Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 7 - 1




Company name : Citizen Kane

Krit mulai menceritakan tentang masa lalunya.

“Setiap orang yang terlibat dengan perusahaan itu, hidupnya rusak. Termaksud aku. Aku kehilangan keluargaku dan rumahku…”

Saat pulang, Krit melihat bahwa rumahnya telah digembol dan disana tertempel surat sitaan.


“Itu adalah rasa sakit yang harus dilalui seorang anak berusia 15 tahun. Sejak hari itu, kata “Bertarung untuk hidup”, “Melihat segalanya dalam dunia gelap”…”



Krit mulai bekerja dipasar sebagai pengangkat barang.

“Bisa dibilang aku telah terbiasa dengan kata itu…”



Krit menggunakan alat angkut dorong untuk membawa barang-barang. Dan ketika itu, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan anak lainnya. Lalu anak itu memarahi dan mendorong bahu Krit.



Saat itu, seorang anak lain datang dan membela Krit. Tapi karena tidak mau sampai terjadi keributan, maka Krit menengahi mereka berdua. Setelah itu anak tersebut pergi, sedangkan anak yang membelanya marah, karena Krit mengalah begitu saja.

Krit diam dan melanjutkan pekerjaannya. Ia mengambil dan memungut sayuran yang terjatuh. Lalu mengangkutnya dengan alat angkut dorong tadi.






Setelah selesai bekerja, Krit berjalan pulang. Dan dalam perjalanannya, ia berhenti dan duduk dikursi jalan sambil melihat mobil-mobil melintas.

“Bahkan walau begitu, hidupku tetap berlanjut. Itu adalah sebuah perjalanan tanpa tujuan. Aku tidak tau harus kemana selanjutnya.” 

Kata Krit sambil memperhatikan dan duduk dikursi yang sama seperti dulu.



“Mengapa kamu tidak tinggal dengan kerabatmu? Kamu hanya berusia 15 thn, bagaimana kamu bisa melakukan itu?” tanya Yada, heran. Ia duduk disamping Krit.

“Aku juga berpikir sama. Itu mengapa aku menunggu. Aku membutuhkan uang, kemudian aku bisa menolong Ayahku,” jawab Krit.


Sebuah mobil berhenti dan seorang anak berdiri didekat mobil itu, ia tampak seperti sedang melakukan negosiasi. Setelah selesai berbicara, anak itu masuk kedalam mobil.



Yada yang melihat hal itu, berbalik seperti ingin meminta tolong. Dan pada saat itu, ia melihat dua orang anak yang berdiri didekat pohon, mereka tampak tidak peduli dan sibuk bermain hp.


Saat Yada berbalik dan menatapnya, lalu ingin bicara, dengan cepat Krit memotong perkataan Yada. “Aku tidak akan menolong. Aku pernah dijebak oleh temanku untuk datang kesini. Dia bilang sangat mudah mencari uang disini. Tapi sekalinya aku tau jenis pekerjaan apa itu, aku hampir tidak bisa pergi,” jelas Krit.



Yada dengan panik atau heran, menatap kearah dua anak tadi dan kembali lagi menatap Krit. Jadi Krit melanjutkan penjelasannya.

“Tapi aku tidak pernah menghakimin siapapun. Tidak peduli jalan mana yang mereka pilih dalam hidup mereka, aku yakin mereka memiliki alasannya sendiri.”


Didalam pasar, Krit mendorong semua sayur bawaannya.

“Aku telah melewati jalan keruh berulang-ulang dan bertahun-tahun. Tapi suatu hari, sebuah jalan baru muncul untuk kupilih.”


Teman yang pernah membelanya (Dam), ia mengajak Krit untuk ikut bersamanya ke Hong Kong, karena disana ada sebuah pekerjaan yang sangat bagus.

Awalnya Krit tidak mau, tapi saat Dam membandingkan pasar tempat mereka sekarang. Krit mulai mempertibangkannya.


“Apa kamu pergi?” tanya Yada, penasaran.

“Seekor anjing jalanan sepertiku, apa punya pilihan?” balas Krit.


Setelah selesai bermain, Trai mengajak Nee ke lapangan lari. Disana Nee mengaku bahwa ia telah lelah dan mengeluh karena Trai mengajaknya kesini.

“Aku jamin kamu akan menyukai itu,” kata Trai dengan tersenyum.

“Bagaimana kamu bisa tau?”

“Aku melihat pakaian seperti untuk lelaki di lemarimu,” aku Trai.



