sisi tempat tidur, wajah Chat terlihat ketakutan saat menatap Yada.


Ketika para perawat telah keluar dari ruangan, tanpa sengaja Yada melihat sebuah surat kontrak. Jadi ia langsung menatap kearah Chat. Dan dengan gugup Chat mulai membela dirinya.

“Siapa yang tidak tau bahwa T-Mart mengambil perusahaan?! Apa yang kamu mau Parichat?” tanya Yada tajam kepada Chat.



Mon segera memaksa anaknya itu untuk meminta maaf, jadi dengan tampak agak terpaksa Chat meminta maaf kepada Dilok yang tidak sadarkan diri. Lalu kepada Yada, Chat sambil berlutut untuk meminta maaf. Tapi Yada yang marah kepada mereka, langsung menyingkir dan menyuruh mereka keluar.


Ketika mereka berdua keluar, Dilok pun tersadar. Lalu ia memandang surat kontrak yang tergeletak dilantai dan menatap dengan sedih kepada Yada. Tapi Yada tidak mampu menjelaskan sama sekali.


Diclub. Khem berteriak meminta tolong sambil meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya dan kabur, hingga tanpa sadar cincin yang dipakain olehnya terlepas dan jatuh. Tapi Khem yang sudah panik tidak menyadari apapun lagi.

Tepat ketika pria A ingin memukul Khem yang berusaha kabur, Tassana masuk kedalam kamar dan memukulnya. Pria b yang melihat kedatangan Tassana itu, langsung membantu temannya dengan cara menyerang Tassana dari belakang dan menahan agar Tassana tidak bisa bergerak.


Untungnya Tassana berhasil melepaskan dirinya, lalu menyerang kedua pria itu hingga terjatuh. Setelah itu, ia mengacam mereka bahwa ia akan membuat mereka berdua masuk kedalam penjara.



Karena ancaman Tassana itu, kedua pria tersebut akhirnya dengan terpaksa dan kesal, segera keluar dari ruangan dan meninggalkan Khem berduaan bersama Tassana.

Dan Khem yang melihat kedua pria itu telah keluar menjadi lega dan langsung mendekati Tassana serta memeluknya dengan erat. Tanpa menyadari cincinnya yang berada dilantai.

2 Comments

Previous Post Next Post