Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 9 - 1



 Company name : Citizen Kane

Ketika Krit telah menyelesaikan makannya, Yada datang sambil membawakan segelas kopi untuknya.

"Aku minta maaf, hanya bisa membuatkan makanan yang sederhana," kata Yada. Setelah itu, ia pun mau pergi keluar halaman. Dan tepat ketika itu, Yada mulai bersin-bersin.




“Yada, mengapa kamu tidak tidur dikamar semalam?” tanya Krit, ketika mendengar itu. tapi Yada dengan sengaja mengabaikannya. Diluar, Yada mengambil hpnya yang ia taruh disana.

Krit mengikuti Yada dan memperingatinya bahwa jika Yada tidur diluar semalam seperti itu, maka Yada bisa sakit. Dan Yada tidak peduli sama sekali, karena ia memang mau mati, ia bahkan sudah mencoba berbagai cara untuk mati. Makan biskuit kadaluarsa, tidur diluar, minum air keran.




“Aku ingin mati, sehingga itu bisa menjadi bayaran untuk pengkhianatanku padamu. Apa kamu senang?” tanya Yada

“Tidak. Itu tidak cukup. Karena kamu belum boleh mati,” balas Krit.



Yada yang sudah meladenin Krit, ingin masuk kembali kedalam rumah. Tapi dengan kuat, Krit memegangin Yada dan menahannya. “Kemudian buat aku mempercayaimu lagi!”

“Kemudian dengarkan aku dulu!”




“Aku tidak mau dengar. Aku tidak mau mendengar kebohongan lagi,” tolak Krit, keras. Dan dengan kesal, Yada mengatai Krit gila. Setelah itu ia mau masuk ke dalam rumah dan walaupun Krit menahannya lagi dengan kasar, tapi kali ini Yada tetap tidak peduli. Ia tetap bersikeras untuk masuk kedalam rumah.





Dibelakang rumah. Yada mengarahkan hpnya tinggi-tinggi, mencoba untuk mencari signal, tapi tidak ada. Dan ketika itu, Krit datang serta melihatnya, lalu ia bertanya. Tapi bukannya menjawab, Yada mengabaikan itu dan mulai mencuci pakaiannya.



“Aku tanya apa yang kamu lakukan? Kamu tidak dengar aku?” tanya Krit lagi sambil mendekati Yada.

“Aku sedang mencuci baju,” jawab Yada.

“Kemudian tunggu,” kata Krit, lalu masuk kembali kedalam rumah.


“Aku hanya bawa sedikit pakaianku. Karena aku tidak tau berapa hari, minggu, atau bulan, aku akan tinggal disini. Tidak bisakah kamu melihat aku,” teriak Yada menjelaskan pada Krit.



Krit lalu kembali dan melemparkan setumpuk pakaian dan melemparkannya kedalam baskom. “Cuci semuanya itu. Aku sudah meninggalkan ini terlalu lama. Itu bau.”



“Kamu melihatku sebagai apa? Aku bukan pembantu mu!” kata Yada, berdiri dengan marah. Dan Krit lalu mengambil satu baskom serta melemparkan itu kehadapan Yada.

“Cuci dengan bersih,” perintah Krit, tegas, tanpa mau dibantah. Jadi Yada pun mengambil air lalu mengisinya.




“Barusan, apa yang kamu lihat?” tanya Krit.

“Mataku kering. Jadi aku melihat keatas,” balas Yada. Lalu Krit mengeluarkan botol tetes mata milik Yada dan menawarkan diri untuk memakaikan itu. tapi tentu saja, Yada Cuma beralasan tadi, jadi dengan cepat ia merebut itu dan menyimpannya.




Setelah Krit masuk kedalam rumah. Yada mulai mencuci semua pakaian yang ada, satu-persatu dengan tangannya. Sambil menangis, ia mengingat semua perlakuan dingin Krit kepadanya semalam, tanpa mau sekalipun mendengarkan penjelasannya.