Mengetahui itu, Nee mulai menjadi cerewet. Jadi Trai menutup mulut Nee dengan tangannya, lalu menyuruh Nee untuk berhenti bicara jika memang capek.

Ketika Trai menyebutnya lemah, Nee pun menantang Trai bahwa ia kuat dan bahkan saat itu juga ia masih bisa berlari. Dan Trai menerima tantangan dari Nee.



Berdua mereka bersiap diposisi untuk lari.

“Aku akan memberikan mu didepan start,” tawar Trai kepada Nee. Dan Nee menolak, tapi pada akhirnya Nee menerima dan maju agak kedepan.



Trai meneriakan aba-aba dari belakang. Setelah itu dengan sekuat tenaga, Nee berlari dengan kencang. Sementara Trai sendiri, berlari dengan santai dan tenang.

Dan ketika Nee melirik kebelakang, ternyata Trai telah dekat dengannya. Bahkan dengan santai Trai  berlari disampingnya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.




Tepat ketika itu, Trai terjatuh, lalu ia berteriak kesakitan. Dan menyadari itu, Nee berhenti dan menghampiri Trai. Awalnya ia mengira Trai sedang berpura-pura, jadi ia bersikap dingin.

“Kamu takut takut kalah padaku ya, jadi kamu menggunakan taktik ini?” tanya Nee, bersikap dingin.



“Jika mempercayai hal itu akan membuat mu merasa lebih baik, silahkan.” Balas Trai dengan santai. Dan lalu mengurut-ngurut kakinya.

Sadar bahwa itu beneran, maka Nee menjadi terdiam. Lalu perlahan ia duduk disamping Trai dan menawarkan bantuan, tapi Trai menolak.



“Aku tidak pandai mengurut, tapi aku akan duduk disini denganmu sampai kamu bisa berjalan lagi,” kata Nee dengan sikap cuek, tapi sebenarnya khawatir.

“Itu sudah cukup,” balas Trai sambil tersenyum, mengerti niat baik Nee padanya.



Ditepi pelabuhan. Setelah mendengar semua cerita Krit, Yada mengambil kesimpulan bahwa tidak mungkin pada saat itu Krit mau ikut ke Hong Kong. Tapi Yada salah, karena pada saat itu Krit beneran pergi ke Hong Kong bersama Dam.


“Kami menyelinap kedalam salah satu kapal disana. Coba bayangkan imigran gelap yang harus menahan panas, hujan, dan kelaparan. Ketika kami sampai disana, kami disuruh untuk bekerja di sebuah pabrik. Disana lebih buruk daripada neraka,” jelas Krit memberitahu Yada.




“Apa yang terjadi selanjutnya?” tanya Yada makin penasaran.

Tanpa menjawab pertanyaan Yada, Krit mengeluarkan dua pasport dan mengajak Yada untuk melihatnya secara langsung. Awalnya, Yada menolak, tapi karena ia sangat ingin tau, maka akhirnya ia mau ikut bersama Krit.



Di Hong Kong, didekat pusat berbelanjaan. Yada terus berjalan dan mengikuti Krit yang berjalan didepannya, tapi karena sudah tidak tahan, maka Yada bertanya.

Tapi Krit tidak menjawab dan hanya tersenyum, lalu terus berjalan.




Dari pusat berbelanjaan yang ramai. Mereka kini tiba disebuah tempat wisata. Dan pada saat itu, hampir saja Yada terjatuh dari tangga jalan, untung saja Krit dengan sigap berhasil menangkap Yada.



“Kemana kamu mau membawaku? Kita sudah berjalan mengelilingin kota. Apa kamu tau betapa sulitnya berjalan berkeliling?” tanya Yada sudah tidak sabar sambil memegang kakinya yang sakit.

Tanpa memberitahu, Krit menyuruh Yada diam, karena ia tidak mau istri yang suka komplain. Setelah itu Krit berjalan kembali dan meninggalkan Yada.




Dari tempat wisata. Mereka kini berada di sebuah pasar. Disana kepada Yada yang telah kelelahan, Krit membelikan sebuah jajanan pasar untuk Yada.


Yada menerima itu dan sampai makan, ia kembali bertanya pada Krit. Tapi lagi-lagi Krit tidak mau memberitahu, ia hanya diam dan menggeleng, lalu berjalan pergi meninggalkan Yada.




Dari sebuah pasar. Mereka kini berada dipusat kota, mungkin. Disana Yada ingin kembali bertanya, jadi ia menahan Krit. Tapi tanpa berbicara, Krit memberi kode agar Yada tenang.

