Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 9 - 2


 Company name : Citizen Kane

“Dari sini menyetir ke rumah Boss sekitar dua jam!” jelas si suami (Sorapong). Menggunakan kendaraannya untuk perkebun, ia mengantarkan Khem serta Tassana ke rumah Krit, Boss mereka.

“Tapi jika kita tersesat, itu bisa dua hari,” tambah si istri (Junpen).



Lalu tiba-tiba ketika itu, kendaraan yang mereka naiki mogok. “Tapi jika mesinnya berhenti seperti ini, kita mungkin tidak akan bisa mencapai tujuan,” lanjut si istri menjelaskan sambil tertawa kecil kepada mereka.



Setelah itu, si istri turun dan langsung memarahi suaminya serta mengomelinya, karena tidak ada mengecek terlebih dahulu tadi.

Lalu kepada Tassana dan Khem yang ikut turun juga, ia bertanya apa mereka berdua bisa kembali ke mobil mereka dulu. Dan mempertimbangkan situasinya, maka Tassanapun setuju.




“Khun Khem. Aku takut jika kita lanjut, mungkin kita bisa sampai kemalaman disana. Jika kita tersesat, itu akan menyusahkanmu. Aku takut kita mungkin harus…” jelas Tassana, mencoba meminta pendapat Khem juga, tapi sebelum ia selesai bicara, si istri langsung memotong perkataannya.

“Menghabiskan malam disini… selesai,” jelas si istri.





“Okay. Kita akan menghabiskan malam disini,” balas Khem langsung, tanpa keraguan sama sekali.

“Tapi itu hanya kita berdua saja,” kata Tassana, mungkin ingin Khem memikirkan resikonya dulu.

“Siapa yang peduli jika kita menghabiskan malam bersama? Aku tidak masalah, tuh. Kita akan menginap satu malam disini,” tegas Khem.



Dengan agak ragu, karena melihat keputusan Khem yang sudah bulat. Maka Tassana lalu menanyakan kepada suami-istri itu, apakah ada tempat untuk mereka menginap malam ini, seperti homestay. Sebuah tempat dimana, mereka memiliki dua kamar yang terpisah.

Mendengar itu, si pasangan suami-istri tertawa kecil bersama, setelah itu. secara serentak, mereka menjawab tidak ada. Sehingga Tassana dan Khem menjadi sama-sama terkejut.




“Khun, lupakan dua kamar, tiga kamar, kita bahkan tidak punya homestay,” jelas si suami kepada mereka berdua.

“Umm.. bagaimana bila begini, apa kalian mau tinggal di rumah lamaku?” tanya si istri menawarkan. Dan dengan cepat, Khem langsung menyetujuinya.





Si pasangan suami – istri dengan bangga menunjukan rumah lama mereka. Dan tepat ketika it, sebuah kayu pada rumah itu, runtuh. Sehingga mereka semua menjadi terkejut.

Lalu sambil tertawa kecil pada mereka. Si istri menjelaskan,”Itu bukan hanya sedikit tua. Tapi sangat tuaa! Bisakah kamu tinggal disini?”





“Uh…” kata Tassana tampak ragu. Tapi lagi-lagi, Khem langsung setuju.

“Silahkan buat dirimu sendiri merasa nyaman ya.” Kata si suami, mempersilahkan mereka berdua. Lalu dengan agak usil, ia mencolek istrinya. Dan ternyata si istri itu agak latah, jadi ketika si suami mencoleknya, ia menjadi latah bicaranya.

Setelah itu dengan kesal, si istri memukuli dan memarahi suaminya.




“Um.. tunggu. Apa tidak ada rumah yang lain?” tanya Tassana, masih ragu.

“Kita setuju untuk tinggal disini. Aku akan bicara pada pacarku ini. Dia selalu saja komplain tentang ini dan itu,” jelas Khem dengan ramah kepada suami – istri itu. Lalu kepada Tassana,”Ini hanya satu malam saja. Geezz.”

Dan sesudah itu, suami-istri itu pun pergi meninggalkan mereka berdua.




“Khun Khem…” kata Tassana pada Khem, ketika suami-istri itu telah pergi.

“Jika kita tidak bilang pada mereka, kalau kita pasangan. Itu akan terlihat lebih tidak pantas,” balas Khem, tegas. Dan karena itu, Tassana pun menjadi kebingungan sendiri harus bicara apa lagi.




Didalam rumah tua tersebut. Tassana menjadi tambah ragu, karena disana hanya ada satu kamar saja. Tapi dengan tetap bersikeras, Khem menjelaskan bahwa Tassana tidak perlu khawatir, karena ketika tidur, ia tidak mendengkur, tidak bicara sendiri, dan akan langsung tertidur ketika kepalanya menyentuh bantal.