Krit yang meninggalkan dirinya begitu saja. Malam dingin yang ia habiskan sendirian dan Krit sama sekali tidak pulang kembali. Pagi hari, ketika Krit kembali. Disaat Krit memperlakukannya dengan agak kasar.




Ditempat lain. Trai mencium wangi makanan yang sangat enak, jadi ia pun pergi kedapur. Tapi ketika melihat bahwa makanan yang disediakan oleh Nee untuk nya adala makanan instan. Dan dia tidak menyukai makanan seperti itu.




“Dan kamu bahkan tidak meletakannya di piring? Juga tidak ada gelas untuk air. Perempuan saat ini sangat bagus dalam segala bidang. Mereka bekerja keras, mereka bisa masak. Wanita yang hanya bisa menggoreng telur, tidak temaksud,” kata Trai.

“Menggoreng telur apa? Aku tidak tau bagaimana caranya itu,” balas Nee. Lalu mulai mau makan, tapi Trai segera merebut semuanya dan membawanya pergi. Sehingga Nee merasa heran.





Akhirnya Trai lah yang memasak untuk Nee. Setelah selesai, ia tersenyum kepada Nee, seperti mengajaknya untuk makan. Jadi Nee pun duduk dan mulai makan.



“Kamu tidak suka memasak, jadi mengapa kamu membeli banyak bahan makanan segar dan menyimpannya di kulkas?” tanya Trai.



“Mana tau P’Krit akan datang. Dia tidak suka makan makanan instan, seperti kamu juga. Dan itu alasan mengapa aku tidak bisa memasak. Itu karena P’Krit selalu memasak untukku,” jawab Nee.



Mendengar itu, Trai tampak cemburu dan menanyakan maksud Nee bercerita seperti itu. Dan sayangnya, Nee sama sekali tidak peka, malah dengan polosnya ia menjawab bahwa alasan dia tidak bisa memasak adalah karena Krit ada, jadi ia tidak salah.



“Bisakah kamu berhenti membicarakan tentang kakakmu?” tanya Trai, tampak emosi. Ia lalu berhenti makan dan berdiri.

“Tidak bisa! P’Krit adalah kakakku,” jawab Nee.


Saat Trai masih tidak yakin, Nee berjalan mendekatinya. Lalu ia menjelaskan bahwa Yada telah membuatnya dan Krit saling mengerti. Awalnya ia hanya takut, sehingga ia tidak bisa berpikiran jernih. Tapi saat ini ia sadar, pelukan Krit adalah pelukan seorang kakak.




Sambil tersenyum, Trai mulai mendekat dan memegang pinggang Nee, seperti ingin memeluknya. Sehingga Nee menjadi agak terkejut serta sedikit menahannya. Dan lalu Trai menariknya untuk lebih mendekat.

“Bagaimana dengan pelukanku?” tanya Trai sambil menatap pada mata Nee.

“Pelukanmu… adalah pelukan koki pribadiku,” jawab Nee, awalnya gugup. Lalu setelah itu dengan cepat ia mendorong Trai menjauh dan mau pergi.




Tapi dengan cepat, Trai menahan tangan Nee dan tersenyum lebar,”Kamu tidak akan makan?”

“Tidak!”

“Belum boleh pergi! Kamu memerah!” kata Trai sambil menatap Nee.

“Apa maksudmu memerah?! Lepaskan!” balas Nee, lalu keluar.





Trai tidak menyerah dan ia mengikuti Nee yang keluar. Ia menangkap Nee dan menahannya. Dan tentu saja, Nee terus menolak, minta dilepaskan. Lalu dengan usil, Trai mengangkat / mengengong Nee dan memutar-mutarnya.

“Cukup Khun Trai! Kita akan jatuh ke kolam! Lepaskan!” teriak Nee, ketakutan awalnya. Tapi ketika Trai menatap matanya sambil tersenyum dan lalu memutar-mutarnya lagi, Nee jadi ikut tertawa.





Sayangnya, ketika itu hp (ntah milik Trai atau Nee) yang berada dimeja, tiba-tiba saja berbunyi. Sehingga Trai pun berhenti memutar Nee dan menurunkan Nee. Dan lalu mereka saling berpandangan karena bingung.



