Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 1 - part 1



Broadcast Network        Tencent

Ini adalah cerita khayalan.

Terdengar suara seorang pria yang baru saja selesai menyambut tamunya. Setelah tamunya tersebut pergi, ia berbicara kepada seorang wanita.

Wanita : “Eh… pak tua, kesini. Hui Yang masih kecil. Bukankah terlalu cepat baginya untuk menikah?”

Pak Tua : “Sekarang atau nanti, dia harus menikah. Jadi apa bedanya sekarang dan nanti. Dia mungkin tidak akan menemukan keluarga yang sebaik itu nantinya.”

Didapur. Seorang gadis muda (Hui Yan). Dia duduk disana sambil mendengarkan pembicaraan kedua orang tua nya tersebut tentang dirinya.

Wanita : “Tapi keluarga ini aneh. Mereka tidak menanyakan apapun. Mereka hanya mau tau kapan tepatnya dia lahir. Mereka bahkan bertanya bidan (yg membantu org melahirkan) untuk memastikan itu. Lalu mereka langsung melamar dia setelah memastikan waktunya. Aku berpikir ini sedikit aneh.



Hui Yan terlihat terkejut mendengarkan pembicaraan itu, tapi ia tetap diam sambil memainkan rating kayu ditangannya dan sambil tetap mendengarkan.

Pak Tua : “Apa yang kamu tau? Mereka memberi kita begitu banyak uang. Berapa lama kita bisa menghasilkan sebanyak ini dengan bertani?”

Wanita : “Tidakkah kamu mendengarkan apa yang mereka tanyakan? Mereka tidak ingin kita menemui Hui Yan lagi.”



Pak Tua : “Mereka berasal dari keluarga yang kuat. Mereka hanya tidak mau berhubungan dengan kita dimasa depan.”

Kali ini, mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya itu. Hui Yan terlihat sedih sekali dan meneteskan air matanya.

Wanita : “Mengapa keluarga seperti itu tertarik kepada anak kita?”



Didalam tandu merah. Hui Yan duduk di dalamnya, ia memakai baju pengantin (mungkin) dan sebuah kerudung berwarna merah yang menutupi wajahnya. Dan diluar tandu itu, ia mendengar orang- orang sibuk berbicara serta terdengar suara gemuruh yang besar.

“Lihat! Itu hujan pelangi. Rubah akan menikah!”

“Siapa itu?”

“Aku tidak tau.”

“Dia bukan gadis biasa.”


Tiba- tiba suasana yang awalnya berisik, menjadi sangat hening. Suara gemuruh pun menghilang. Jadi karena penasaran, maka Hui Yan pun keluar dari dalam tandunya dan menanyakan kepada para pengangkat tandunya.

“Dimana kita? Desa yang manakah ini?” tanya Hui Yan.


“Jangan terlalu banyak bertanya. Jangan bicarakan ini kepada yang lain,” jawab suara tersebut. Tapi yang anehnya, di dekat tandu tersebut tidak tampak siapapun, melainkan hanya Hui Yan sendiri.



Didalam kamar dengan warna merah. Seperti sebuah kamar pengantin baru. Hui Yan duduk diatas tempat tidur. Karena penasaran dengan tempatnya berada sekarang, maka Hui Yan pun mengintip dari balik kerudung yang menutupi wajahnya.



Disaat itu tiba- tiba terdengar suara seorang pria (He Lan Jing Ting) yang bertanya, ”Apakah itu Hui Yan? Hui Yan?” tanya nya, tapi Hui Yan tidak menjawab.

He Lan masuk kedalam kamar dan naik keatas tempat tidur dari arah belakang Hui Yan. Lalu tanpa sengaja, dia menarik kain merah yang menutupi wajah Hui Yan, sehingga Hui Yan pun menjadi terkejut.



“Aku minta maaf. Aku tau kamu pasti merasa tidak nyaman. Sejujurnya, aku juga sama, aku tidak nyaman,” kata He Lan meminta maaf langsung dengan nada yang sangat lembut.

Ketika Hui Yan melirik kebelakang untuk melihat He Lan. Ia melihat kalau He Lan memakai sebuah topeng yang menutupi wajahnya.



“Ayahku bilang kita harus menikah. Aku belum mengenalmu. Aku juga tidak ingin menikah. Tapi menurut mereka, kita harus menghabiskan malam ini bersama. Aku minta maaf,” lanjut He Lan dengan nada yang tetap lembut.


Setelah selesai bicara, He Lan menanyakan apakah Hui Yan masih memakai kerudung merahnya. Dan mendengar itu, Hui Yan menjadi merasa heran.

“Oh.. tidak apa,” kata He Lan dengan canggung. Karena menyadari keheranan Hui Yan.



He Lan lalu memberikan sebuah buah kepada Hui Yan, menawarkan agar Hui Yan memakan itu. Tapi Hui Yan menolak, karena ia ingin pulang kerumah.

“Apa kamu tau jalan pulang?” tanya He Lan. Dan disaat Hui Yan hanya terdiam, ia meminta agar Hui Yan memakan buah ini.

“Aku tidak lapar,” tolak Hui Yan.


“Hanya segigit saja,” bujuk He Lan.

“Bagaimana jika aku menolak?” tanya Hui Yan, pelan.

“Kemudian… ak…aku akan menunggu semalaman. Aku akan menunggu hingga kamu memakan ini,” jawab He Lan.



