Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 1 - part 2

Broadcast Network        Tencent





Dua orang itu mengantarkan He Lan kerumah, tempat dimana He Lan akan tinggal. Dan setelah berada didalam rumah, mereka menunjukan semua dokumen yang diinginkan oleh He Lan.

“Master He Lan. Ini adalah informasi tentang Hui Yan, temannya dan anggota keluarganya,” jelas orang pertama, memperlihatkan foto- foto milik Guan Pi Pi.




“Dalam kehidupan ini, Hui Yan dipanggil Guan Pi Pi. Dia belajar di sekolah swasta . Dia melanjutkan ke perguruan tinggi teknik. Dia bekerja sebagai karyawan magang untuk sebuah majalah. Dia melakukan beberapa kerjaan dasar. Dia cukup baik dan ceria. Dia berbeda dari Hui Yan yang dulu,” jelas orang kedua.

“Dia kelihatan memiliki hidup yang berwarna,” komentar He Lan, ketika mendengar dan membaca semua infomasi yang ada.




“Ini informasi orang tua Guan Pi Pi. Orang tuanya menjalankan sebuah barber shop (tempat potong rambut) kecil. Mereka keluarga yang biasa. Pendapatan mereka agak rendah,” lanjut orang kedua menjelaskan, ketika He Lan melihat info keluarga Pi Pi.




“Namanya Tian Xin. Dia teman sekelas nona Guan. Dia telah berteman baik sejak sekolah menengah. Dia gadis yang tegas. Dia banyak mempengaruhi Guan Pi Pi,” jelas orang kedua lagi.



“Ini adalah Xin Xiao Ju. Dia adalah Hui Yan… bukan dia adalah teman sekelas Pi Pi dari sekolah teknik. Dia bekerja di toko kopi sekarang. Dia juga teman baik nona Guan,” kata orang kedua sambil memperlihatkan data Xin Xiao.




“Ini namanya Tao Jia Lin. Dia juga teman sekelas Pi Pi. Dia juga pacarnya,” kata orang kedua menjelaskan. Tapi kali ini, He Lan menghentikannya, karena ia tidak peduli siapa Jia Lin. Untuknya, Jian Li akan segera dihapus dari dunia Hui Yan.

“Guan Pi Pi,” sela orang pertama, membenarkan.

“Dari dunia Guan Pi Pi,” kata He Lan, mengikuti.




“Kita juga menemukan Pearls of Charms (mutiara pesona). Seorang kolektor antik yang memiliki itu. Minggu depan, itu akan dipajang tapi bukan sebagai item lelang,” kata orang kedua.

“Okay. Xiu Xian (orang pertama) aku mau kamu memberitahuku tentang jadwal Gun Pi Pi. Aku ingin mengunjunginnya besok,” balas He Lan mengokay kan sambil tetap membaca data Pi Pi dan lalu memberikan perintah.

“Tidak masalah, Master He Lan,” jawab orang pertama. Dan He Lan dengan serius memperhatikan foto Pi Pi dengan Jia Lin.


Pagi hari. Di dalam gedung universitas, Pi Pi dan Tian Xi berjalan bersama dengan akrab sambil mengobrol. Pi Pi membicarakan bahwa ia bermimpi semalam dan mimpi itu berhubungan dengan mimpi terakhirnya.

Dan mendengar itu, Tian Xi segera memotong, karena ia telah mendengar itu ratusan kali sejak sekolah. Tapi Pi Pi sendiri tidak tau mengapa begitu.


“Aku pikir kamu terlalu banyak menonton film romantis,” kata Tian Xi, menyebutkan alasan kenapa Pi Pi sering bermimpi itu.

“Mungkin aku bisa mengubahnya menjadi cerita ke dalam sebuah novel atau lainnya,” balas Pi Pi, bercanda.

“Kamu bisa menulis skrip dan membuat TV series,” kata Tian Xi, menimpali.


Lalu bersama mereka berdua mulai tertawa mengobrolkan hal itu. Disaat itu seorang wanita datang dan menanyakan dimana asrama 8, karena ia adalah mahasiswi baru disini.

“Asrama 8? Sebenarnya aku bukan murid disini. Itu pasti sulit untuk masuk ke sekolahmu…” kata Pi Pi, tapi langsung segera dipotong oleh Tian Xi.

“Kamu bisa berjalan disekitar bangunan ini. Kemudian ke koridor dan kamu akan melihat itu,” jelas Tian Xi memberikan petunjuk.


Setelah wanita itu pergi, Tian Xi mengomentari Pi Pi yang terlalu banyak bicara, seharusnya kalau dia tidak tau, maka jawab saja tidak tau.

“Kalian punya 8 asrama ya? Kami hanya punya tiga bangunan disekolah kami,” kata Pi Pi dengan wajah cemberut.