Ternyata Tassana menghubungin Nee karena ia mau meminta tolong, agar Nee mau datang kerumahnya dan menjaga perusahaan milik Kwan. Jadi ketika Nee datang ke rumahnya, Tassana segera berterima kasih.



Trai yang dari tadi berada didalam mobil Nee. Ikut turun. Dan melihat itu, Khem menjadi terkejut bagaimana bisa Trai sampai ke sini. Lalu dengan khawatir, Khem mendekati Trai.

“Dimana kamu sepanjang malam ini? Mengapa kamu tidak memberitahuku, dimana kamu tinggal? Aku khawatir tentang kamu dan P’Da,” kata Khem dengan cepat.



Tapi sebelum Trai sempat menjawab, Tassana langsung ikut bertanya, bagaimana bisa Trai serta Nee datang bersama. Sehingga karena tidak tau harus menjawab apa, Trai dan Nee hanya memandang satu sama lain.

Kwan yang berdiri dibelakang dan agak jauh dari mereka berempat, langsung bertanya, apakah Trai serta Nee adalah pasangan. Seperti Tassana dan Khem.



“Itu berarti, P’Khem dan Khun Na…” kata Trai, ketika mendengar perkataan Kwan.

“Jadi kamu dan Nee…” balas Khem juga.


Tapi tidak seperti Tassana yang hanya diam. Nee langsung  menjelaskan bahwa kemarin malam Trai kecelakaan motor. Jadi Trai tidak bisa pulang dan tinggal ditempatnya.

“Lagian, belum ada kesepakatan mengenai itu. Okay?” kata Nee kepada Trai.




Dan mendengar itu, Trai langsung berdecak kearah Nee dan dengan sengaja tidak mau menjawab serta mengabaikan Nee. Setelah itu ia menanyakan pada Khem, apa yang sebenarnya terjadi pada Yada.





Setelah mendengar semua penjelasan yang ada. Trai juga ingin pergi, tapi Tassan menolak, karena jika Trai pergi, ia tidak akan bisa melakukan apapun yang ada hanya tambah masalah lagi.

“Dan jika kamu yang pergi?” balas Trai tidak terima, mau ikut juga.

“Setidaknya, aku tau kemana Krit mungkin akan membawa Khun Da,” jawab Tassana.



“Dimana itu tidak penting. Tapi pergi dan jika mereka akan kembali…” kata Nee, ikut berbicara. Lalu Kwan mengangkat tangannya untuk memberikan pendapat juga.

“Mereka mungkin pergi bulan madu, itu mengapa hanya mereka berdua saja. Dan mereka tidak perlu untuk memberitahu siapapun itu,” kata Kwan.

“Tapi P’Da meninggalkan catatan meminta pertolongan,” balas Trai.




“Khun Nee benar. Apa yang P’Da lakukan pada Krit itu, mungkin akan membuat kita tidak bisa melihatnya lagi,” kata Khem, ikut bicara juga.

“Apa yang Khun Da lakukan?” tanya Kwan, heran mengenai maksud Khem.

“Aku tidak tau detailnya. Aku hanya ingin pergi dan memastikan apa ia selamat atau tidak. P’Krit mu dan setiap orang Sharkrit bukan orang yang sama,” jawab Khem.



Trai tetap bersikeras ingin ikut, tapi Khem tetap tidak mengizinkan Trai untuk ikut. Khem meminta agar Trai tetap ditempat ini dengan Kwan saja. Setelah itu ketika, Trai diam saja, tanda setuju. Khem serta Tassana langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.




Kwan masih tampak tidak mengerti ketika melihat mereka berdua pergi, maka dari itu ia pun menjawab. Dan Nee memang menjawab, tapi ia tidak menjelaskan dengan jelas mengenai situasi yang ada.

Sehingga Kwan tampak sangat kebingungan. Begitu juga dengan Trai, ia menatap kearah Nee, tampak penasaran dengan situasi sebenarnya, mungkin.



