Sinopsis C-Drama : Die Now (Episode 1 : Menghilang) part 1





Network: Sohu TV


Didalam sebuah ruangan, seorang pria sedang mencuci pisaunya. Ditangannya tampak ada bekas darah, begitu juga dengan gulungan lengan bajunya.

“Ada angka tak berguna dalam statistik. Untuk setiap detik didunia ini 4,8 orang dilahirkan dan 1,8 orang meninggal.”




Pria tersebut membawa dan mengarahkan pisau tersebut, kepada seorang pria berkacamata yang sedang duduk terikat dikursi dengan mulut yang tersumbal kain.

“Artinya, untuk setiap saat kamu mengedipkan mata, dua orang baru saja meninggal. Kematian adalah sesuatu yang terjadi dengan mudah. Membunuh ...”





Kilat petir terlihat, bahkan suara gemuruh terdengar. Lalu pria tersebut dengan senyum diwajahnya, ia menancapkan pisaunya pada pria berkacamata. Ia menancapkan pisau tersebut berkali-kali.

“Juga sesuatu yang sangat mudah.”





Setelah selesai mencuci semuanya, pria tersebut lalu menlap tangannya menggunakan sebuah kain putih. Dan darah yang terkena diwajahnya, ia lap dan jilat, lalu ia tersenyum dengan senang dan puas.




“Namaku Xue Xin. Aku penulis novel detektif. Beberapa tahun terakhir, aku bermain permainan rahasia bersama Ji Lu. Kami menciptakan berbagai macam teka-teki dan saling mengirimkannya untuk dipecahkan. Setelah memecahkan teka-teki itu, dia akan mengirim kembali jawabannya dengan disertai teka-teki yang baru. Jadi kami mengulang prosesnya.”


Xue Xin pulang kerumahnya, tapi sebelum masuk, ia membuka kotak surat miliknya. Dan didalam sana ada sebuah surat untuknya, jadi ia mengambilnya. Setelah itu, ia masuk kedalam rumah dan mulai membaca surat itu.




“Permainan ini sudah berlangsung selama beberapa tahun. Aku hanya belum menemukan teka-teki yang tak bisa dia pecahkan.”

Xue Xin terlihat sangat berpikir keras dan ia mulai tampak stress. Ia memeriksa satu persatu buku didalam rak nya dan didalam ruangannya.




“Sebenarnya ini cukup sederhana. Selama dia tidak mengirim balasan, maka aku menang. Aku selalu ingin menjadi seperti karakter yang aku tulis, untuk melakukan kejahatan yang sempurna.”

Xue Xin akhirnya berhenti berpikir. Lalu dengan tersenyum, ia mengambil pisau miliknya.




“Dan targetku adalah orang yang sudah menjadi sahabat penaku, Ji Lu.”

Xue Xin mendatangin Ji Lu dan membunuhnya. Setelah ia selesai, ia keluar dari dalam ruangan dan menarik benang pancing yang berada dipintu. Dan pintu pun tertutup. “Tidak ada sidik jari, bercak darah, jejak kaki, atau motif. Ini contoh pembunuhan di ruang terkunci.”




Bangga dengan keberhasilannya, Xue Xin menganggap dirinya telah menang. Jadi ia pun mulai membakar semua surat – suratnya bersama Ji Lu selama ini. Dan sambil tersenyum, Xue Xin menatap semua surat itu terbakar.

“Sudah satu minggu sejak aku membunuh Ji Lu. Aku belum menemukan masalah. Seperti yang aku rencanakan. Rencanaku untuk pembunuhan yang sempurna bisa dianggap tanpa cela.”



Suatu saat, setelah pulang berbelanja. Xue Xin memeriksa kotak suratnya dan di dalam sana ada sebuah surat yang membuatnya tampak sangat terkejut.

“Sampai aku menerima surat darinya lagi. Tanggal pengiriman suratnya adalah dua hari setelah aku membunuhnya.”



Isi Surat : Xue Xin. Apa kabar? Saat kau menerima surat ini, aku pasti sudah tidak ada lagi didunia ini. Maka aku memintamu untuk menyelesaikan teka-teki terakhir ini.




Dengan marah dan kesal, Xue Xin datang ke kantor Ji Lu. Ia membongkar setiap barang yang berada diatas meja. Dan pada saat itu, dari belakangnya, seorang polisi datang dan menangkapnya.

Xue Xin berusaha untuk melarikan diri, tapi ia gagal.



“Xue Xin, mengenai teka-teki ini, kau pasti merasa bangga pada dirimu sendiri. Karena kau bukan hanya mengirimkannya pada Ji Lu, kau juga menggunakannya dalam novelmu. Tetapi, sayangnya ini membuatmu ketahuan,” jelas seorang polisi wanita sambil menunjukan sebuah kertas kecil.