Dengan agak terpaksa, maka Hui Yan pun mengambil buah itu dan memakannya. Dan setelah mengigit buah itu, Hui Yan pun langsung mengeluarkannya dari dalam mulutnya sambil memperhatikan reaksi He Lan.

“Mengapa aku tidak mendengar kamu makan?” tanya He Lan, tampak bingung.



Mendengar pertanyaan aneh dari He Lan, maka Hui Yan pun mengunyah buah itu dengan suara keras yang disengaja. Setelah itu, ia menanyakan apakah He Lan tidak bisa melihat (buta).



He Lan melepaskan topeng yang dipakainya. Dan ketika melihat wajah He Lan, Hui Yan tampak kaget, karena warna mata He Lan tampak berwarna keabu- abuan. Lalu karena penasaran, maka Hui Yan menggoyangkan tangannya didepan He Lan. Tapi He Lan hanya diam, karena ia tidak bisa melihat tindakan Hui Yan itu.


“Keluargaku pasti menawarkan banyak uang untuk membawamu kesini ya?” tanya He Lan. Dan Hui Yan membenarkan. “Mereka benar- benar keterlaluan,” lanjut He Lan.

“Kamu tidak perlu mengatakan itu. Sebenarnya, aku sangat jelek. Orang tuaku senang ada orang yang mau menikahiku. Mereka juga mendapatkan banyak hadiah uang. Mereka sangat senang,” kata Hui Yan, merendah.



“Tapi aku tidak berpikir kamu jelek,” kata He Lan, singkat.

“Mengapa?” tanya Hui Yan, heran.

“Aku bisa bilang kamu cantik dari suaramu,” balas He Lan, jujur.



Mendengar itu, Hui Yan tampak senang dan tersenyum. “Apa tidak ada yang bilang padamu kalau kamu benar- benar tampan?” tanya Hui Yan dengan malu- malu.

Mendengar hal itu, kali ini giliran He Lan yang menjadi senang dan tersenyum malu- malu sendiri. Karena He Lan tidak pernah bisa melihat dirinya sendiri.

“Ayahku bilang padaku kalau mataku akan sembuh dimasa depan. Tapi aku hanya bisa melihat dibawah cahaya bulan,” kata He Lan, mulai bercerita.



“Benarkah?” tanya Hui Yan sambil tersenyum.

“Tentu! Ketika aku bisa melihat, aku akan memastikan apa perkataanmu jujur atau tidak,” jawab pria itu sambil tersenyum juga.




Malam itu pun berlalu. Hari- hari pun juga berlalu. Hingga akhirnya mereka berdua telah menjadi dewasa. Duduk bersama sambil memainkan musik. Berdiri bersama didekat danau, dibawah cahaya bulan.

Hui Yan, apa kamu tau? Aku bisa melihat dunia pada malam sekarang karena kamu. Aku akan menjagamu. Aku akan berada disisimu. Tunggu aku.



Guan Pi Pi terbangun dari tidurnya. Lalu ia mengambil sebuah jam kecil yang berada dimeja disamping tempat tidurnya. Dan setelah melihat jam tersebut, ia pun kembali tidur lagi.



Malam hari. Diatas atap gedung yang tinggi. Seorang pria berpakaian hitam (He Lan Jing Ting), berdiri disana sambil memandangin pemandangan kota. Lalu dua orang pria menghampirinya. Seorang dari mereka berbicara, ia melaporkan kalau ID dan document penting lainnya milik He Lan telah siap.


“Kamu akan menjadi seorang kolektor barang antik disini. Kami juga telah mempersiapkan sebuah rumah untukmu,” jelas orang tersebut.



Dahulu kala, ada sebuah planet diluar angkasa. Lingkungannya hampir sama dengan bumi. Tentu saja, ada alien yang tinggal disana. Setelah berabad- abad reproduksi dan evolusi, alien ini membentuk peradaban mereka sendiri.



Suatu hari, ilmuwan mereka memperkirakan bahwa planet mereka akan segera runtuh. Untuk berlindung, mereka naik ke ruang angkasa dan bermigrasi ke planet lain.




Satu grup datang kebumi. Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai ‘fox people’ (orang rubah). Para penduduk bumi ketakutan melihat mereka. Menurut ‘Catatan yang hilang’, sebuah kapal besar melayang diatas laut barat.


Orang dalam kapal menggunakan mahkota. Badan mereka tertutupi dengan bulu putih. Mereka bisa terbang tanpa sayap. Itu kesan pertama kami tentang fox people.



Untuk menyesuaikan diri, fox people terus berevolusi. Mereka terlihat seperti penduduk bumi sekarang dan menjalani hidup seperti kita. Perjuangan antara manusia dan fox people tidak pernah berhenti.

Selama masa disnati Tang, ada seorang sarjana bernama Dai Fu. Dia tertarik dalam hubungan antara manusia dan rubah. Dia percaya cinta itu transgressive. Setelah meninggal, anaknya membuat anthology dari cerita yang dia tulis.




Anthology itu dipublikasikan dibawah nama “Catatan luas dari cerita- cerita aneh”. Anthology ini dirayakan oleh pembacanya. Dengan tawaran dari pendongeng, cerita ini menyebar



Orang menjadi lebih penasaran tentang rubah. Mereka menjadi takut. Fox people menyadari kalau manusia menjadi kurang bersahabat. Jadi mereka tidak punya pilihan selain menyembunyikan indentitas mereka dan berbaur.


Berdasarkan Novel Shi Ding Rou [MoonShine and Valentine]

2 Comments

Previous Post Next Post