Dan lagi-lagi Tassana pun hanya bisa diam, tanpa bisa membantah sama sekali.



Disisi lain. Ketika ia sedang menyuci piring, tiba-tiba saja Krit berjalan ingin mendekatinya lagi. Jadi dengan tegas Yada langsung memperingatinya dan menolak untuk dibantu.




Dan mendengar itu, Krit tersenyum. Tapi lalu dengan sengaja, ia mengambil cangkir diatas meja, lalu menaruhnya ditempat cucian. Sehingga Yada langsung mengomelinya.

“Khun, yang ini harus dicuci secara terpisah, kamu tidak mengerti ya?”

“Tidak,” jawab Krit, dengan santai nya.



Malas menanggapin Krit lagi, maka Yada pun melanjutkan kegiatannya dalam mencuci piring. Dan melihat itu, Krit tersenyum. Lalu ia mengomentari Yada yang terlihat aneh.

“Kamu mungkin mengira, aku adalah wanita tanpa tujuan yang tidak bisa melakukan apapun. Kamu tidak mengenalku cukup baik,” balas Yada.




“Kemudian haruskan kita lebih mengenal satu sama lain daripada ini? Kita memilik banyak waktu bersama disini,” kata Krit, sambil berjalan ke samping Yada.

Mendengar itu, Yada mematikan air kerannya dan berbalik memandangin Krit. “Berapa lama kita akan tinggal disini? Kamu sudah tau, aku tidak mengkhianatimu. Kamu harusnya sadar dan membawaku keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Bukannya menggunakan ku sebagai pelayanmu,” tanya Yada.


“Kamu menghacked laptopku. Kamu masih bersalah,” balas Krit sambil tersenyum, sama sekali tidak tampak ada kemarahan diwajahnya.

“Tapi aku sudah menjelaskan alasanku.”

“Aku tidak butuh. Aku ingin kamu membayarnya langsung padaku. Bersikap seperti seorang pelayan, belum cukup,” kata Krit lagi sambil menatap Yada.





Melihat tatapan Krit padanya, Yada langsung berbalik untuk menghindar. Tapi Krit langsung menarik dan menahannya. Ia menatap Yada dengan tatapan yang sangat lembut.

“Kita sudah dewasa. Aku mungkin tidak perlu menjelaskannya lagi padamu, kan,” kata Krit. Dan Yada hanya diam saja.



Dihalaman. Ketika Yada sedang sibuk mengangkat pakaian yang telah kering dijemuran. Krit berdiri disana dan lalu ia mengucapkan terima kasih kepadanya. Sehingga Yada pun berhenti dan menanyakan apa yang barusan Krit katakan.



“Terima kasih. Cuma sesekali, seseorang melakukan ini untukku. Aku ingin menjadi jujur. Dalam hidupku, aku tidak pernah begitu dekat dan begitu lama dengan seseorang sebelumnya.”


“Pa kamu mungkin menyuruh kamu bekerja terlalu banyak untuknya. Jadi mengapa kamu tiba-tiba datang kembali ke Thailand? Aku mengira –ngira itu bukan untuk pekerjaan, karena aku tidak melihat kamu bekerja sama sekali, kecuali…” kata Yada, tapi lalu Krit memotongnya.




“Aku akankembali ke sini…” kata Krit, lalu berhenti dan mengingat perkataan Mr. Joe kepadanya. Yaitu Krit hanya perlu membunuh orang itu, maka semua akan berakhir.

Dan disaat itu, Krit beralasan bahwa ia belum menemukan kesempatan. Lalu Mr. Joe malah membalas dan menuduh Krit yang mungkin saja telah tergila-gila pada istrinya.

“Aku kembali untuk menemuimu,” jelas Krit, singkat. Sesudah itu, ia pergi meninggalkan Yada yang kebingungan dengan maksudnya.




Ditempat lain. Trai serta Nee sedang membantu Kwan dalam membuat produk-produk untuk dijual. Disana mereka berdua terlihat sangat kacau dan kebingungan dalam mengerjakannya.

Sementara Kwan, terlihat biasa saja.




Menyadari tingkah aneh mereka berdua, Kwan lalu membuka maskernya dan bertanya pada mereka. “Apa kalian sudah selesai? Bisakah aku melihatnya?” tanyanya, lalu berdiri untuk melihat hasil pekerjaan mereka berdua.

Dan secara bersamaan, Trai serta Nee berdiri dan menjawab belum serta meminta agar Kwan memberikan mereka waktu 5 menit lagi. Tapi Kwan langsung merebut hasil pekerjaan mereka dan melihatnya.




Sesudah melihat hasil pekerjaan mereka berdua, Kwan menjadi heran sendiri. Dan Nee serta Trai hanya bisa tersenyum saja.