Ketika Yada akan masuk kedalam kamar, ia mendengar suara air yang dibuka dari arah kamar mandi, dimana saat itu, Krit sedang mandi. Dan mengingat tentang niat baiknya, Yada memberanikan diri untuk menjelaskan.

“Apa yang terjadi, terjadilah,” kata Yada pada dirinya sendiri.



Pertama, Yada mengambil tali. Menutup pintu kamar mandi, menggunakan tali. Dan kedua, tali tersebut, diikatnya sekecang mungkin kepada sebuah tiang lampu.

Jadi saat, Krit akan keluar dari kamar mandi. Ia tidak bisa membuka pintunya sama sekali. Dan dari luar, Yada segera menjelaskan. Ia berbicara dengan suara yang keras, agar Krit bisa mendengarnya.



“Aku minta maaf. Aku harus menggunakan taktik ini. Atau kamu tidak akan mendengarkan ku,” kata Yada.

“Yada,” balas Krit, memperingati sambil ia mencoba untuk membuka pintu.




“Hey! Tenang dan dengarkan! Aku tidak mengkhianatimu. Aku memliki niat baik padamu,” jelas Yada, sambil menarik tali itu untuk menahan agar pintu tidak terbuka.

“Buka pintu. Buka pintunya!”



Yada mulai menjelaskan segalanya  bahwa ia hanya ingin menolong Sharkrit lepas dari ikatan setan. Dan ia meminta agar, Krit mempercayainya. Karena ia pasti akan membantu Krit untuk mencari bukti.

Sayang, mungkin karena sudah tidak tahan lagi mendengar semua penjelasan dari Yada itu, maka sebelum Yada menyelesaikan penjelasannya, Krit langsung menarik pegangan pintu dengan kuat.  Sehingga tiang lampu, terjatuh dan hampir mengenai Yada.


Setelah itu, Yada langsung ingin melarikan diri dari sana, ketika Krit menatap marah padanya. Tapi sebelum ia sempat pergi, Krit menarik tangannya dan menahannya.

“Apa yang kamu bilang, apa itu benar?” tanya Krit.

“Iya. Aku benar-benar ingin menolongmu,” balas Yada.

“Gila. Kamu gila,” kata Krit.




Krit lalu dengan kasar menarik tangan Yada masuk kedalam kamar mandi. ia menahan Yada dibawah pancuran air, lalu ia menyalakan air. Dan dengan sekuat, Yada berusaha memberontak, tapi ia tetap tidak bisa lepas, karena Krit menahannya dnegan lebih kuat.

“Aku tidak akan melepaskanmu. Sampai kamu berhenti menjadi gila,” kata Krit, sambil menahan Yada dibawah pancuran air yang deras.



“Aku tidak bisa bernafas,” kata Yada, kesusahan, karena air derus mengalir dari atas kepalanya.

Tapi bukanya berhenti, Krit malah menahan kepala Yada, lalu menciumin Yada. Dan Yada sendiri hanya bisa diam saja, tanpa mampu melawan lagi.




Di persimpangan jalan, Tassana serta Khem turun dari mobil. Karena pada saat itu, mereka kebingungan harus berbelok ke jalan yang mana. Dan ketika melihat, tempat mereka berada saat ini, Tassana berpikir bahwa mereka telah dekat.




Tepat ketika, Tassana dan Khem ingin kembali kedalam mobil. Tiba-tiba saja mereka mendengar suara wanita yang berteriak meminta tolong. Jadi mengira itu suara Yada, tanpa pikir panjang Khem segera berlari kearah suara.



Dan Tassana mengikuti Khem, ia mengejar dan memanggil nama Khem. Tapi Khem tetap tidak mau berhenti dan terus berlari. Dan ketika itu, tanpa sengaja, karena sedang memakai sepatu hak, jadi Khem terjatuh.

Dengan cepat, Tassana segera membantu Khem untuk berdiri.



“Aku baik-baik saja. Dimana rumah Khun Krit?” tanya Khem langsung, tanpa memperdulikan dirinya sendiri.