Lalu Krit mengeluarkan sapu tangannya dan menlap mulut Yada. Setelah itu Krit kembali berjalan.



Yada hampir saja kehilangan jejak Krit, tapi akhirnya ia berhasil menemukan dimana Krit berada. 

Disana ia melihat Krit sedang mensemir sepatunya. Dan tanpa rasa bersalah, Krit tersenyum padanya.



Dirumah. Tassana dengan riang membersihkan semua perlengkapan makan yang diberikan oleh Khem padanya tadi. Dan ketika itu, tanpa sengaja Kwan melewati dapur, lalu melihat itu.

“Ini bukan punya kita. Dimana kamu membeli itu P’na? Tas ini juga. Manisnya,” kata Kwan menggoda kakaknya.


Tassana mengambil tas itu dari tangan Kwan dan mengelak. Lalu Kwan pun bertanya lagi, tapi tanpa bisa menjawab, Tassana hanya bisa tersenyum malu-malu.

Menyadari hal itu, Kwan mengambil tempat makan dan tas milik Tassana tersebut. Dan dengan usil, Kwan berlari sambil membawa itu.


Tassana pun langsung mengejar Kwan dan akhirnya berhasil menangkap tangan Kwan dan menghentikannya. Tapi tetap tidak mau menyerah, Kwan kembali mengintrogasi Tassana.

“Ceritakan padaku, siapa pemilik tas ini,” kata Kwan.



“Coba tebak siapa?” tantang Tassana.

“Semua mantanmu sudah menikah semua,” balas Kwan, lalu untuk menggoda Tassana, Kwan lanjut bicara,”Oiik.. bagaimana bisa kau melupakan tentang Khun Khem?”



Tassana tidak menjawabnya, tapi Kwan langsung mengerti sendiri. Dan dengan usil lagi, ia mengambil hp milik Tassana dan menelpon Khem, setelah itu baru ia mau mengembalikannya pada Tassana.

Karena ulah usil Kwan, maka Tassana pun menjawab telpon Khem. Dan disaat mereka berdua sedang asyik bicara, Kwan kembali usi lagi. Dengan suara keras, ia memberitahu Khem.



“Dari sekarang, aku akan memanggilmu P’Khem dan tolong jangan panggil aku Khun Kwan lagi. Kita sudah setuju kan?” kata Kwan sambil tertawa.

Mendengar itu, Tassana langsung memegangin kepala Kwan dan mendorongnya. Dan kembali berbicara kepada Khem, lalu untuk menghindari gangguan Kwan lagi, maka Khem berjalan keluar.



Dengan senang melihat kebahagiaan Tassana. Kwan pun tersenyum.



Di dekat sebuah tempat sepi yang luas. Yada yang sudah tidak tahan, kembali menahan Krit dan bertanya.

“Inikah kehidupan seorang Sharkrit Picharkorn, berjalan keliling kota? Untukku, jika kita menambahkan berbelanja dalam jadwal, aku akan menyebut itu liburan. Kamu mengerjaiku ya.”



“Hari pertamaku tiba disini. Aku dijebak juga. Dijebak menjadi pekerja anak dalam sebuah pabrik seperti neraka. Neraka yang tidak mentolerir seorang anak. Akhirnya, Dam dan aku memutuskan pergi. Tapi tentunya, kami tidak tau harus kemana. Aku berkeliling mencari pekerjaan, aku capek dan lapar. Aku berjalan lebih dari kamu hari ini,” kata Krit, akhirnya menjelaskan maksudnya.



Mendengar itu, Yada baru mengerti alasan Krit membawanya jalan berkeliling kota. Dan Krit melanjutkan bahwa dulu pada saat itu, mendorong gerobak, mengangkat barang, serta menyemir sepatu, semuanya ia pernah lakukan.

Ada satu hal yang masih tidak bisa Yada mengerti, mengapa Krit bisa terlibat dengan mafia. Jadi ia bertanya.




Malam hari. Krit membawa Yada ke daerah Casino dan memberitahu Yada bahwa dulu ia pernah bekerja disana sebagai pembagi kartu. Setelah itu, Krit membawa Yada masuk kedalam sebuah tempat Casino.

“Disini hidupku bermula. Jadi hidupku menarik kan? Aku sama seperti remaja polos lainnya. Tapi aku lebih beruntung.”


Yada terkejut dengan penjelasan Krit. Ia memperhatikan sekitarnya, tanpa menyadari bahwa Krit telah meninggalkannya. Jadi tanpa tau Krit kemana, Yada mau masuk kedalam sebuah ruangan.



