Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 7 - 5


 Company name : Citizen Kane

Dirumah. Chat bertanya apakah Mon berhasil mendapatkan itu. Dan dengan marah, Mon menceritakan pada Chat.



Ternyata sebelumnya. Ketika Mon meminta uang kepada Dilok. Dilok sama sekali tidak mau memberikannya. Bahkan ketika Mon telah sampai berlutut memohon padanya.

“Kemudian bisakah aku meminjam itu?” pinta Mon, karena Dilok tidak mau memberikan uang padanya.



“Wajah sepertimu, apakah bisa membayarku kembali?! Cukup bagus aku menyetujui kamu dan anakmu untuk tinggal disini,” balas Dilok. Sehingga Mon menjadi kesal.

“Kalau kamu tidak mau meminjamkannya, maka jangan ungkit itu lagi! Aku akan mencarinya sendiri!”


“Kasin itu serakah, dia tidak akan mau meminjamkanmu uang. Chat, anakmu itu, bukan artis. Semua yang dia bisa hanyalah membersihakan kuku. Tidak peduli seberapa besar pernikahan nya, tidak ada seorangpun yang akan hadir. Aku akan menolong mu dengan 4.000 baht. Oh, orang china bilang nomor 4 itu angka keberuntungan,” balas Dilok sambil tertawa kecil, mengetawai Mon. Setelah itu ia pergi.



Setelah selesai bercerita, Mon mulai stress karena tidak ada solusi lain lagi. Selain dari menjual semua barang dirumah ini yang mereka simpan.

“Tidak perlu mom. Sejak kita telah meminta dengan baik, tapi tidak mendapatkan apapun. Maka kita curi aja,” saran Chat kepada Mon. Dan dengan semangat, Mon menyetujui itu.



Diruang tamu. Dilok sedang membaca dokumen-dokumennya. Dan dari arah belakang, Mon mengawasinya. Lalu saat Dilok tampak tidak memperhatikan keadaan disekitarnya, Mon mulai bergerak.

Ia merangkak dilantai dengan pelan-pelan. Lalu dengan perlahan juga, ia menggerakan tangannya untuk mengambil hp milik Dilok yang berada diatas meja lampu.



Tepat ketika, Mon telah menyentuh hp Dilok dan tinggal menariknya. Tiba-tiba saja hp Dilok berbunyi, sehingga dengan cepat Mon bersembunyi kembali, tanpa mengambil hp tersebut.

Dilok mengambil hpnya dan membaca pesan, yang ternyata berasal dari perusahaan asuransi. Setelah itu ia melemparkan hpnya tersebut ke sofa. Sehingga Mon menjadi bingung.



Ketika akhirnya Dilok berdiri dan pergi ke belakang. Mon yang awalnya bersembunyi dibelakang sofa, segera pindah dan bersembunyi di belakang dinding.


Dan saat akhirnya, Dilok telah benar-benar pergi. Maka dengan cepat, bergerak untuk mengambil hp Dilok yang berada diatas sofa. Dan lalu ia membuka hp Dilok.

Tapi sebelum Mon sempat berbuat sesuatu. Tiba-tiba saja Mon, mendengar suara pembantu yang menanyakan apakah Dilok mau kopi atau teh. Dan lalu suara Dilok yang membalas tidak perlu, karena ia mau mengambil dan mempelajari dokumennya dikamar saja.




Dan menyadari hal itu, Mon mulai mencari tempat untuk bersembunyi, tapi tidak ada. Karena itu, ia memutuskan untuk keluar dari jendela saja. Sayangnya, ketika itu tanpa sengaja malah terjatuh dan membuat suara.




Untung saja, Dilok tidak mendengar suaranya. Tapi sialnya lagi, saat Mon mau pergi dari sana, tanpa sengaja rambutnya malah tersangkut ditanaman. Sehingga dengan agak bersusah payah dan kesakitan, Mon melepaskan rambutnya yang tersangkut itu dari tanaman. Sambil menutup mulutnya sendiri, agar tidak membuat suara.




