Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 7 - 4



Company name : Citizen Kane
Krit yang awalnya senang menjadi berubah ketika ia melihat Nee datang ke tempatnya. Dan dengan sengaja Krit menghindari Nee, tapi Nee yang ketika itu menyadari keberadaan Krit langsung berlari mengikuti Krit.

“P’Krit aku minta maaf.”


“Apa kamu sudah berhenti berpikiran gila?” tanya Krit, memastikan.

“Aku… sudah. Tapi aku masih mencintaimu seperti sebelumnya,” aku Nee.

“Kalau begitu, pergilah,” balas Krit.


Saat Krit akan pergi meninggalkannya, Nee langsung menahan tangan Krit dan meminta maaf. Ia lalu menjelaskan pada Krit bahwa ia tidak mau Krit menikah, karena ia tidak mau Krit membuat kesalahan yang sama kedua kali.

“Jangan membuat alasan,” balas Krit.


“Apa kamu mencintai dia? Aku? Aku hanya adik angkatmu. Kita adalah saudara, tapi tidak pernah tinggal bersama. Kamu tidak pernah mengingat ulang tahunku. Apa aku salah untuk menginginkan lebih daripada itu?” kata Nee dengan sedih.

Krit dengan tegas membalas bahwa Nee telah menyakiti pengantinnya. Dan Nee pun menjawab kalau ia hanya mengancam saja dan ia masih mencintai Krit seperti sebelumnya, cinta seperti seorang abang. Tapi Krit sama sekali tidak pernah mencintainya.


Menurut Nee, Krit hanya menggangap nya sebagai anak jalanan yang dipungutnya. Seperti anjing dan kucing liar. Dan Krit membenarkan semua itu.

“Aku mengangkatmu yang menyedihkan. Kita tidak akan penah bisa seperti keluarga lain. Dan kamu tidak akan mendapatkan apapun dariku, selain dari rasa simpati saja.”


Mendengar itu, Nee tambah makin sedih. Tapi Krit tampak tidak peduli, malah dengan tegas ia menyuruh Nee untuk pergi. Maka Nee pun berjalan untuk pergi, tapi sebelum ia keluar, ia berbalik dan memandangin Krit.

“Pergi,” kata Krit lagi tampak memperdulikan kesedihan Nee.

Ketika akhirnya Nee telah pergi. Krit berbalik dan memandang kearah pintu.

“Tetap kuat. Dan cobalah untuk hidup dijalanmu Nee,” kata Krit seperti menguatkan Nee.


Dilapangan. Dengan perasaan yang sangat sedih, mengingat semua perkataan Krit padanya tadi. Nee berlari dengan sekuat tenaganya untuk menekan rasa sedihnya, tapi tanpa sengaja ia terjatuh.



Tapi Nee tidak menyerah, ia  berdiri dan kemudian berlari lagi. Dan tanpa menyadari apapun, Nee menabrak Trai. Dan menyadari hal itu, Nee segera menghapus air matanya.



Nee duduk sendirian dipinggir lapangan. Lalu Trai datang menghampirinya, memberikan minuman padanya, duduk disampingnya, dan membantunya menlap air mata serta keringatnya.


“Jika ini tentang kakakmu, lain kali hubungin seseorang saja,” kata Trai. Setelah itu, ia menyerahkan handuk ditangannya pada Nee, mengambil jasnya, dan bangkit berdiri untuk pergi.


Tepat sebelum Trai pergi meninggalkannya, Nee langsung berbicara bahwa ia tidak memiliki siapapun lagi. Mendengar itu dan melihat Nee yang mulai menangis lagi, maka Trai kembali duduk disebelahnya.


“Kamu punya. Tapi kamu harus keluar dari dunia kecilmu. Kamu harus mencoba mencari teman. Berhubungan dengan orang lain. Bukan hanya pergi kerja, pulang, dan kesepian. Bukankah kamu capek hidup seperti itu?” kata Trai menasehati.

“Aku mendapatkan kamu sebagai teman.”

“Apa kamu bertanya padaku, jika aku mau menjadi temanmu atau tidak?”

“Dan bagaimana tentang kamu yang mengikutiku selama ini, apa maksudnya itu?”


“Aku ingin lebih daripada seorang teman,” balas Trai, tegas.