“Jadi kalian yang menulis surat ini!” kata Xue Xin dengan emosi.

“Untuk menyusun sebuah surat dari naskah Ji Lu bukanlah tugas yang sulit. Tidakkah kau menggunakan taktik ini dalam cerita detektifmu?” balas polisi pria yang menahan Xue Xin.




“Cut!” teriak seseorang. Lalu terlihat bahwa ternyata mereka semua sedang melakukan adegan syuting saja.



“Apa ini benaran di adaptasi dari kasus nyata? Rasanya seperti dipaksakan,” komentar pria yang berperan sebagai polisi tadi, kepada dirinya sendiri.





Lalu saat temannya memanggil nya, ia menjadi tersadar. Dan sambil tersenyum lebar, ia memandangin wanita yang berperan sebagai polisi bersama nya tadi. Dan wanita itu balas tersenyu kepadanya.




Pria itu tampak ingin berbicara, tapi tiba-tiba temannya itu memanggil si wanita. Sehingga ia pun tidak jadi berbicara dan hanya bisa tersenyum menahan kesal. Lalu ia pun mengikuti si wanita itu.



“Namaku Xia Chi, anggota klub fiksi misteri di Universitas Jing Nang. Orang yang tak punya hati ini, bernama Meng Qin, Presiden dari kub fiksi misteri kami. Sebenarnya, aku tidak punya minat pada klub ini, alasan utama ku bergabung bersama klub fiksi misteri ini adalah karena pacarku, Qing Zhi. Dia juga ada disini. Tentu saja, kalau tidak ada si orang ketiga ini ditengah, akan jauh lebih baik.”




Setelah selesai berdikusi dengan Qing Zhi, maka Meng Qin pun membubarkan semua anggota untuk hari ini. Tapi Xia Chi tidak terima dan mendekati Meng Qing, lalu ia bertanya mengenai adegan berpelukan yang harusnya dilakukan.

Dan dengan santai, Meng Qin merangkul bahu Xia Chi dan membalas bukankah itu bagus karena mereka bubar lebih awal, sehingga Xia Chi bisa menghabiskan waktu berduaan dengan Qing Zhi.




Saat Meng Qin berbalik dan melihat kebelakang, ia merasa heran, begitu juga dengan Xia Chi. Karena ternyata, Qing Zhi telah pergi keluar duluan. Jadi Menq Qin pun memberi dorongan kepada Xia Chi agar segera mengejarnya.




Diluar ruangan, didepan pintu. Tampak sebuah kamera cctv mengawasi. Saat Qing Zhi keluar dari ruangan, kamera itu tampak biasa saja. Tapi saat Xia Chi keluar dari ruangan untuk mengejar Qing Zhi, kamera itu bergerak mengikuti gerakannya.

Dan didalam sebuah ruangan CCTV. Tampak seorang wanita berambut sebahu, mengawasi semua itu.

Xia Chi yang telah berganti baju, mengejar Qing Zhi dan menawarkan diri untuk mengantarkannya ke asrama. Setelah itu mereka berdua berjalan bersama, sambil saling tersenyum.

“Yang Meng Qin katakan itu benar. Dari kali pertama aku melihat dia dipintu gerbang kampus, Qing Zhi telah menjadi dewiku.”


Xia Chi mengingat pertemuannya dengan Qing Zhi dulu. Saat itu, Meng Qin memaksanya agar masuk kedalam klub misteri fiksi, tapi Xia Chi tidak mau. Dan pada saat itu, Qing Zhi datang dan berkata bahwa ia ingin ikut bergabung kedalam klub.

“Aku bergabung dengan klub fiksi misteri demi dia. Aku pergi ke sesi belajar mandiri demi dia. Aku bahkan lari pagi demi dia.”
Saat pagi hari, ketika Xia Chi mengikuti Qing Zhi untuk berlari pagi. Pada saat itu Qing Zhi tampak berlari dengan biasa saja. Sedangkan Xia Chi yang berlari dibelakangnya tampak sudah sangat kelelahan.

“Rencananya aku ingin menyatakan cinta saat berlari pagi, tapi aku tidak mengira. Dia jagoan sekali larinya.”

Xia Chi yang sudah sangat kelelahan, berteriak memanggil Qing Zhi. Dan Qing Zhi pun berbalik melihatnya. Lalu tanpa ia duga, sebelum ia mengatakan maksudnya, Qing Zhi berteriak kepadanya.

“Aku setuju untuk jadi pacarmu!”

Xia Chi tentu saja menjadi senang, karena akhirnya ia bisa berpacaran dengan Qing Zhi.

“Aku yang beruntung ini telah bersama Qing Zhi selama lebih dari satu bulan. Tapi, aku tidak tahu kenapa, kami bahkan belum ada berpegangan tangan.”