Setelah perjuangan yang panjang seperti itu. Mon berhasil kembali ke kamar, tanpa ketahuan. Dan lalu ia memberikan hp milik Dilok kepada Chat, yang dengan cepat berhasil membukanya account Dilok.

“Kamu hanya perlu tau password account nya saja, Mom,” jelas Chat singkat.

“Ehh.. bagaimana bisa kamu mengetahui password tuan?”

“Aku mengintipnya. Lagian passwordnya tidak sulit untuk diingat. Itu hanya angka ulang tahun anaknya yang tercinta Yada,” jelas Chat, lagi.




Setelah itu, Chat meminta Mon untuk memberikan nomor account nya. Dan dengan cepat, Mon menyebutkan satu persatu nomor accountnya.

“Kamu mengingatnya begitu baik, Mom,”  puji Chat dengan nada sinis, karena Mon bisa mengingat nomor accountnya dengan begitu baik.

“Tentu saja!” balas Mon, bangga.




Akhirnya semua telah selesai. Dan dengan senang, Mon mengambil hp milik Dilok dari Chat dan melihatnya. Tapi tiba-tiba saja, ada sebuah pesan yang masuk. Sehingga membuat Mon menjadi terkejut. Dan dengan khawatir, Chat mendekatinya.



“Ini Cuma pesan dari bank, Mom. Kamu hanya perlu menghapus pesan dari bank ini dan menghapus email konfirmasinya. Begitu saja,” jelas Chat sambil menghapus semuanya.

“Oh.. Hey, berapa banyak kamu mengambilnya?” tanya Mon, tiba-tiba penasaran.

“Tidak banyaklah, Mom. Hanya setengah juta saja,” jawab Chat sambil tersenyum.



Mengetahui hal itu, Mon menjadi sangat senang sekali. Begitu juga dengan Chat. Dan lalu mereka pun berpelukan.

“Mari lakukan lagi lain kali,” kata Mon kepada Chat, yang langsung dibalas Ya.



Dengan perlahan Yada keluar dari dalam kamarnya dan memperhatikan situasi diluar. Setelah yakin bahwa Krit sedang berada dikamar bermain hp dan tidak mungkin akan keluar.




Maka Yada dengan pelan, ia bergerak menuju meja kerja Krit. Dan lalu membuka laptop Krit untuk mencari informasi tentang pencucian uang Krit.




Sayangnya, laptop Krit tidak bisa dibuka, karena memakai password. Pertama, Yada memasukan tanggal lahir Krit, tapi tidak bisa. Kedua, ia menuliskan judul dari buku yang ada diatas meja, tapi tidak bisa. Ketiga, ia memasukan nama penulisnya, tapi tidak bisa.

Dan cara terakhir, Yada mencari digoogle mengenai cara meng-hack password laptop.




Saat Yada meletakan hpnya diatas meja, tanpa sengaja ia membuat suara kecil. Dan karena ia mengira bahwa Krit tidak akan dengar, maka tanpa memikirkan itu, Yada mencoba untuk menghack passwor laptop milik Krit.




Didalam kamar. Ternyata, Krit menyadari suara kecil tersebut. Sehingga ia menjadi curiga. Ia lalu meletakan hpnya diatas meja dan mau turun dari tempat tidur, tapi tanpa sengaja juga, hpnya malah terjatuh kelantai.



Sayangnya, Yada yang berada diluar, tampak tidak mendengar sama sekali. Ia masih saja sibuk untuk menghack password laptop.




Ketika Krit membuka pintu kamarnya, ternyata Yada memang sedang duduk dikursi kerjanya. Tapi bedanya, Yada kini sedang duduk mendengarkan musik. Bukannya sedang mengotak-atik laptop.





Dan heran akan itu, maka Krit bertanya. Tapi karena sedang sibuk mendengarkan musik, Yada tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar.

Sehingga dengan tidak sabaran, Krit melepaskan headset dari telinga Yada dan kembali bertanya. “Apa yang kamu lakukan duduk disini?

“Aku tidak bisa tidur,” balas Yada dengan gugup sambil melihat kearah laptop Krit yang ada diatas meja. Dan Krit menyadari itu.





