Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 6 - 4




 Company name : Citizen Kane
Khem membantu merawat Khem yang sedang sakit. Begitu juga dengan Tassana. Dan ketika itu, tiba-tiba saja Kwan mulai berbicara seolah-olah ia akan mati sebentar lagi.





Dan tentu saja, Tassana tidak suka mendengar itu. Jadi ia mengambil bunga yang didapatkan Kwan tadi dan ingin membawanya keluar. Tapi Kwan menyuruh Tassana menunggu sebentar, lalu dari jauh ia memandangin bunga itu.

“Bunga nya sangat harum. Aku sudah lama tidak menciumnya. Aku tidak mungkin bisa menjadi pendamping pengantin. Dan aku membuat P’Na tidak bisa menikah juga,” cerita Kwan kepada Khem, setelah Tassana pergi.


“Kamu terlalu stress saja,” balas Khem dengan lembut.

Kwan lalu menceritakan bahwa dulu Tassana mempunyai seorang pacar, tapi karena Tassana harus selalu menjaganya, maka ia putus dengan pacarnya. Dikarenakan pada saat itu, pacar Tassana tidak senang untuk membagi Tassana kepada Kwan.


Khem menghibur Kwan, ia membalas agar Kwan tidak terlalu mendengarkan mantan pacar Tassana itu. Karena ia tidak merasa seperti itu, malah ia sangat senang setiap datang kerumah mereka.

“Untuk wanita yang hanya mencintai Khun Na tapi tidak mencintai kamu, kamu bisa menyingkirkan mereka dari hidupmu,” jelas Khem.

Tassana yang telah selesai membuang bunga itu, kembali kedalam dan mendengarkan semua perkataan Khem. Lalu ia tersenyum.


“Kamu mencintaiku kan?” tanya Kwan kepada Khem.

“Tentu saja,” balas Khem.

“Kamu mencintaiku jadi kamu harus mencintai P’Na. Itu peraturannya,” kata Kwan, sehingga Khem heran. Lalu Khem menyadari, saat Kwan tersenyum sambil menatap Tassana yang sedang berdiri dibelakang.

Dan ketika itu, Khem tersenyum.


Tassana duduk diluar dengan perasaan yang sangat gugup, lalu ia mulai memberanikan dirinya untuk berbicara kepada Khem. Dan tepat ketika, ia baru mau masuk lagi kedalam, Khem keluar menemuinya.

Secara serempak Khem serta Tassana saling menyapa, sehingga suasana menjadi agak canggung.


“Kamu duluan,” kata Tassana sambil tersenyum kepada Khem.

“Apa kamu yang mengajari Kwan untuk berbicara seperti itu?” tanya Khem langsung.

“Kamu yang telah membuat peraturan. Mencintai kakak, mencinta adik. Mencintai adik, mencintai kakak juga. Atau dia harus disingkirkan dari hidup kami,” jelas Tassana, tenang.


Khem merasa lucu dengan penjelasan Tassana dan mulai menjelaskan alasannya, ternyata ia berbicara seperti itu hanya karena Kwan menyalahkan dirinya. Lalu Khem juga memberitahu bahwa selama ini, Tassana hanya kurang berani mengejar seseorang dan itu tidak berhubungan dengan adiknya.


“Aku hanya tidak cukup berani untuk mengejar wanita yang tidak single,” jelas Tassana membenarkan.

“Jika wanita itu single, tidak terikat dengan siapapun. Ditambah dia kira dirinya sudah lebih dewasa?” tanya Khem, tampak seperti memberikan kode.

“Bukan hanya tidak terikat. Dia harus tidak punya perasaan apapun lagi, tidak merasa sakit, ketika dia melihat orang itu bersama yang lain,” balas Tassana.


“Jika kamu mau aku melupakan tentang cinta pertamaku, melupakan segalanya, maka kamu harus menunggu,” jelas Khem, lalu berbalik untuk pergi.

Dengan segera, Tassana menahan tangan Khem. Ia menggegam tangan Khem,”Berapa lama aku harus menunggu?”



