Broadcast Network : Tencent
Setibanya dikantor. Wang Xuan mulai
mengomel dengan kesal, tentang Qian Hua yang mengatainya. Mendengar itu, Qing
Tan mendekati Wang Xuan dan menanyakan apakah Wang Xuan gagal.
“Dia bahkan tau nama asliku,” kata
Wang Xuan.
Wang Xuan memberikan ide, bila
mereka tidak bisa mendekati Qian Hua, maka kenapa mereka tidak mencoba
mendekati Si kaya. Dan seorang karyawan wanita menimpali, kalau hanya sedikit
yang mereka tau tentang Si kaya, jadi itu tidak mungkin untuk melakukan
pendekatan padanya.
“Aku dengar namanya adalah He Lan,”
kata seorang karyawan pria, ikut berbicara.
“He Lan? Kalau gitu akan coba untuk
mewawancarai Tuah He,” kata Wang Xuan.
“Itu Tuan He Lan. He Lan adalah nama
keluarganya,” kata Pi Pi, membenarkan dalam keadaan setengah sadar, karena
sedang tidur.
“Kemudian aku akan coba untuk
mendekati Tuan He Lan,” balas Wang Xuan.
Karyawan wanita tadi mengatakan
bahwa itu tidak mungkin bagi Wang Xuan. Jadi Wang Xuan pun mengalah dan mereka
mulai berpikir mengenai siapa yang harus melakukannya.
Dan disaat itulah, pandangan mereka
tertuju kepada Pi Pi yang sedang tidur diatas meja. Menyadari hal itu, Pi Pi
langsung berpura- pura sakit dan mau muntah, lalu ia melanjutkan tidurnya
kembali.
Malam hari. Dirumah He Lan. Pi Pi
memanjat pohon sambil membawa kamera untuk menfoto rumah He Lan sambil mengomel
bagaimana bisa mereka semua memperlakukan orang sakit seperti nya ini.
Disaat itu tiba- tiba saja ada
nyamuk. Dan setelah menunggu lama, Pi Pi tetap tidak melihat ada orang lain.
Lalu tiba- tiba hpnya berbunyi.
Pi Pi menyapa Xiao Ju dan
memberitahu apa yang sedang ia lakukan, ketika Xiao Ju bertanya. Dan setelah
itu, Xiao Ju menyindir Pi Pi. Karena Pi Pi bilang mau menjadi wartawan politik,
tapi sekarang malah jadi Paparazi.
“Itu mimpiku. Tapi aku harus
memperkuat pendapatanku sekarang. Aku tidak bisa bicara lama sekarang. Aku akan
menghubungimu nanti ya. Bye!” kata Pi Pi, lalu mematikan telponnya.
Setelah selesai bertelponan, Pi Pi
kembali fokus untuk memotret sambil memohon agar He Lan keluar dari dalam rumah
sekarang. Dan disaat itu, ternyata He Lan telah berada tepat dibawah Pi Pi
sambil memandangin Pi Pi dengan bingung.
“Hei, kamu yang disana. Apa yang
kamu lakukan?” tanya He Lan, memanggil Pi Pi.
Mendengar suara He Lan, maka Pi Pi
langsung berbalik dan menunduk untuk melihat siapa itu. Tapi pas disaat itu,
sebelum sempat menjawab, tiba- tiba Pi Pi merasakan sesuatu keluar dari
hidungnya.
Dan yang keluar dari hidungnya itu
adalah darah. Setelah melihat itu, Pi Pi pun tampak kebingungan serta syok,
lalu pingsan.
He Lan menggendong Pi Pi kedalam
rumahnya. Ia membaringkan Pi Pi disofa. Lalu setelah itu, ia mengambil tissue
untuk mengelap darah yang keluar dari hidung pipi. Serta ia juga membawakan
sepiring apel yang telah dikupas dan dipotong.
Saat Pi Pi telah sadar, He Lan
mengambil buah itu untuk disuapkan kepada Pi Pi. Ia menyuruh agar Pi Pi memakan
ini, tapi Pi Pi menolak. Dan dengan tegas serta sedikit paksaan, He Lan
mengharuskan Pi Pi untuk memakan itu. Jadi dengan masih lemas, Pi Pi pun
menerima suapan dari He Lan dan memakannya.
Dulu. He Lan juga menawarkan buah
apel kepada Hui Yan dan meminta agar Hui Yan memakannya, tapi Hui Yan menolak,
karena ia ingin pulang. Dan He Lan tidak menyerah, ia tetap meminta agar Hui
Yan memakan itu.