“Sekolahku besar,” balas Tian Xi, bangga.



Disaat itu seorang pria (Jia Lin) menghampiri Pi Pi dari belakang dan dengan sengaja mengejutkan Pi Pi. Setelah itu mereka pun berjalan bersama.



Diluat gedung. Ditangga masuk. Pi Pi dan Jia Lin asyik  membahas tentang apa yang ingin mereka makan. Dan Tian Xi datang menghampiri mereka berdua sambil membawakan minuman.

“Ada apa? Kamu tidak enak badan?” tanya Pi Pi kepada Jia Lin, karena sikap Jia Lin yang tampak tidak bersemangat dan lelah.

“Itu karena surat rekomendasi. Aku merasa terganggu,” jawab Jia Lin.



Jia Lin mulai bercerita kalau ia ingin bekerja dengan Matthew Chase sebagai  Ph.D murid di Stanford, jadi ia memelurkan surat rekomendasi. Dan mendengar itu, Tian Xi bertanya apa Jia Lin menginginkan Prof. Li yang menuliskan surat itu.

“Yeah. Jadi kamu mengenal mereka dengan baik,” kata Tian Xi, bersemangat.

“Apa?” tanya Pi Pi, tidak mengerti.

“Prof. Li adalah murid di Matthew Chase. Jika dia menuliskan surat untukmu, itu akan sangat berarti,” jelas Tian Xi.



“Benar. Tapi dia sudah merekomendasikan dua murid dari departmentnya tahun ini. Dan membaca thesis ku dan dia berpikir itu sedikit bermasalah,” kata Jia Lin.

“Jia Lin! Semangat! Kamu bisa!” kata Pi Pi menyemangati, walau tidak mengerti.

“Eh.. kamu harus memikirkan penampilan mu ketika menemui Prof. Li,” kata Tian Xi.

“Apa yang salah dengan penampilanku?” tanya Jia Lin sambil melihat dirinya sendiri.

“Apa kamu tidak melihat lubang besar disini?” tanya Tian Xi sambil menunjukan lubang besar yang ada dilengan atas baju Jia Lin.


Mendengar itu, Pi Pi langsung menyuruh Jia Lin melepaskan bajunya, karena ia akan memperbaikinya. Dan dengan kaget, Tian Xi tidak percaya kalau Pi Pi mau memperbaiki itu sekarang.

Dengan sangat bangga, Pi Pi mengeluarkan dan menunjukan peralatan jahit kecil yang dibawanya. Dan melihat itu mereka berdua pun tertawa.



Pi Pi dengan baik menjahitkan baju kemeja Jia Lin. Sedangkan Jia Lin dan Tian Xi sibuk membicarakan tentang surat rekomendasi itu dan mengobrolkan hal yang lainnya juga.



Dan akhirnya, Pi Pi selesai menjahit, lalu ia menunjukan hasil nya kepada mereka berdua. Melihat itu Tian Xi langsung tertawa ditahan, sedangkan Jia Lin merasa heran. Karena Pi Pi menjahit kemeja putihnya, menggunakan benang merah.

“Aku kehabisan benang putih,” aku Pi Pi dengan malu- malu.

“Pi Pi, itu lebih buruk daripada sebelumnya sekarang,” komen Tian Xi.


“Tidak apa, Pi Pi. Lagian aku berpikir untuk membeli baju baru. Terima kasih ya,” kata Jia Lin, tidak masalah.

“Aku minta maaf ya Jia Lin,” kata Pi Pi pelan, merasa bersalah.




Tian Xi dan Jia Lin kembali mengobrol berdua. Tian Xi baru teringat kalau Prof. Liao adalah sarjana NNS, jadi dukungannya akan lebih baik lagi. Dan mendengar itu, Jia Lin mengaku bahwa ia juga mengenal Prof. Liao, tapi tampaknya Prof. Liao tidak terlalu menyukainya.

Sedangkan Pi Pi yang tidak tau apapun, tidak bisa masuk kedalam pembicaraan. Jadi ia pun hanya bisa terdiam dengan sikap canggung disana.



Setelah selesai mengobrol, Jia Lin pamit karena ia mau pergi makan siang bersama dengan Pi Pi. Tapi mungkin karena merasa tidak enak, Pi Pi beralasan bahwa ia lupa kalau dia ada pekerjaan dan ia menyarankan agar Jia Lin makan siang bersama dengan Tian Xin saja.




“Kalian bisa membicarakan tentang surat rekomendasi itu. Kamu bisa memikirkan itu bersama,” kata Pi Pi. Lalu mengucapkan bye bye dan pergi meninggalkan mereka.