“Aku tidak tau. Jika kamu tidak mempercayaiku, maka kamu harus menunggu,” kata Khem, lalu melepaskan tangan Tassana dan berbalik.

Untuk kedua kalinya, Tassana menghentikan Khem lagi dan ia menyebutkan bahwa ia mau menunggu. Dan dengan senang, Khem berbalik menghadap dan menatap Tassana.


Dengan senang, Krit menatap makanan yang telah disiapkan diatas meja. :alu pada saat itu, Yada datang dan menyalakan lampu ruang makan.

“Aku tidak dalam mood yang romantis sekarang,” jelas Yada singkat. Dan Krit pun meminta maaf serta menahan Yada.


Krit menarikan kursi untuk Yada duduk, lalu ia duduk dihadapan Yada. Krit menjelaskan bahwa pihak hotel memberikan mereka sampaye untuk pengantin baru. Bahkan ada strawberry dan Chocolate juga.

“Bagaimana kamu bisa hidup seperti ini? Kamu orang yang keras, karena kamu tidak punya rumah. Aku sebenarnya bersimpati denganmu. Ayahku pernah bilang, tidak peduli apa ia baik atau jahat, mereka masih keluarga kami,” jelas Yada kepada Krit.

“Di pernikahan hari ini, apa kalian masih keluarga?” balas Krit dengan pertanyaan yang menusuk.


Mendengar itu, Yada pergi meninggalkan ruang makan. Dan Krit dengan kesal, berdiri dan tidak jadi makan.




Krit menghampiri Yada dan menahan Yada yang tiba-tiba saja mau menjauhinya. Krit lalu mengangkat lengan baju Yada dan melihat bekas kemerahan ditangan Yada akibat kejadian saat bersama Nee sebelumnya.

Dan dengan cepat, Yada menutupinya.

Krit meminta maaf kepada Yada menggantikan Nee. Dan Yada menerima, karena menurutnya Nee tidak bersalah, bahkan Yada mengerti alasan Nee melakukan itu. Lalu Yada meminta agar Krit berbicara dengan Nee.

“Okay. Aku akan bicara dengan Nee. Apa kamu senang sekarang?” tanya Krit, mengiyakan.

Saat Yada ingin pergi, Krit kembali menahan Yada dan menanyakan perasaan Yada kepadanya.

“Aku sadar. Perasaanku padamu, aku sudah katakan. Aku membenci..mu,” balas Yada, lalu melepaskan tangan Krit yang memegangnya.



“Aku juga sudah bilang. Aku akan membuat kamu mencintai apa yang kamu benci. Dan suatu hari, kamu akan berlari kepelukanku,” kata Krit, lalu menarik dan memeluk Yada dari belakang.

Dan tentu saja, Yada tidak mau dan melawan serta meminta agar Krit melepaskannya. Tapi dengan kuat, Krit menahan Yada dan sama sekali tidak mau melepaskannya.

Tassana memperlihatkan ruangan yang akan menjadi ruang kerja mereka bertiga nantinya, sesuai dengan janji mereka yang ingin menjalankan bisnis bersama.



Ketika Khem tau bahwa Tassana serta Kwan tidak memiliki orang tua lagi, maka Khem menjadi penasaran dan menanyakan tentang Krit juga. Dan Tassana pun menjadi cemburu.

“Ayo tunggu sampai kamu benar-benar melupakan tentang Krit dulu, baru kamu bisa kembali ke sini. Mungkinkah bukan hanya aku yang memimpikan ini?” tanya Tassana. Dan Khem terdiam.


Dikamar. Yada menjadi gugup lagi saat Krit mengikutinya. Dan dengan tenang, Krit memberitahu bahwa ia hanya mau menemani Yada hingga tertidur.

“Apa kamu mendongeng padaku juga?” sindir Yada.

“Aku hanya tau cerita dewasa. Kamu mau dengar?” balas Krit, tenang. Dan karena itu, Yada sama sekali tidak bisa lagi membalas, malah ia tambah gugup dan takut.


Melihat reaksi Yada, Krit tersenyum, lalu dengan tenang, ia naik keatas tempat tidur. Dan tentu saja, Yada langsung protes, tapi Krit tetap tenang serta membalas bahwa ia tidak melakukan apapun, ia hanya berbaring saja.