“Aku minta maaf, Kwan. Aku merusak barangmu. Aku sudah bilang ke kamu kalau aku tidak suka barang kerajinan tangan,” jelas Nee pada Kwan.



“Untuk beberapa hal. Kamu harus mencobanya dulu. Jadi kamu bisa tau apa kamu suka atau tidak. Beberapa orang ketika mereka bertemu pertama kali, mereka saling membenci. Tapi sekalinya mereka mulai bicara, dia menyadari bahwa dia menyukai laki-laki itu,” kata Kwan, menjelaskan sekaligus menggoda Nee.

"Benar seperti itu Nong Kwan,” kata Trai, membenarkan.

“Kwan bukan berbicara tentang kamu!” bantah Nee langsung.




“Dan siapa pria yang berani mendekati wanita seperti kamu selain aku?” tanya Trai kepada Nee, ketika Nee membantah. Dan dengan kesal, Nee mengambil lem tembak (bukan alatnya ya ^^) dan memukul kepala Trai, menggunakan itu. Sehingga Trai kesakitan.




Sementara Kwan tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Lalu saat mereka mulai mau berdebat, Kwan langsung menenangkan mereka berdua. Setelah itu, ia pamit untuk membuat makan malam dulu dan sementara itu, ia mau agar Trai serta Nee mencoba untuk mengerjakan yang lain.

“Kami tidak mau!” tolak Nee serta Trai secara bersamaan. Sehingga kini, Kwan yang jadi kesal. Dan dengan tajam, ia menatap mereka berdua.




Menyadari hal itu, Nee dan Trai tidak menolak atau membantah lagi. Mereka berdua langsung duduk kembali dan bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Setelah makan malam, aku mau melihat hasil yang bagus dari kalian ya,” kata Kwan sambil tersenyum kepada mereka, lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.




Ketika Kwan telah meninggalkan mereka berdua. Bersama Nee dan Trai saling bekerja sama dalam melakukan pekerjaan mereka. Dan pada saat itu, mereka saling bercanda dan tertawa bersama sampai mengerjakan itu.



“Aku suka itu,” kata Trai tiba-tiba sambil terus tersenyum memperhatikan Nee.

“Hei, jika kamu mau banyak bicara. Aku akan menembak mu menggunakan lem tembak ini,” ancam Nee. Tapi Trai tetap tersenyum lebar.

“Manis nya. Aku sangat suka,” kata Trai, lagi kepada Nee.

“Haruskan aku menaruh ini diwajahmu?!” ancam Nee lagi sambil mengambil lem dan mendekatkan itu ke arah Trai.


Walaupun Nee mengancam Trai seperti itu, tapi akhirnya ia ikut tertawa juga, ketika Trai tertawa kepadanya. Tapi tiba-tiba saja, Nee menjadi sedih ketika terpikir tentang kapan Krit akan kembali.




Mengetahui itu, Trai kali ini tidak tampak marah seperti sebelumnya. Malah dengan lembut, ia memegang tangan Nee dan menyemangatinya, ia mengatakan pada Nee, bahkan bila Krit tidak kembali, ia akan selalu bersama Nee dan tidak akan pergi kemana pun.




Ketika sedang berjalan bersama untuk pulang. Nee menyebutkan pada Trai bahwa mereka tidak akan bisa bersama, karena Krit tidak mungkin menyetujui itu.

Trai sendiri juga seperti Nee, ia mengaku bahwa Ayahnya juga tidak akan setuju bila mereka bersama, tapi ia sama sekali tidak peduli. Sedangkan Nee beda, ia peduli tentang hal itu.



“Khun Trai, aku akan memberitahumu. Aku tidak berpikir kamu bisa menerima ku. Moodku suka berubah-ubah, kadang naik, kadang turun, tidak tentu. Aku tidak ingin menahanmu. Segera, kamu tidak akan bisa menerima ku,” kata Nee, menjelaskan kepada Trai. Seolah-olah keputusannya sudah bulat, yaitu mereka tidak akan pernah bisa bersatu.



“Baik, aku akan pergi. Pedulikan lah orang yang berada disisi mu. Bukan orang yang tidak berada disisi mu,” balas Trai, lalu pergi meninggalkan Nee. Dan dengan sedih, Nee menatap kepergian Trai.



Di tempat lain. Khem sedang makan malam bersama Tassana. Disana Tassana tampak tidak bersemangat sama sekali, sedangkan Khem malah terlihat bersemangat dan biasa saja.

“Ini. Aku akan memberimu ikan. Ini ikan goreng terbaik yang pernah ku rasakan. Aku akan menyuapi mu. Katakan ahh… ahm…” kata Khem sambil mengambil sedikit ikan dan lalu mengarahkan nya itu kepada Tassana.