Dan mendengar itu, Nee tampak sedikit terkejut. Tapi lalu ia memutuskan untuk memikirkan itu dulu.


“Kamu tidak perlu memikirkan itu lagi. Karena dalam hidup ini, tidak ada pria yang bisa mendekati kamu. Aku akan membawa mu melihat dunia baru. Tapi dengan satu syarat, kamu harus berhenti bertemu kakak angkatmu lagi,” balas Trai.

“Aku tidak bisa melakukan itu. P’Krit adalah keluarga ku. Aku tidak bisa meninggalkan dia,” tolak Nee langsung sambil menatap Trai.

“Tapi kamu meninggalkan satu-satunya teman yang kamu punya,” balas Trai, tegas.

♪ Sudah berapa kali kamu melihat padaku 

♪ seperti aku ada seseorang yang tidak berarti bagimu? ♪


♪ Aku ingin kamu tau, aku ingin kamu mengerti kebenarannya ♪

Setelah itu Trai berdiri dan pergi meninggalkan Nee, tapi saat ia belum benar-benar melangkah lebih jauh. Trai berbalik dan menatap kearah Nee, tapi disana Nee hanya diam saja dan bahkan tidak menghentikannya. Jadi Trai benar-benar melangkah pergi dari sana.



♪ Dan aku mungkin tidak bisa membuatmu mengerti segalanya ♪

♪ Tapi ada satu hal yaitu kebenaran yang tidak pernah berubah ♪

♪ Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu ♪



♪ Itu adalah cinta yang berasal dari hatiku ♪

Dan ketika Trai telah sangat jauh, Nee baru berdiri dari duduknya dan lalu dengan suara yang sangat kecil, ia memanggil nama Trai. Tapi tentu saja, Trai tidak bisa mendengarnya lagi.


♪ Tolong jangan lihat aku sebagai orang lain ♪

♪ Bahkan walaupun aku tidak ada dalam hatimu ♪


Yada mulai menuliskan laporannya untuk Krit. Laporan yang merupakan cerita mengenai kesehariannya selama di Swizerland. Bahkan Yada juga memasukan fotonya.

Hari 1

Aku pergi ke bandara jam 8 pagi. Hal pertama yang aku lakukan adalah naik bus merah menuju sungai Limmat. Kemudian aku berhenti untuk minum kopi di Grand Café Motta. Setelah itu aku berkeliling kota.

Bekerja di Zurich lebih dari 5 tahun, itu membuatku merasa seperti ini adalah rumah keduaku. Setiap kali aku kesini, aku pergi ke tempat yang kurindukan. Aku tidak merasa capek ataupun jet lag. Tapi sepanjang hari itu, aku berhenti makan malam di Weisser Wind dan kemudian balik ke apatermen untuk bersiap bekerja di hari esok.

Aku sibuk berkeliling, sehingga aku lupa untuk melaporkannya dengan Ayahku. SOZ. Apa itu menarik?


“Sangat menarik,” kata Krit setelah membaca semua laporan yang ditulis oleh Yada kepadanya. Dan ada satu hal yang membuat Krit tampak tertarik yaitu SOZ.


Hari 2

Aku bangun jam 6 pagi. Minum segelas besar susu. Dan kemudian naik sepeda ke dekat Danau di Zurich.

“Haruskah aku menulis berapa kali aku ke toilet, supaya lebih detail seperti yang ia mau?” tanya Yada pada dirinya sendiri sambil tersenyum memikirkan itu.

Tepat ketika itu, Krit menelpon dirinya. Sehingga Yada heran bagaimana bisa Krit menelponnya tepat ketika dia sedang komplain tentangnya. Dan lalu Yada mengangkatnya.


“Hari pertama telah lewat. Pacarmu belum ada terlibat. Tapi kamu harus mengirimkan satu lagi padaku setiap harinya.  Karena aku tidak mempercayai dia. Oh.. apa itu SOZ? Aku tidak tau itu. Aku hanya tau XOXO. Pelukan dan ciuman,” kata Krit cepat.