Bila Hui Yan tidak mau memakan buah
itu, He Lan mengatakan kalau ia akan menunggu semalam hingga Hui Yan memakan
itu. Jadi akhirnya, Hui Yan pun memakan buah itu. Setelah itu, barulah He Lan
membuka topeng yang di pakainya.
Pi Pi terbangun dari tidurnya. Dan
melihat buah apel yang berada didekatnya. Lalu dengan agak keheranan, Pi Pi
keluar dari dalam rumah menuju ke kolam berenang yang berada didekat
ruangannya.
Disana ia melihat, He Lan yang
sedang berbaring dikursi santai sambil menutup matanya. Jadi ia pun menghampiri
He Lan dan mengucapkan terima kasih, tapi He Lan sama sekali tidak merespon.
Jadi Hui Yan mengangap kalau He Lan benar- benar sedang tidur.
“Hey! Kamu sedikit aneh. Kamu
sebenarnya cukup bagus. Kulitmu bagus. Hidungmu juga. Kamu kaya dan tampan.
Badanmu juga cukup bagus. Hahh… tapi Tuhan cukup adil, dia memberimu banyak
hal. Tapi dia mengambil pelinghatanmu,” kata Pi Pi sambil mengamati He Lan yang
tertidur.
Pi Pi lalu mengoyang- goyang kan
tangannya didepan wajah He Lan dan memanggilnya. Seperti sengaja ingin
menganggunya. Dan ketika He Lan bersuara, Pi Pi menjadi terkejut dan langsung
terdiam.
“Kapan kamu bangun?” tanya Pi Pi
dengan agak gugup.
“Aku tidak tidur,” jawab He Lan
dengan santai.
“Kamu tidak tidur… Jadi kamu… aku
bicara begitu, banyak tapi kamu tidak memberikan satu respon pun,” proter Pi
Pi, salah tingkah.
“Aku mau lihat berapa lama kamu akan
terus bicara,” balas He Lan.
“Ini jebakan!” keluh Pi Pi sambil
menghela nafas.
Pi Pi duduk dikursi santai yang satu
lagi. Lalu ia bertanya apa yang sedang He Lan lakukan. Dan ketika He Lan
menjawab kalau ia sedang berjemur, Pi Pi pun menjadi heran dan ikut melihat
kearah bulan diatas.
Pi Pi berkomentar, kalau ia hanya
pernah dengar tentang berjemur dibawah matahari bukan dibawah bulan.
“Apa kamu pernah mencobanya?” tanya
He Lan sambil melihat Pi Pi.
“Tidak,” kata Pi Pi sambil
menggelengkan kepalanya. Tapi seperti teringat sesuatu, maka Pi Pi pun menjadi
agak ragu,”Aku kira, aku pernah, dalam mimpiku. Tidak tau lah.”
“Kamu mencoba untuk mengambil fotoku
dari atas pohon kan?” tanya He Lan, lagi.
“Aku tidak akan datang jika aku tau
itu adalah kamu,” jawab Pi Pi dengan agak gugup, beralasan. Lalu saat sadar, He
Lan bisa melihatnya, Pi Pi pun bertanya.
He Lan menjelaskan kalau dia hanya
buta disiang hari. Dan bisa melihat saat malam hari. Mendengar itu, Pi Pi pun
tertawa dan setelah itu ia berterima kasih kepada He Lan yang telah
menyelamatkannya serta pamit pulang.
Disaat Pi Pi akan berdiri, tiba-
tiba ia merasakan pusing dan kembali terduduk dikursi. Dan He Lan lalu
menyarankan agar Pi Pi beristirahat dulu serta melihat bulan, karena itu akan
membuat Pi Pi bisa melupakan semua kekhawatiran.
Jadi karena masih lemah, maka Pi Pi
pun mengikuti saran dari He Lan. Ia berbari dikursi sambil ikut melihat kearah
bulan.
“Bulan malam ini begitu indah,” kata
He Lan, memulai obrolan.
“Kamu benar. Aku merasa seperti
kekhawatiranku menghilang. Hey, sejak kapan kamu mulai berjemur seperti ini?”
tanya Pi Pi.
“Ketika aku masih kecil, ada seorang
gadis yang mandi dibawah cahaya bulan sepertiku. Dia begitu cantik. Tapi aku
tidak bisa ketika melihat malam saat itu. Ketika akhirnya aku bisa melihat, dia
tidak ada disana lagi,” cerita He Lan dengan nada yang agak sedih.