Tapi sayangnya, didepan pintu, ada dua orang penjaga yang berdiri disana. Dan saat Yada mau masuk, mereka mengeluarkan pistol mereka.



Ketika Yada tengah kaget karena itu, Krit muncul dan lalu kedua penjaga itu menyimpan kembali pistol mereka. Mereka berdua bahkan membungkuk hormat pada Krit.

Dan dengan tenang, Krit membawa Yada masuk kedalam bersamanya.



Ternyata ruangan itu merupakan ruangan VIP yang dikhusus kan untuk orang-orang tertentu seperti ketua-ketua mafia. Dan mengetahui hal itu, Yada menjadi sedikit mengerti tentang hidup yang Krit jalanin.

“Hidupmu tidak seperti orang lain. Aku mengerti kamu sekarang.”


“Makasih. Itu yang mau kudengar,” balas Krit.



Setelah keluar dari tempat Casino itu, Yada menanyakan tentang Ayah kandung Krit, karena Krit sama sekali belum cerita. Dan saat Krit memberitahu  bahwa Ayah kandungnya telah mendapatkan karmanya, Yada pun menjadi merasa bersalah.

“Aku minta maaf. Kamu kehilangan kedua orang tuamu di usia muda. Dan bagaimana tentang.. Pa?” tanya Yada dengan agak ragu.



“Kamu mau tau semuanya, huh?”

“Kamu sendiri yang bilang akan menceritakan segalanya padaku,” protes Yada.

“Aku berkerja di casino selama 4 - 5 tahun. Sampai aku mendapatkan promosi untuk menjadi bodyguard Khun Joe dan Pa adalah tangan kanan laki-laki itu. Aku berbakat mungkin. Jadi Pa mengambil ku untuk bekerja padanya. Dia mengajariku segalanya. Setelah itu aku menjadi Christopher Wong, anak angkat Pa,” jelas Krit.



Yada masih penasaran pada banyak hal dan kembali bertanya, apa masalah antara Pa dengan keluarganya hingga ia melakukan itu.

Krit sama sekali tidak mau menjelaskan lagi pada Yada. Ia mengaku capek dan ingin beristirahat, serta berjanji untuk mentraktir Yada makanan enak besok.

Mengetahui itu, Yada menjadi kaget, karena ia tidak menyangka bahwa hari ini mereka tidak akan langsung pulang ke Hong Kong. Melainkan mereka harus menginap dulu.



Setibanya dihotel Yada protes, karena Krit hanya memesan satu kamar saja untuk mereka. Dan jelas saja, Yada tidak mau dan menyuruh agar Krit tidur disofa saja. Tapi dengan tegas, Krit langsung menjawab ‘tidak’



Karena kesal, Yada pun memutuskan untuk menyewa kamar hotel yang lain. Tapi Krit tidak mengizinkan Yada. “Aku adalah pemilik hotel ini. Tidak seorang pun berani melawan perintahku.”

Ketika Yada tetap mau pergi, maka Krit langsung menahannya. “Aku menjaga janjiku. Aku bisa berjanji padamu, jika kamu bilang tidak, kemudian tidak.”

“Janji yang dibuat ditempat tidur tidak berarti apapun.”



“Kamu ingat apa yang ku bilang. Itu berarti kamu mulai punya perasaan padaku,” kata Krit dengan senang.

“Kamu tidak akan mengubah pikiranku. Aku tidak akan melembut sedikitpun padamu,” balas Yada, lalu pergi menuju kamar.




Didalam kamar, Yada pun menjadi tambah kesal. Apalagi saat ia melihat baju-baju ganti yang begitu minim dilemari. Serta sebuah ranjang berukuran besar.

“Jangan takut. Bertarung sampai mati.” Katanya menguatkan diri sendiri.



Diberanda. Krit teringat akan perkataan nya sendiri pada Yada yang menyebutkan bahwa ia akan menunjukan segala hal tentang dirinya sebelum ia menjadi anak angkat pemilik Casino di Hong Kong.



Dibelakang. Yada berjalan perlahan dan mengawasi Krit. Setelah itu ia naik lagi keatas. Dan Krit menyadari hal itu.

“Kamu tidak tau apapun Da.”




Krit mengingat kenangannya dulu, saat ia menjadi pembagi kartu. Saat itu ia berhasil menangkap seorang penjudi yang ingin berbuat curang. Dan saat itu, Joe berada disana mengawasi itu.



Joe membawa Krit kepada Boss mereka yaitu Pa. Dan disana ia melihat Dam yang telah dihajar sambil terluka parah, tampaknya Dam telah berbuat suatu kesalahan.