“Yada pun menjelaskan pada Krit,”SOZ adalah ucapan populer untuk maaf. Kamu mungkin tidak pernah menggunakan itu dengan siapapun sebelumnya. ‘Aku minta maaf’, ‘Aku sedih’, apa kamu pernah mengatakan kata itu kepada siapapun sebelumnya?” tanya Yada.

“Aku minta maaf. Dan aku merasa sedih untuk apa yang akan aku katakan padamu. Waktu yang kamu minta dariku hampir habis. Kamu harus bisa kembali ke hotel sekarang,” balas Krit untuk mengingatkan Yada.

Dan mendengar itu, Yada tampak terkejut, lalu ia meminta agar Krit memberikan waktu 30 menit lagi padanya. Dan sebelum Krit menjawab, Yada langsung memohon pada nya lagi. Sehingga Krit pun menyetujui itu.


Tepat pada saat itu, Tassana datang dan lalu masuk kedalam kantor Yada. Dan dari telpon, Krit yang mendengar suara pintu dibuka, langsung menanyai Yada siapa itu yang bersama dengannya.

Dengan tidak jujur, Yada berbohong,”Aku sedang sendiri. Aku harus cepat kembali. Bye,” kata Yada cepat dan lalu mematikan telpon.


Dikarenakan pintu diruangannya adalah kaca, maka seseorang yang berada diluar bisa saja melihat mereka. Jadi Yada pun menutupinya menggunakan kain tirai. Setelah itu, ia memastikan pada Tasssana bahwa tidak ada satupun bawahan Krit yang melihatnya datang kesini.

“Jangan khawatir. Aku datang melalui belakang,” kata Tassana.


Mereka berdua lalu duduk disofa. Dan tanpa berbasa-basi lagi, Tassana langsung menanyakan alasan Yada yang ingin menemuinya. Ia menduga bahwa itu berhubungan dengan apa yang telah Yada lihat di Hong Kong.



Jadi Yada pun menjelaskan bahwa ia percaya jika Krit bisa lepas dari kehidupan gelapnya, maka Krit bisa memulai kembali hidupnya. Dan ia melakukan ini untuk kedua belah pihak. Keluarganya dan Krit.


Menurut Yada jika Krit tidak perlu untuk mengikuti perintah Pa, maka Krit tidak akan perlu menyakiti keluarganya lagi.


Mendengar itu, Tassana menjadi kaget, karena ia tidak menyangka bagaimana bisa Yada berpikir bahwa Mr. Wong (Pa) adalah alasan keluarganya hancur.

“Jadi siapa yang menyuruh dia? Jika bukan Ayah angkatnya yang kaya itu,” tanya Yada. Dan Tassana tidak menjawab.


“Aku akan menemukan lokasi pencucian uang Mr. Wong. Dengan ini, jika bisnis casino di Hong Kong bangkrut, mungkin itu akan berdampak pada T-Mart,”kata Yada menjelaskan.

“Kamu melakukan sesuatu yang diluar kemampuanmu,” balas Tassana.

“Kamu tidak akan bekerja sama denganku ?” tanya Yada heran.

“Ini bukan apa…” balas Tassana.




Tapi sebelum Tassana selesai bicara, tiba-tiba hp Yada berbunyi. Sehingga Yada pun mengakhiri pembicaraan mereka dan ia lalu meminta agar Tassana membuat sebuah rencana untuk apa yang akan dihadapi oleh T-Mart nantinya.

Setelah itu dengan terburu-buru, Yada pamit pada Tassana.


Sesampainya dirumah, ketika baru turun dari mobilnya. Kwan serta Khem langsung menghampiri dan menyambut Tassana. Bahkan dengan agak terburu-buru, Kwan meminta agar Tassana segera mengikutinya.

“Tunggu. Tunggu. Tunggu. Kenapa kamu begitu semangat? Aku harus mengambil barang dibagasi dulu,” kata Tassana dengan heran pada sikap Kwan yang menarik tangannya.


Untuk menghentikan Tassana yang malah mau mengambil barang dibagasi, maka Kwan meminta agar Khem menolongnya.

“Kamu memanggilnya P’Khem? bukankah kamu terlalu cepat bergerak?” tanya Tassana, ketika Kwan memanggil P’Khem bukan Khun Khem lagi.

“Aku bergerak cepat untukmu,” balas Kwan, lalu mengajak Tassana mengikutinya. Dan Khem lalu juga ikut menarik tangan Tassana untuk ikut bersama mereka.