“Kasihan. Apa dia pindah? Apa kamu
kehilangan nomornya? Mengapa kamu tidak bertukar WeChats?” tanya Pi Pi, tidak
mengerti.
Pi Pi mengatakan saat ia melihat
bulan seperti ini, ia merasa seperti bisa melihat kebenaran hatinya. Dan
mendegar itu, He Lan pun memandangin Pi Pi, sehingga membuat Pi Pi merasa aneh
dan bertanya.
He Lan lalu mulai menjelaskan kepada
Pi Pi. Dan walau tidak mengerti, Pi Pi merasa kalau itu keren, setelah itu ia
pun tertidur. Dan menyadari hal itu, He Lan pun terdiam dan tidak berbicara
lagi.
Pagi hari. Dengan gaya tidur yang
berantakan, Pi Pi terjatuh dari sofa dan terbangun. Saat itulah, ia baru
menyadari kalau Qian Hua serta asistennya sedang berada disana, menyiapkan
pakaian.
Dengan agak canggung, Pi Pi pun
bangun dan mengucapkan ‘halo’. Lalu setelah agak lama sedikit, Pi Pi baru sadar
kalau yang ada dihadapannya adalah Qian Hua.
“Apa kita pernah bertemu
sebelumnya?” tanya Qian Hua, saat Pi Pi menyebutkan namanya.
“Tidak, tidak. Kita tidak pernah
bertemu sebelumnya,” kata Pi Pi dengan cepat.
“Tuan He Lan sedang sibuk. Dia
pergi. Dia khawatir kamu mungkin tidak punya pakaian ganti untuk bekerja. Aku
satu- satunya teman wanita yang dimilikinya. Jadi dia memintaku membawakan
beberapa pakaian untukmu. Aku tidak tau yang mana gayamu, jadi aku membawa
beberapa pakaian secara acak,” jelas Qian Hua.
Awalnya Pi Pi menolak, tapi ketika
ia melihat sedikit noda darah dikausnya dan Qian Hua memberikan tatapan agar
dia memilih salah satu dari pakaian itu saja. Maka Pi Pi pun menerima.
Pi Pi mulai melihat pakaian yang disiapkan
disana dengan sikap canggung dan lalu ia mengatakan kalau ia tidak tau, apakah
pakaian- pakaian itu cocok untuknya.
“Tidak apa. Kamu bisa menggunakan
waktumu,” kata Qian Hua. Lalu ia mendekati Pi Pi dan memberikan sebuah undangan
untuk Pi Pi.
“Apa ini?” tanya Pi Pi dengan
sedikit bingung.
“Dia akan menghubunginmu sendiri.
Aku akan pergi dulu,” jawab Qian Hua, lalu pamit dan pergi dari sana bersama
sekretarisnya.
“Makasih,” ucap Pi Pi. Lalu
menyimpan undangan tersebut kedalam tas dan mulai melihat- lihat pakaian mana
yang harus dikenakannya.
Digedung tempat acara akan diadakan.
Kuan Yong dan Xiu Xian mengatarkan He Lan kesana, tapi tidak ada satupun dari
mereka yang keluar dari dalam mobil. Melainkan mereka hanya melihat saja dari
dalam mobil.
“Ini harusnya tempat yang benar. Aku
bisa merasakan energi dari Pearls of Charms. Dengar, dia mati 100 tahun yang
lalu, selama perang. Aku berada diselatan saat itu. Jadi aku bahkan tidak
melihatnya untuk terakhir kalinya. Sekarang kita kehilangan Pearl (mutiara) nya
juga,” jelas He Lan.
Ketika Xiu Xian tampak tidak
mendengarkan, malah menguap serta sibuk melihat tabletnya. Maka Kuan Yong pun
menepuk pundak Xiu Xian. Dan He Lan yang duduk dibelakang, menanyakan apakah ia
harus ulang jelaskan lagi.
“Oh, tidak, tidak perlu. Kamu bisa
mengulanginya berkali-kali, jika itu membuatmu senang,” canda Xiu Xiang dan
tertawa.
“Kapan seharusnya kita bergerak?
sekarang?” tanya Kuan Yong sambil memperhatikan keadaan.
“Sekarang? Kita tidak bisa
melakukannya sekarang. Aku barusan cek, perusahaan asuransi ini sangat andal.
Sistem mereka di desain hati- hati, itu akan sulit untuk melakukan apapun,”
jelas Xiu Xiang.
Disaat Kuan Yong berbicara dengan
serius, Kuan Yong kembali bercanda lagi. Tapi kepada He Lan, ia mengatakan
kalau mereka hanya harus melakukannya malam ini, sesuai dengan rencana.