Krit lalu menepuk bantal disebelahnya serta menyuruh Yada juga ikut berbaring. Dan dengan agak canggung, Yada akhirnya naik keatas tempat tidur. Lalu dengan cepat, Yada memakai selimut untuk menutupi dirinya.


Krit menarik selimut karena ingin pakai juga, tapi dengan sangat cepat Yad menarik semua selimutnya. Setelah itu, ia beralasan bahwa ia telah mengantuk, jadi Krit bisa kembali ke kamarnya sendiri.

“Percaya aku. Kamu tidak akan bisa tidur sendirian di tempat tidur besar ini. Suatu saat, kamu akan berlari ke kamarku untuk tidur denganku, Da,” kata Krit dengan lembut.

“Mengapa kamu menyebutkan namaku?” tanya Yada, karena Krit tidak memakai kata Khun Da tapi ‘Da’ langsung.

“Ketika kau melakukannya, itu membuatku merasa dekat denganmu. Kamu bisa memanggil namaku juga. Memanggilku dengan ‘Khun’ seperti ada jarak,” jelas Krit.


Yada dengan sikap yang menantang, ia tetap memanggil Krit dengan Khun. Tapi Krit tidak marah atau kesal, malahan ia tersenyum lembut. Lalu Krit menarik Yada kedalam pelukannya.

“Aku hanya ingin memelukmu. Aku janji,” ucap Krit.

“Kamu sudah memelukku selama berjam-jam tadi,” ngomel Yada, pelan.


Tiba-tiba saja Krit bercerita dan meminta Yada untuk mengingat bahwa saat seorang laki-laki dan wanita tidur diatas tempat tidur yang sama, lalu si laki-laki bilang bahwa ia hanya ingin memeluknya, itu berarti ia berbohong.

Saat mendengar itu, Yada menjadi terkejut dan menoleh melihat kearah Krit. Dan tepat ketika itu, Krit langsugn menciumnya. Dengan marah, Yada mendorong Krit menjauh darinya.


“Dan janji yang dibuat diatas tempat tidur, tidak berarti. Apa itu menyenangkan, malam pertama kita?” tanya Krit santai.

Yada dengan kesal, melemparkan bantalnya.


“Kamu memerah,” kata Krit sambil tersenyum dan menatapnya. Sehingga Yada menjadi tampak malu dan lalu ia menutupi dirinya sendiri dengan selimut.

Setelah Krit keluar dari kamar, Yada membuka selimutnya lagi.


Diruang makan. Mon dengan sengaja terus saja menyindir tentang Yada yang telah tidak ada lagi. Serta tentang Khem yang dulu pernah seperti itu juga, hanya pacaran sebentar, habis itu mau menikah.


Dilok menjadi marah kepada Mon dan Chat yang bertingkah seperti itu. jadi ia meninggalkan ruang makan. Dan setelah itu, Mon serta Chat juga bangkit berdiri dan meninggalkan ruang makan.

Trai mengikuti Khem keluar dan menanyakan apakah Khem masih marah kepada Yada. Dan tentu saja, Khem tidak menutupi sama sekali bahwa ia masih marah.

“P’Da dikhianati oleh Khun Kasin, jadi ia butuh perlindungan. Dan orang seperti Khun Sharkrit bisa dengan mudah membuat wanita jatuh padanya,” jelas Khem emosi.

Trai menghentikan Khem yang mau pergi begitu saja,”Sharkrit melakukan banyak hal pada kita, jadi dia tidak bisa menjebak P’Da untuk mencintainya,” bela Trai.

Tapi Khem sama sekali tidak mau mempercayai perkataan Trai dan tetap menggangap Yada bersalah.


Seperti biasa, Mon memeriksa tekanan darah Dilok dan pada saat itu ia mengingatkan Dilok agar tidak terlalu banyak emosi, karena itu bisa mengakibatkan dirinya sendiri masuk kerumah sakit.

Tapi bukannya menghargai nasihat Mon, Dilok malah menyuruh Mon agar tidak mengatakan hal sial seperti itu padanya.