“Sekitar sini ku kira. Tapi pasti, ini adalah tanah Krit,” jawab Tasana.


Mendengar suara teriakan wanita yang makin keras, Khem langsung berlari lagi. Dan Tassana mengikutinya lagi juga.

Ketika tiba diarah asal suara. Mereka melihat seorang pria yang sedang mengganggu seoran wanita. Dan wanita itu terus berteriak, meminta pertolongan serta berteriak pada pria itu agar tidak menyakitinya.



Jadi Tassana segera membantu wanita itu. Ia menarik pria itu agar menjauhi wanita tersebut. Tapi pria itu malah berteriak marah pada Tassana dan mengaku bahwa ia dan wanita tersebut adalah suami – istri.

“Jangan menggunakan taktik yang sama. Tidak akan ada yang mempercayaimu,” kata Khem kepada pria itu.

“Tapi kami benar-benar suami – istri!” jelas wanita tersebut. Sehingga akhirnya, Tassana melepaskan pria itu.


Dengan mesra, pasangan suami-istri itu langsung berpelukan. Dan dengan manja, wanita itu mengeluh sambil memukul pelan suaminya itu, ia meminta agar suaminya itu tidak mencolek - coleknya lagi.



“Apa yang kalian lakukan disini?” tanya Tassana, heran dengan tingkah mereka.

“Boss membayar kami untuk menjaga kebun nya,” jawab si suami.

“Dimana rumah Boss mu?”


Wanita itu menjelaskan bahwa rumah bosnya berada di Phu Pha Man. Dan selagi wanita itu menjelaskan, dari belakang suaminya malah usil dan mencoleknya lagi, sehingga wanita itu pun berbicara dengan nada keras tiba-tiba.

Setelah itu, wanita itu kembali memukuli suaminya dan mengomel. Lalu ia menunjukan arah rumah bos mereka.



Yada yang telah selesai mandi dan bertukar pakaian, kembali kedapur. Dan disana ia melihat Krit yang sedang mengiling biji kopi. Bukannya menghampiri, Yada malah langsung berbalik, ketika ia mengingat kejadian antara mereka berdua dikamar mandi tadi.

“Telat,” kata Krit, menyadari kedatangan Yada. Ia lalu mengambil handuk putih di dekat sandaran kursi, lalu berjalan mendekati Yada.



Yada sadar bahwa Krit mengikutinya, jadi ia berhenti dan lalu beralasan kalau ia ingin mengeringkan rambutnya. Dan mendengar itu, Krit berjalan makin mendekat, seperti ingin membantu Yada mengeringkan rambutnya. Tapi dengan segera, Yada menolak.



“Kamu pikir aku mau menlap rambutmu?” tanya Krit sambil tersenyum pada Yada. Lalu saat Yada hanya diam, Krit meletakan handuk itu diatas kepala Yada, menyuruhnya untuk memakai yang baru.

Yada menurunkan handuk yang berada diatas kepalanya.




“Oh. Kecewa? Sini. Sini. Aku akan menlapnya,” tawar Krit, sambil bergerak untuk mengambil handuk itu kembali dari Yada. Tapi dengan cepat Yada langsung mengelak.

“Aku tidak pernah mengharapkan apapun. Dari sekarang, menjauh dariku. Dan jangan mengambil keuntungan dariku lagi,” kata Yada, lalu berbalik untuk pergi.
Dengan cepat. Krit menarik dan menahan Yada ditembok.




“Apa sejauh ini cukup?” tanya Krit mengenai jarak mereka. Dan saat, Yada hanya diam saja, Krit mendekat kan wajahnya sedikit lagi, sambil bertanya. Lalu makin mendekat lagi.

Dan untuk ketiga kalinya, Yada langsung menyuruh Krit untuk mundur. Tapi Krit tidak mau mundur, malah ia makan mendekat. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Yada.




Saat Yada hanya diam, Krit mundur. “Tidak bisa memberiku perintah. Ayo mulai bulan madu kita sekarang,” kata Krit sambil tersenyum menatap Yada.

Post a Comment

Previous Post Next Post