Tepat ketika itu, seorang penjaga
mendekati mobil mereka. Ia menyuruh mereka untuk tidak parkir disini. Jadi
mereka pun pergi dari sana.
Pi Pi tertidur didalam bus. Dan
ketika akhirnya, ia terbangun, ia mengeluarkan undangan yang berada didalam
tasnya dan membacanya tulisan pada amplop. Ralph
Auction No. 105.
Pi Pi lalu membuka amplop itu dan
mengeluarkan kertas undangannya. Disana tertulis VIP, tapi tanpa memusingkan itu, Pi Pi menyimpan kembali undangan
tersebut kedalam tasnya.
Disaat itu, seorang Ibu yang berada
disebelahnya terus memperhatikannya. Sehingga Pi Pi pun menjadi merasa canggung
dan tidak nyaman. Dan untung saja, pas disaat itu, ia sampai distasiun tujuannya.
Pi Pi masuk kedalam kantor dengan
langkah yang agak kesusahan, karena memakai sepatu hak tinggi. Dan tanpa
sengaja, Pi Pi menabrak seorang teman kantornya, karena ia sedang terburu-
buru.
Dan ketika melihat Pi Pi, teman
kantornya merasa terkejut. Karena saat itu, ia menyadari kalau pakaian yang
dipakai oleh Pi Pi bentuknya sama persis seperti dalam foto majalah yang
dipegangnya.
Pi Pi masuk kedalam ruang rapat
begitu saja. Dan ketika melihatnya, Wang Xuan tampak kurang senang, tapi ia
tetap melanjutkan penjelasannya.
“Semua furniture dalam rumahnya
adalah peninggalan budaya. Jadi dia pasti tertarik datang ke acara lelang ini,”
jelas Wang Xuan.
“Ini pertama kalinya He Lan dan Qian
Huan menghadiri acara publik yang sama. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini.
Kita akan mencari tau hubungan mereka,” tambah Qing Tan.
Qing Tan lalu menanyakan hasil apa
yang didapatkan oleh Pi Pi kemarin. Dan dengan agak pelan, Pi Pi mengaku dengan
jujur kalau ia tidak mendapatkan apapun.
Mendengar itu, Qing Tan sama sekali
tidak mempermasalahkannya. Ia mengatakan kalau ia mau mengirimkan Pi Pi ke
acara lelang itu. Jadi Pi Pi harus bisa mencari cara untuk dapat mendekati
mereka berdua.
“Aku tidak setuju dengan membiarkan
dia pergi ke pelelangan itu. Kita bisa gaun untuknya dengan mudah, tapi aku
tidak berpikir dia bisa menemukan jalan masuk ketika dia disana,” kata Wang
Xuan dengan agak sinis.
Pi Pi ingin membalas, tapi Qing Tan
langsung bicara dan menanyakan keadaan Pi Pi serta apakah Pi Pi ingin libur
dulu selama bebarapa hari dan Wang Xuan yang akan melakukan pekerjaan itu.
Dan dengan segera, Pi Pi langsung
menjawab kalau ia bisa melakukan itu.
Melihat itu, Wang Xuan kembali
berbicara. Ia mengatakan kepada Qing Tan kalau hanya sejumlah VIP terbatas yang
memiliki undangan lelang. Jadi untuk masuk, mereka harus membeli tiket.
“Aku mendapatkan sebuah tiket
melalui pamanku. Jadi kamu hanya harus beristirahat,” kata Wang Xuan dengan
sopan kepada Qing Tan dan dengan sinis kepada Pi Pi.
Wang Xuan tidak menyangka, ketika
Qing Tan menyuruhnya mendapatkan satu tiket lagi untuk Pi Pi. Jadi Pi Pi bisa
kesana, menunggu diluar, dan menghalangin mereka (He Lan) ketika ia mau pergi.
Pi Pi merogoh tasnya dan melihat
undangan yang didapatnya tadi. Lalu karena Qing Tan telah berbicara seperti itu,
maka Pi Pi tidak jadi bicara.
Dimejanya. Pi Pi kembali melihat
undangan itu dengan tampang sedikit bingung, lalu ia memasukan nya kembali
kedalam tas dan mengambil hpnya. Ia membalas pesan Jia Lin yang menanyakan apa
ia bebas malam ini.
Pi Pi membalas dengan jujur, kalau
malam ini ia harus pergi ke acara lelang. Dan meminta maaf. Setelah itu, ia
mulai fokus kepada pekerjaannya.
Tags:
Moonshine and Valentine