Disofa tamu, mereka duduk bersama. Dan dengan pandangan curiga, Krit terus saja menatap pada Yada. Sedangkan Yada dengan tegang, ia hanya duduk, tanpa  bicara.

“Mengapa kamu tidak bicara?” tanya Krit.

“Ah.. lagu ini bagus,” balas Yada, jelas gugup.

“Aku percaya kamu. Tapi mengapa kamu mendengarkan musik dimejaku?”

“Ka.. karena. Disana wi-finya sangat cepat.”

“Aku percaya kamu. Aku percaya setiap kata yang kamu bilang. Karena kamu keluargaku.”


Yada tidak percaya, karena orang yang biasanya tidak bisa mempercayai siapapun seperti Krit, bisa dengan mudahnya percaya sekarang. Dan hal itu, membuat Yada menuduh Krit yang sengaja bilang percaya padanya, untuk menjebak dirinya.




“Jika aku bilang itu karena cinta, bisakah kamu percaya? Kita adalah keluarga. Kamu istriku. Aku sudah memilih untuk percaya kamu. Jangan mengecewakanku,” balas Krit dengan lembut. Sehingga Yada langsung terdiam.




Perlahan Krit mendekatkan wajahnya untuk mencium Yada. Dan Yada hanya diam saja, tidak bergerak, tapi ketika wajah Krit sudah sangat dekat. Yada langsung menghindar dan beralasan bahwa ia ngantuk.



Krit dengan cepat menarik tangan Yada dan mendudukannya diatas pangkuannya. Karena ia tidak menginginkan Yada untuk pergi. “Kamu barusan bilang, kalau kamu belum ngantuk.”

“Hooi… ak…aku… kamu mendekat seperti ini, jika aku tidak mencari alasan. Sudahlah,” balas Yada dengan gugup, tampak salah tingkah. Setelah itu ia bangkit berdiri dari pangkuan Krit dan mau pergi.




Tapi sekali lagi, Krit menahan Yada untuk pergi. Ia berdiri dihadapan Yada dan menatapnya,”Jangan mengecewakan aku ya.”




Ditempat lain. Tassana dan Khem akhirnya telah selesai menyiapkan perlengkapan untuk merayakan ulang tahun special untuk Kwan. Tapi disana Kwan malah cemberut dan tidak bersemangat.

“Aku tidak mau merayakannya lagi. Aku terlihat mengerikan,” kata Kwan mengeluh, karena harus memakai topi serta jas hujan.




“Ini untuk keamanan. Dimalam hari itu jadi berkabut,” balas Tassana sambil membuka payung dan memayungin Kwan.

Melihat itu, Khem menarik tangan Tassana dan memberitahu bahwa ia sudah mengecek cuacanya, menurut ramalan cuaca hari ni akan bagus. Langit cerah tidak berawan. Bahkan tidak ada kabut juga.




Mendengar itu, Kwan langsung tersenyum cerah dan menyingkirkan tangan Tassana yang memegangi payung untuknya. Dan lalu ia melepaskan jas hujannya, kecuali topinya, karena Tassana berdehem seperti melarang padanya.




Dengan penuh perhatian, Tassana mau membantu Khem untuk membawa barang. Dan pada saat itu, tanpa sengaja tangan mereka jadi bersentuhan. Karena itu, mereka pun jadi saling terdiam dan bertatapan dengan senyum.

“Berapa lama kalian mau saling bertatapan?” goda Kwan, usil, ketika melihat mereka. Kemudian, ia pun pergi duluan meninggalkan mereka.




Setelah Kwan meninggalkan mereka. Khem serta Tassana menjadi salah tingkah dan hanya bisa saling tersenyum. Dan secara bersamaan mereka mau berjalan, tapi tanpa sengaja, malah saling bertabrakan.




Dengan sengaja, Krit menyiapkan segelas susu hangat untuk Yada, agar ia bisa lebih mudah tidur nantinya. Tapi bukannya minum, Yada malah bertanya kenapa Krit sendiri belum tidur. Jadi dengan singkat Krit menjawab kerja.

“Pa mu punya kasino, apa dia punya bisnis selain itu?”