Didalam sebuah ruangan, mereka berdua menunjukan produk mereka kepada Tassana. Khem yang mendesaign aksesorisnya dan produk utama mereka adalah glitter.


Dengan sangat senang, Kwan memakai topi buatan mereka dan menunjukan itu kepada Tassana sambil tersenyum lebar. Serta mereka lalu menunjukan juga produk mereka yang lain.

“Dan nama brand kita adalah …” kata Khem bersemangat juga. Lalu secara bersama dengan Kwan, mereka menyebut,”AAG!”

“All about glitter. Semua kilauan yang kamu mau, kami bisa membantumu, jika kamu membeli … AAG! Yay! Jelas Khem serta Kwan.



“Siapa yang membuat brand serta logo?” tanya Tassana, serius.

“Aku membayar seorang desain grafis dari perusahaan,” jawab Khem sambil mengangkat tangannya.

“Dan produk yang berbeda-beda, hanya harus ada satu didunia.”

“Itu nilai jual kami,” jawan Kwan, kali ini.


“Berapa banyak produk yang akan kamu produksi dalam sehari? Berapa banyak itu akan terjual? Kamu mungkin akan menghabiskan lebih dari 100.000 hanya untuk menyiapkan segalanya di awal. Desaigner tidak akan mau kalau hanya 1000-2000 untuk logo desaign. Bukankah itu benar Khun Khem?” tanya Tassana dengan serius.


Dan mereka berdua hanya bisa diam saja. Lalu karena hal itu, dengan kecewa Kwan langsung bilang bahawa semuanya jadi tidak menyenangkan. Dan mendengar itu, Tassana langsung membalas bahwa bisnis bukan untuk bermain.


Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Dan lalu Tassana keluar meninggalkan mereka, ia pergi untuk mengambil barang belanjaannya dari dalam bagasi mobil. Khem sendiri dengan segera langsung mengikuti Tassana.

“Aku minta maaf, karena kami tidak membicarakannya denganmu dulu. Itu hanya beberapa dari 100.000. Pertimbangkalah itu sebagai pelajaran,” kata Khem meminta maaf dan menjelaskan pada Tassana.


Dan mendengar itu, Tassana menjadi marah,”Hanya beberapa dari 100.000 bisa untuk membantu banyak hal. Bahkan walaupun kamu punya uang, kamu tidak bisa hanya membuangnya untuk beberapa lembar kertas. Kamu harus memikirkan itu dulu sebelum kamu melakukan sesuatu.”

Khem lalu berjanji bahwa ia tidak akan menghabiskan uang itu begitu saja. Ia akan belajar untuk menghasilkan pendapatan dari pekerjaan ini. Dan ia meminta agar Tassana mau mengajarinya.




Kwan yang melihat dari jauh, datang menghampiri mereka. Ia membela Khem dan lalu meminta agar Tassana tidak memarahi mereka.

“Aku tidak marah. Aku mengajari kalian. Kita akan menyelesaikan satu masalah ini nanti,” balas Tassana sambil tersenyum. Lalu ia memegang kepala Kwan,”Siapa yang akan memarahi gadis yang berulang tahun? Pergi tuang air,” kata Tassana lembut.

Dan dengan senang, Kwan balas tersenyum dan kemudian masuk kedalam rumah.


Khem terkejut karena ternyata ini adalah hari ulang tahun Kwan. Dan Tassana langsung menjelaskan bahwa ia tidak tau caranya merayakan ulang tahun, jadi mereka hanya makan makanan yang special untuk hari ini.

Saat Tassana akan ikut masuk kedalam, Khem langsung memegangin tangan Tassana.



“Kamu tidak bisa. Jika kamu hanya merayakannya seperti ini, aku menolak,” kata Khem. Dan lalu mereka saling tersenyum.


Ketika baru pulang. Krit langsung menyambutnya dengan omelan, karena Yada menghabiskan waktu 3 jam. Dan mendengar itu, Yada langsung beralasan bahwa itu karena macet serta ia lalu bertanya balik pada Krit, apa Ia harus terbang dari sana ke sini.

Sehingga Krit tidak bisa menjawab.