“Tidak peduli apapun, aku masih seorang pria. Bahkan ketika kamu melihat aku seperti seorang pengecut, tapi hargailah, aku masih pria utuh,” kata Tassana sambil menyingkirkan tangan Khem.

Mendengar itu, Khem sama sekali tidak berbicara atau membalas. Sehingga Tassana menjadi marah, ia mengira Khem bersikap biasa saja seperti itu padanya, karena ia bukanlah Krit.

Setelah itu, Tassana pun bangkit berdiri dan berjalan menjauh dari Khem.



Khem mendekati Tassana yang marah dan lalu menjelaskan bahwa jika ia bersama Krit, maka ia akan lebih bersikap waspada. Tapi saat ia bersama Tassana, ia sama sekali tidak merasa khawatir. Bukan karena Tassana adalah pengecut, melainkan karena Tassana adalah seorang pria yang gentle.

Dan karena hal itu, ia mempercayai Tassana.



“Aku tidak tau berapa lama aku akan bersikap gentle kepadamu. Kamu sudah tau bagaimana perasaanku padamu,” kata Tassana sambil menatap Khem.

Khem yang awalnya memegangin tangan Tassana ketika ia menjelaskan. Sesudah mendengar itu, ia langsung melepaskannya.

“Okay. Kemudian aku akan lebih waspada malam ini. Jika kamu mendekati aku, kepalamu akan pecah. Tapi cobalah untuk menghentikanku, ketika aku melompat ke sisimu,” kata Khem, awalnya mengancam, setelah itu malah bercanda.


Saat Tassana memperingatinya, Khem langsung menjelaskan bahwa ia tau dan ia senang karena yang ada bersama dengannya malam ini adalah Tassana. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Tassana.


Ditempat yang lainnya. Yada yang baru akan tidur, teringat akan ucapan Krit tadi siang ketika ia sedang mencuci piring. Maka Yada menjadi khawatir sendiri. Jadi ia lalu mengambil bantal serta selimutnya untuk tidur diluar saja.



Dan pada saat itu, ternyata Krit telah menyiapkan selimut serta bantal untuk tidur diluar juga. Jadi melihat itu, Yada pun tidak jadi tidur diluar. Ia mengabaikan ajakan Krit yang menawarkan agar mereka tidur bersama.



Krit mengikuti Yada yang ingin kembali kedalam kamar. Ia menarik selimut milik Yada, sehingga Yada pun berhenti berjalan.

“Ayo tidur dan melihat matahari terbit bersama,” ajak Krit. Dan Yada langsung menolak. Maka Krit kembali menarik selimut Yada, agar Yada bisa lebih mendekat padanya.



“Kamu bisa duduk saja dan mengobrol denganku,” ajak Krit lagi. Dan sekali lagi Yada juga menolak. Jadi Krit menarik lagi selimut Yada, hingga mereka kini menjadi lebih dekat lagi.



“Berhenti berpikir tentang menolongku. Aku tidak butuh pertolongan siapapun. Aku hanya mau seseorang yang bisa aku percayai. Dan aku berharap orang itu adalah kamu,” kata Krit dengan lembut dan jelas kepada Yada.




Akhirnya Yada mau menerima ajakan Krit. Didepan teras, Yada membungkus dirinya menggunakan selimut dan bersikap berhati-hati. Sedangkan Krit tampak biasa saja, ia menuangkan minuman dan lalu memberikan itu kepada Yada.

Dan Yada lalu menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak mau minum itu.




“Aku tidak ada menaruh obat apapun. Aku tidak seperti seseorang yang menggunakan taktik murahan,” kata Krit, saat Yada menolak. Dan lalu Yada pun teringat akan apa yang dilakukannya.

“Jika aku meminta langsung padamu tentang informasi pencucian uang itu, apa kamu akan memberikannya padaku?” tanya Yada.

“Mengapa kamu setuju menikah denganku? Karena kamu ingin melindungin Ayahmu. Aku ingin melindungin Pa ku juga,” jawab Krit




“Tidak ada yang bisa selalu lepas dari hukum, kamu tau. Tidak peduli jika Pa mu mempunyai banyak pengaruh pada orang.”

“Tapi aku tau apa yang kulakukan. Uang kotor, ntah itu satu juta atau sepuluh milyar, itu tetap uang kotor. Tidak ada perbedaan betapa buruknya mereka,” balas Krit.





Dengan lembut Yada menjelaskan bahwa ia tidak membandingin siapa yang lebih buruk. Hanya saja saat ini, ia mengkhawatirkan tentang Krit. Yada lalu bertanya apakah Krit pernah ingin berhenti.

“Kamu khawatir padaku?” tanya Krit, bukannya menjawab pertanyaan Yada. Dan ketika Krit bertanya seperti itu kepadanya, Yada terdiam.

Post a Comment

Previous Post Next Post