Setibanya dikantor, Pi Pi masuk kedalam dengan wajah tidak bersemangat. Dan lalu seorang teman kantor, menyapa Pi Pi. Ia mengira kalau Pi Pi akan pergi makan siang dan lalu ia bertanya mengapa Pi Pi datang.

“Karena pekerjaan membuatku merasa bahagia!” kata Pi Pi sambil tersenyum ceria dan menggandeng tangan teman kantornya itu.



“Aku tidak berpikir begitu. Kamu marah ketika aku tidak memberikanmu banyak waktu off (libur),” balas teman kantor.

“Aku tidak mau menghabiskan waktu off lagi!” kata Pi Pi sambil tetap tersenyum.

“Siapa yang membuatmu marah?”

“Tidak ada yang membuatku marah. Aku hanya marah pada diriku sendiri,” jawab Pi Pi, lalu mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa yang dapat ia kerjakan.



Teman kantor menyarankan agar Pi Pi bertanya kepada Wang Xuan, karena dia yang mengerjakan tugas Pi Pi hari ini. Jadi Pi Pi pun mendekati Wang Xuan dan bertanya.



Tapi dengan sombong, Wang Xuan menjawab kalau ia bisa melakukan nya sendiri. Dan ketika Pi Pi masih tidak menyerah, ia mengatakan bahwa mengajari Pi Pi untuk mengerjakan itu akan menghabiskan waktunya saja dan mengganggu.

Dengan wajah ceria, Pi Pi tetap saja tidak menyerah. Ia menanyakan apakah ada sesuatu yang dapat dilakukannya. Dan Wang Xuan menyuruh Pi Pi untuk mengambilkan kopi untuk mereka, karena hanya itu yang bisa Pi Pi kerjakan.



Walaupun Pi Pi tampak sedih mendengar itu, tapi dengan segera ia langsung kembali tersenyum dan mengokay-kan itu.



Ditoko kopi. Pi Pi duduk termenung, memikirkan sesuatu. Sedangkan Xiao Ju sibuk melayani tamu yang datang. Dan setelah tamu itu pergi, Pi Pi pun menanyai pendapat Xiao Ju.



“Jadi.. apa kamu pikir hubungan Jia Lin dan aku mulai retak? Dia murid terbaik disekolah dulu. Dan aku terburuk. Kemudian dia masuk ke universitas. Aku masuk ke perguruan tinggi teknik. Kemudian di tamat sekolah. Aku jadi karyawan magang. Dia berpikir tentang pergi ke amerika untuk gelarnya sekarang,” kata Pi Pi, curhat kepada Xiao Lu.



Dengan tenang, Xiao Lu membenarkan itu dan bertanya mengapa Pi Pi tidak putus saja dengan Jia Lin. Tapi tentu saja, Pi Pi menolak dan tidak mau. Pi Pi meminta agar Xiao Lu menyemangatinya.

“Nona, aku kira kamu kehilangan indra mu karena bermimpi terlalu banyak. Biar kuberitahu, kalian tidak sering berjumpa, kan? Kamu akhirnya bisa makan dengannya. Jadi mengapa kamu pergi? Tian Xin punya banyak waktu, mereka bisa pergi bersama setiap hari,” kata Xiao Lu dengan jelas.



Pi Pi protes, ia mengaku bahwa ia hanya ingin mensupport Jia Lin diam- diam. Dengan caranya sendiri. Mendengar keluhan Pi Pi, dengan tegas Xiao Lu menyuruh agar Pi Pi tidak membanggakan diri sendiri.

Disaat Pi Pi mulai tampak seperti akan mengeluh, Xiao Lu pun menjadi kesal. Tapi dengan sikap manja, Pi Pi meminta agar Xiao Lu menghiburnya. Jadi mungkin karena capek, Xiao Lu pun menghela nafas.



“Dia masih mencintaimu! Jangan khawatirkan itu ya. Sudah?” kata Xiao Lu menghibur dengan nada lembut, lalu bertanya dengan tegas.



Xiao Lu dengan  baik mulai memberikan nasihat kepada Pi Pi yaitu agar Pi Pi berusaha untuk dapat mendekatkan jarak antara dia dan Jia Lin. Kalau tidak, pada tingkat ini, maka Pi Pi akan diputuskan.

“Apa kamu benar temanku?” keluh Pi Pi dengan wajah cemberut.

“Berhenti mengeluh. Aku benci ketika orang mengeluh,” balas Xiao Lu dengan sikap kesal yang dinampakan.



Tepat disaat mereka sedang mengobrol, tiba- tiba saja terdengar suara wanita yang marah. Dan ketika mereka melihatnya, mereka melihat kalau wanita marah itu menyiramkan air minum ke wajah cowoknya dan lalu keluar dari toko.



Dengan segera, Xiao Lu mengambil kain kecil dan memberikan itu kepada si cowok. Dan si cowok menerima itu, lalu pergi ke kamar mandi.