Krit lalu membahas bahwa tadi Ping bilang padanya, kalau selama dikantor, lebih dari sejam, Yada menolak dia untuk memperhatikannya dari depan pintu. Jadi Yada pun membalas bahwa itu karena apa yang akan orang lain pikirkan, bila ada seorang bodyguard yang mengawasinya dikantor seperti itu.


“Apa yang kamu lakukan?” tanya Krit, tegas.

“Menulis laporanku di Switzerland. Berbicara kepada lab di Zurich, membalas e-mail, mencek kemasan baru. Mengambil night cream untuk mengujinya. Menyuruh sekretarisku bekerja dan berbicara kepada bagian IT,” jawab Yada menjelaskan segalanya.



“Night cream adalah produk barumu? Kamu bilang kamu mengambil night cream untuk diuji,” balas Krit, sehingga Yada menjadi salah tingkah dan gugup dalam menjawab.


“Dimana itu?”kata Krit menantang, ketika Yada. Dan hal itu membuat Yada yang ingin masuk kedalam kamar secepatnya, jadi terhenti.


Yada pun langsung membelakangin Krit dan mulai berpikir dengan keras. Ia lalu memeriksa dompetnya dan menemukan sebuah botol cream kecil (yang ntah untuk apa) didalam tasnya. Setelah itu, ia menunjukan itu pada Krit.

“Jadi cobalah itu untukku,” kata Krit seperti menantang Yada lagi. Sehingga Yada makin terpojok dan tidak bisa menjawab.


Setelah selesai mencuci mukanya, Yada mengambil cermin dan bersiap. Ia tampak ragu untuk memakai cream itu, tapi saat Krit dengan serius memperhatikan dirinya. Maka Yada pun terpaksa mengambil cream itu untuk dipakai.

“Cream apa ini?” tanya Yada pada dirinya sendiri, bingung dengan cream apa sebenarnya itu.




“Aku hanya memakai cream, mengapa kamu melihat?” tanya Yada, karena ragu.

“Aku tidak percaya,” balas Krit, lalu bergerak duduk disamping Yada.

“Aku bukan seekor ikan mas, tidak perlu melihat seperti itu,” kata Yada dengan nada sinis pada Krit. Tapi tetap saja, Krit tidak mau pergi dan terus memperhatikannya.
  

Dan karena hal itu, Yada menjadi ragu sendiri. Apalagi saat ia mencium aroma cream tersebut yang mungkin saja sudah kadaluwarsa. Tapi dengan terpaksa ia harus memakai cream itu.



Menguatkan dirinya. Yada memakai cream itu, ia mengambil sedikit dengan jarinya dan memakai itu diwajahnya sambil berbicara kepada Krit, menjelaskan bagaimana cara memakai cream yang benar.

Dan sambil tersenyum, Krit terus memandangin dan mendengarkan penjelasan Yada.


Dengan usil, Yada beralasan bahwa ada cream tertentu, dimana ia harus menggunakan banyak dan menghangatkan nya dulu. Yada mengambil cream dengan banyak dan lalu mengosok – gosoknya ditangan.



Setelah itu dengan agak kasar, Yada memakaikan cream itu diwajah Krit. Dan Krit hanya diam saja, tidak bergerak.

“Bagaimana? Teknik ini, aku lakuin gratis loh. Tidak dibayar. Lihat kamu!” kata Yada merasa senang memakai kan cream itu diwajah Krit.

“Terima kasih… untuk memberikanku teknik ini. Aku benar- benar suka itu,” balas Krit.


Mendengar itu, Yada langsung berhenti dan mau melepaskan tangannya dari pipi Krit. Tapi dengan cepat, Krit menahan tangannya.

“Kamu yang mendekatiku duluan,” kata Krit dengan lembut.


“Khun Sharkrit,” balas Yada, lalu sambil mendorong wajah Krit, ia memberitahu bahwa cream itu telah kadaluwarsa. Setelah itu dengan cepat, Yada berlari masuk kedalam kamarnya.



Awalnya Krit memang tampak kaget. Menggunakan cermin ia melihat wajahnya sendiri. Lalu setelah itu, ia tersenyum, mengingat sikap Yada yang seperti tadi.

1 Comments

Previous Post Next Post