Mon menjadi marah, karena Dilok sama sekali tidak pernah memperlakukannya sebagai seorang istri. Dan bukannya bersikap perhatian, Dilok malah menyebutkan bahwa seorang istri bisa dibeli dengan uang.

“Ketika Chat menikah, aku akan pindah dengannya,” kata Mon dengan emosi.

“Mmh.. kapan?” balas Dilok seperti meremehkan Mon.

Tepat ketika itu, Chat berteriak memanggilnya dan memberitahu bahwa Kasin telah menghubunginnya. Dan lalu Mon tersenyum kepada Dilok serta menjawab.

”Dia akan segera menikah. Ketika Chat menikah, aku bisa meminta berapa banyak pun pelayanan yang aku inginkan. Tapi anak kamu, kamu memberikan nya secara gratis pada pria itu.”

Mon menjadi terkejut, saat ia menghampiri Chat dan lalu anaknya itu memberitahu bahwa Kasin menelpon untuk meminta pertolongan.


Ditempat Yada menikah kemarin. Mon dan Chat berkeliling dan berusaha mencari Kasin, tapi sayangnya mereka tidak bisa menemukan Kasin dimanapun.

Walaupun heran, kenapa Kasin meminta tolong. Tapi Chat dan Mon tetap mencarinya.

“Khun Kasin! Khun Kasin! Khun Kasin! Khun Kasin, dimana kamu?” teriak Chat dengan keras memanggil nama Kasin.

“Tenang!” potong Mon. Lalu mereka mendengar suara teriakan Kasin yang meminta tolong.

Bukannya segera datang menolong, Mon serta Chat malah beradu pendapat. Chat menunjuk kearah kanan. Sedangkan Mon menunjuk kearah kiri.


Ternyata Kasin sedang terikat dipohon, sepertinya akibat kejadian kemarin. Dan dengan bersusah payah, ia mencoba meraih hp dengan kakinya. Serta terus berteriak meminta tolong.

Pada saat itu, sambil berlarian, Mon dan Chat menghampiri Kasin.

Ketika mengetahui penyebab kenapa Kasin bisa diikat seperti itu, Mon segera menarik tangan Chat menjauh. Dan mereka lalu mulai berdiskusi.

“Jangan tolong dia. Dia pergi dan melarikan diri dengan mantan pacarnya. Jadi tinggalkan saja dia disini,” bisik Chat kepada Mon.

“Bagaimana tentang pernikahannya?” balas Mon bertanya.


Kasin mulai tidak tahan dan menyuruh mereka berdua untuk berhenti berdiskusi dan menolongnya.  Bahkan Kasin menyebutkan tentang pernikahan untuk membujuk mereka.


Karena tidak percaya akan kata Kasin nantinya, maka Chat dan Mon membuat rencana. Pertama Chat melepaskan satu tangan Kasin dari tali. Kedua Mon mengambil kertas, lalu menyuruh agar Krit menandatanganinnya.

“Apa? Siapa yang berani tanda tangan diatas kertas kosong?” tolak Kasin.


“Tanda tangan saja! Tanda tangan dan aku akan print keluar untuk surat pernikahan,” jelas Mon tegas. Dan itu membuat Kasin menjadi ragu.

“Tapi jika kamu tidak mau, maka kamu harus tinggal disini dan berkerut dibawah panas nya matahari. Tapi jika kamu beruntung, mungkin seseorang akan datang dan menolong kamu, itupun jika mereka melihatmu!” ancam Chat.


Kasin masih ragu dan ingin menolak, tapi dengan kuat Mon dan Chat tetap memaksa Kasin untuk menanda tanganinnya. Sehingga akhirnya, mau tidak mau, Kasin pun menanda tanganinnya.




“Dan lepaskan Yada, atau kamu akan mati!” ancam Chat lagi sambil memegangin muka Kasin dengan kasar. Setelah itu dengan senang Chat dan Mon berhigh five serta tertawa riang.


“Keluarga ini gila,” omel Kasin sambil melepaskan tali yang mengikatnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post