Ketika sedang duduk bersama ditaman sambil membaca buku. Dengan agak gugup, Xia Chi mencoba untuk membuka obrolan dengan memuji nama Qing Zhi. Dan Qing Zhi pun balas memuji nama Xia Chi.

Suasana saat itu sedang sangat bagus dan Xia Chi ingin menyentuh Qing Zhi, tapi tiba-tiba Qing Zhi menghindar dan berteriak untuk jangan menyentuhnya. Setelah itu, suasana menjadi canggung.

“Maaf!” kata Qing Zhi tampak bersalah, lalu ia bangkit berdiri dan meninggalkan Xia Chi.

“Apakah kita akan selamanya menjaga jarak aman? Bagaimana melakukannya secara alami? Tak apa. Lakukan saja seperti ini.”

Dengan agak gugup, Xia Chi mengangkat tangannya untuk merangkul bahu Qing Zhi dari belakang. Tapi Qing Zhi yang menyadari hal itu, dengan sengaja menjatuhkan buku ditangannya, lalu ia menunduk untuk memungutnya.

Sehingga Xia Chi gagal merangkulnya.

Saat Qing Zhi menatap dirinya, Xia Chi menjadi salah tingkah sendiri. Lalu dengan memberanikan dirinya Xia Chi mencoba untuk bicara. Dan dengan sabar Qing Zhi menunggunya.

Tapi sayangnya, karena saking gugupnya, Xia Chi tidak berani untuk bicara. Ia berbalik membelakangin Qing Zhi dan menunduk, seperti berdoa. Dan setelah agak lebih berani, ia menghembuskan nafasnya.

”Bisakah aku menyerah begitu saja? Tidak bisa. Sebagai laki-laki, aku harus lebih tegas. Xia Chi, jangan takut. Kau hanya harus mengulurkan tanganmu dan dengan tegas..”

Xia Chi akhirnya berbalik lagi menghadap kearah Qing Zhi sambil mengulurkan tangannya. Tapi sayangnya, Meng Qin datang dan menyalamin tangan Xia Chi yang terulur, lalu dengan sangat bersemangat ia mulai berbicara mengenai adegan mereka besok.

Qing Zhi juga menjadi terkejut melihat kedatangan Meng Qin yang tiba-tiba seperti itu. Tapi ia hanya diam saja. Sementara Xia Chi dengan agak geram, ia memegang bahu Meng Qing dan memberi kode, tapi Meng Qin malah sengaja tidak peka.
“Oo.. jadi aku mengganggumu? Qing Zhi jadilah hakim untuk Xia Chi tersayang yang menganiaya ku seperti ini, apakah itu pantas?” tanya Meng Qin dengan sengaja.
Qing Zhi yang terlalu baik, mempersilahkan Meng Qin serta Xia Chi untuk mengobrol berdua. Sementara ia sendiri akan kembali ke asrama duluan.
Dengan senang Meng Qin tersenyum, karena Qing Zhi telah pengertian. Sedangkan Xia Chi menatap tidak percaya kepada Qing Zhi yang pergi begitu saja.

“Oh tidak. Qing Zhi pergi. Aku akan kehilangan kesempatanku kalau tidak bertindak.”

Xia Chi ingin mengejar Qing Zhi yang telah pergi, tapi dengan kuat Meng Qin menahannya dan tidak mau melepaskannya. Dan mungkin karena mendengar itu, maka Qing Zhin berbalik dan menghadap kearahnya, lalu ia mengajak Xia Chi untuk makan siang bersama hari sabtu ini.

“Kencan? Qing Zhin yang lebih dulu mengajakku berkencan?”

Saking tidak percayanya, Xia Chi menjadi terdiam. Sehingga Meng Qin pun memukuli kepalanya, agar ia sadar. Dan dengan agak gugup, tapi senang, Xia Chi menganggukan kepalanya.
“Kalau begitu hari sabtu jam 12, aku akan menunggumu di depan air mancur musikal di taman tepi danau,” kata Qing Zhi sambil tersenyum, lalu pergi.
“Hei, hei. Sejujurnya, mengenai fiksi misteriku, bukankah ini keren? Ini kisah nyata yang aku curi dari pamanku,” kata Meng Qin bersemangat.

“Apakah ini benar kisah nyata?” komen Xia Chi, meragukan.

“Tentu saja.”

“Apakah benar kamu bisa menggunakan naskah korban untuk menbuat sebuah surat?”

“Ahh.. kamu benar-benar anggota klub ku. Kau bisa menemukan celanya hanya dengan sekali lirik. Benar, aku mengarang plotnya. Aku juga yang membuat motif sempurna untuk pembunuhan itu. Sebenarnya, kasus ini lebih rumit dari naskahku.”

Post a Comment

Previous Post Next Post