Dam memohon bahwa ia tidak akan melakukan itu lagi. Tapi Pa tidak peduli.



Krit yang melihat itu, mendekati Dam dan ikut berlutut pada Pa. Ia memohon agar temannya dilepaskan dan ia yang akan membayar nya.

“Kamu akan mati untuk dia?” taya Pa, tegas.

“Ya. Jika itu bukan Dam, aku tidak akan ada disini hari ini. Aku akan mati demi dia,” balas Krit dengan tegas juga.


Pa tidak peduli dan menyuruh anak buahnya untuk membunuh mereka berdua. Saat itu Dam yang ketakutan, memohon-mohon. Sementara Krit tetap tenang dan diam berlutut.

Melihat itu Pa menjadi tertarik dan menginginkan Krit. Sedangkan untuk Dam yang pengecut, Pa menyuruh anak buahnya untuk membawa dia pergi.




Dari sejak itu, hidup Krit berubah. Ia menemani Pa dan berlatih bertarung. Hingga akhirnya, Krit makin bertambah kuat dan kuat.

Krit mengingat ceritanya pada Yada sebelumnya “Aku mendapatkan promosi menjadi bodyguard Khun Joe, Pa adalah tangan kanannya. Setelah itu, Pa mengambilku untuk bekerja padanya. Ia mengajariku segalanya, jadi aku tau.”




Bahkan Krit juga diajari cara merakit pistol. Serta cara menembak yang tepat. Dan Krit yang mungkin berbakat, berhasil mempelajari itu dengan cepat.

“Pada akhirnya, aku menjadi Christopher Wong, anak angkat Pa.”




Krit menemani Pa bersama dengan anak buah Pa yang lain.

“Hidupku berubah tingkat. Tapi itu bukan berarti aku senang menjadi seorang mafia.”



Setelah mengingat semua yang ia lakukan selama ini. Krit tampak gemetar dan ketakutan sebenarnya. Tapi menguatkan dirinya, ia berusaha untuk tetap tenang.




Aku tau dalam hatiku aku melukai kamu

♪ Aku tau dan masih melakukan itu, mengapa aku tidak bisa menahan diriku? ♪

♪ Terkadang, itu kasar ♪

♪ Aku tidak tau apa yang salah denganku, mengapa aku seperti ini? ♪

♪ Aku tau kamu terluka tapi aku tidak bermaksud ♪

♪ Aku tau betapa sakitnya itu tapi aku tidak mendengarkan ♪

♪ Setiap waktu aku membuat kamu sedih, jauh dilubuk hati, aku sakit sama sepertimu ♪



Krit berdiri dan naik keatas. Lalu ia masuk kedalam kamar dan berdiri disamping tempat tidur sambil memperhatikan Yada yang telah tertidur pulas.

Aku tidak punya alasan, aku tidak punya apa untuk dikatakan

♪ Kamu menangis, namun aku tidak malu ♪

♪ Aku tidak punya alasan tapi hatiku ketakutan, bisakah kamu tidak meninggalkanku? ♪

♪ Aku minta maaf dari dasar hatiku, walau aku jahat aku masih mencintaimu ♪

♪ Aku tau orang jahat tidak seharusnya dicintai ♪

♪ Aku tau, tapi aku sangat mencintaimu untuk bisa menahan diriku ♪





Perlahan Krit naik keatas tempat tidur dan lalu menggeser Yada sedikit. Tapi tanpa sadar, Yada yang tertidur langsung memeluk Krit yang tidur disebelahnya. Dan Krit hanya diam serta memeluk Yada.
♪ Setiap kali aku membuat mu sedih ♪

♪ Jauh dilubuk hati, aku sakit sama sepertimu ♪

Aku tidak punya alasan, aku tidak punya apa untuk dikatakan

♪ Kamu menangis, namun aku tidak malu ♪

♪ Aku tidak punya alasan tapi hatiku ketakutan, bisakah kamu tidak meninggalkanku? ♪

♪ Aku minta maaf dari dasar hatiku, walau aku jahat aku masih mencintaimu ♪

♪ Jika itu belum terlambat ♪

♪ Jika kamu masih mempunyai perasaan, bisakah kamu memaafkanku ♪




Lalu ia mencium kening Yada yang tertidur. Dan setelah itu, ia memindahkan Yada dengan perlahan ke samping. Dan setelah memandangin Yada sesaat, Krit tampak ragu, lalu ia tidak jadi tidur dan hanya duduk diranjang.

1 Comments

Previous Post Next Post