“Ya. Tapi aku tidak akan memberitahumu,” balas Krit sambil tersenyum pada Yada. Lalu ia memberikan gelas susu itu dan menyuruh Yada untuk minum. Jadi Yada pun meminumnya.




“Bagaimana denganmu? Kamu pasti lebih sulit untuk tidur, kan,” kata Yada.

“Ya. Bahkan terkadang aku tidak tidur sama sekali. Tidak peduli betapa capeknya aku, aku tidak bisa tidur,” balas Krit membenarkan.




“Aku tau bagaimana melakukan pijatan. Aku mempelajari ini dari soerang sarjana yang sangat bagus,” cerita Yada, tapi ia tidak bermaksud apapun. Jadi ketika tiba-tiba saja, Krit membalas bahwa ia ingin mencobanya dan langsung berdiri menuju kearah kamarnya. Ia menjadi terkejut.




“Tunggu! Tunggu! Khun! Kita bisa melakukannya disini,” kata Yada memanggil Krit, agar Krit jangan sampai masuk ke kamarnya.

“Hanya untuk berjaga bila nanti kamu membuatku tertidur. Jadi aku bisa langsung tidur saja,” balas Krit dengan santai.

“Huh?”

“Bukan Huh. Ditempat tidur. Sekarang,” kata Krit sambil tersenyum. Lalu pergi.



Sebenarnya, Yada ingin menghindar dan tidak mau masuk kedalam kamar. Tapi dengan tegas, Krit memanggilnya. Sehingga ia menjadi kesal.




Yada akhirnya masuk kedalam kamar. Dan disana, Krit telah berbaring diatas tempat tidur.
“Kamu mau aku duduk atau berbaring?”

“Duduk,” kata Yada, tegas.




Dan sambil tersenyum kearah Yada, Krit bangkit dan duduk. Lalu ia menepuk-nepuk kasur, seperti mengisyaratkan agar Yada naik keatas. Jadi Yada naik keatas tempat tidur.

“Berikan tanganmu. Kepalkan tanganmu,” perintah Yada. Lalu setelah itu, ia mulai menjelaskan pada Krit sambil memijata tangannya. Tapi bukannya fokus mendengarkan penjelasan Yada, Krit malah lebih fokus menatap wajah Yada.




Perlahan Krit bergerak mendekat kearah Yada, saat Yada memijat tangannya yang lain. Dan Yada masih tidak menyadari hal itu, sampai ketika ia menoleh untuk menatap kearah Krit. Ternyata wajah mereka sudah sangat dekat.




Tapi dengan tetap bersikap tenang, Yada memundurkan wajahnya sedikit dan bertanya apakah Krit sudah merasa ngantuk. Dan Krit menjawab dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, tanda belum.

“Ketika diurut, tetap fokus. Jangan memperhatikan hal lain,” kata Yada.





“Tapi aku pikir, kamu harusnya memijat wajahku. Bukankah itu juga bisa?” tanya Krit dengan sangat lembut.

Yada dengan cepat ingin menghindar dari Krit. Tapi dengan lebih cepat, Krit menahan tangan Yada dan lalu tidur diatas pangkuan Yada. Dan tentu saja, Yada tidak suka akan hal itu, jadi dengan sekuat tenaga, ia mencoba untuk mendorong Krit menjauh darinya.

Sayangnya, ia tidak berhasil mendorong Krit untuk pergi dari pangkuannya.




“Tolong pijat aku. Aku benar-benar stress. Apa kamu tidak bersimpati padaku?” tanya Krit. Sehingga membuat Yada terdiam dan berhenti mendorong Krit.





Lalu setelah itu, dengan lembut, Yada mulai memijat-mijat wajah Krit. Dan ketika, Yada menggosok-gosok tangannya agar hangat, lalu meletakan kedua tangannya dipipi Krit.

Krit tampak sangat nyaman dipijat oleh Yada. Ia lalu memegangin tangan Yada.




Dan dengan perlahan, Krit memegang belakang kepala Yada. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Yada. Lebih dekat. Dan semakin dekat.

Post a Comment

Previous Post Next Post