Pi Pi yang pengin tau, mengambil alih kain pel dari seorang karyawan toko. Lalu ia mendekati Xiao Lu dan membantu mengelap lantai yang basah sambil menanyakan tentang apa yang terjadi.



“Terakhir kali, dia menamparnya. Dan kali ini, dia menyiramkan air kepadanya. Aku penasaran apa selanjutnya. Jika aku menjadi nya, aku akan memutuskan dia sejak lama,” jelas Xiao Lu, memberitahu.

“Mungkin mereka bersama karena satu suka memukul. Satu suka dipukul. Atau cowok itu mungkin melakukan sesuatu yang membuat dia marah,” balas Pi Pi mengomentari dengan berbisik.


Xiao Lu tampak tidak senang dengan komentar Pi Pi. Dengan tegas ia menyuruh agar Pi Pi mengurusi Jia Lin saja dulu. Dan ia membela si cowok yang bukanlah orang yang jahat.



Saat si cowok keluar dari kamar mandi. Xiao Lu segera mengambil alih pel yang dipegang Pi Pi dan mengusir agar Pi Pi menjauh. Dan dari jauh, Pi Pi memperhatikan serta mendengarkan betapa perhatiannya sikap Xiao Lu kepada si cowok.



Xiao Lu duduk disamping si cowok dan menyemangatinya. Saat si cowok bercerita kalau ia merasa masih ada jarak antara dirinya dan ceweknya, serta mau menyerah.

Xiao Lu langsung membalas, kalau jarak bukanlah masalah dan si cowok sudah banyak bertindak untuk si cewek.


“Jangan pikirkan. Aku tidak ingin mengeluh kepadamu. Kamu akan terganggu jika aku meneruskan,” kata si cowok, merasa tidak enak, karena telah mengeluh tentang ceweknya.

“Tidak apa. Jika kamu mau bicara, aku akan mendengarkan. Kamu akan merasa lebih baik sesudahnya,” balas Xiao Lu, tidak merasa keberatan untuk mendengarkan.



Mendengar itu, Pi Pi pun protes karena tadi Xiao Lu tidak bicara seperti itu padanya. Tapi sebelum Pi Pi menyelesaikan protesnya, Xiao Lu langsung memotong dan dengan nada menyindir menyuruh agar Pi Pi segera keluar.

Jadi karena kesal, maka Pi Pi pun mengambil sebungkus snack yang berada disana. Dan menguncangnya dengan sengaja agar Xiao Lu sadar, lalu ia membawa snack itu dan keluar dari toko.

Dan dengan kesal, Xiao Lu hanya bisa melihat itu, tanpa berbuat apapun.



Sambil berjalan, dengan wajah yang tampak sangat bahagia, Pi Pi mengobrol bersama dengan Jia Lin melalui telpon. Disaat itu, Pi Pi melihat sebuah poster besar yang diangkat oleh orang pekerja.

“Jia Lin, apa kamu tau? ‘Gua’ ada konser tanggal 20 agustus… Ayo dapatkan tiketnya… Okay. Kamu yang beli…” kata Pi Pi berbicara ditelpon sambil tersenyum.




Gelembung- gelembung sabun bertebangan diudara. Dari arah depan Pi Pi, He Lan yang mengenakan kacamata hitam serta pakaian putih dan membawa tongkat, berjalan lurus kearah Pi Pi.

Sedangkan Dua orang anak buah He Lan, duduk di café yang tidak jauh dari situ dan mengawasi.




Disaat Pi Pi tidak menyadarinya dan melewatinya begitu saja. Maka He Lan pun berhenti berjalan dan memanggil Pi Pi. “Nona,” panggilnya. Dan karena dipanggil, maka Pi Pi pun berhenti dan memandangin He Lan.



He Lan mengingat masa indahnya bersama Pi Pi dulu (Hui Yang). Berangkulan. Bermain musik bersama. Menikmati suasana alam bersama.





“Mereka sudah jatuh cinta pada pandangan pertama selam ribuan tahun,” kata Xiu Xian (kemeja kuning) sambil tersenyum, mengomentari adegan antara He Lan dan Pi Pi yang sedang saling bertatapan.

“Apa? Bosan?” tanya orang kedua (kemeja putih), membalas sambil tersenyum juga melihat He Lan dan Pi Pi.

“Mungkin sedikit,” balas Xiu Xian. Dan tertawa.



Melihat He Lan yang berdiri disana setelah memanggilnya. Pi Pi pun menghela nafas dan sambil tersenyum Pi Pi  berjalan mendekati He Lan. Dan Xiu Xian yang melihat itu, mulai berhitung, 4… 3… 2… 1…

Post a Comment

Previous Post Next Post