Sinopsis Drama Taiwan : Angel n Devil Episode 05 - 2



Images by : GTV

Xiao Feng berdiri di atas gedung sekolah. Dia teringat saat hari kematian Xiao Yang. Saat itu, dia mendengar suara Xiao Yang yang memohon untuk tidak dibunuh. Akan tetapi, saat Xiao Feng ke sana, Xiao Yang sudah jatuh ke bawah. Dia melihat bayangan seseorang tetapi Xiao Feng kehilangan jejaknya. Saat itu, Kate juga ke atas dan Xiao Feng segera pergi dari sana.

Xiao Feng penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang membunuh Xiao Yang. Dia juga bertanya-tanya, apakah Xiao Yang tahu bahwa Charlie dan Xiao Xiong sangat mencintainya hingga rela memberikan hidup mereka?

“Aku tidak mengerti, apa yang kamu suka dari pembuat masalah dan raja sombong (Charlie) itu?” ujar Xiao Feng menyuarakan pikirannya. Dia tidak sadar kalau Charlie berdiri di belakangnya. “Setahuku seleramu terhadap pria tidak buruk. Kenapa bisa dengan laki-laki seperti dia. Jika kamu boleh memilih, kamu pasti akan memilih Xiao Xiong.”

“Sepertinya kamu menyukai pria mesum itu (Xiao Xiong),” ujar Charlie.

Xiao Feng jelas kaget karena Charlie berada di belakangnya. Dia memarahi Charlie karena menguping tetapi Charlie balas menegurnya karena membicarakan orang di belakang. Tetapi, Xiao Feng membantah hal tersebut.

Charlie kemudian melihat botol minum dan tempat bekal Xiao Feng. Dia menduga kalau Xiao Feng pasti tidak populer, makanya makan siang sendirian. Xiao Feng tidak mau kalah dan menuduh kalau Charlie juga sama sepertinya makanya ke sini. Charlie membantah hal itu, dia disini karena terlalu banyak orang yang ingin makan dengannya.

Charlie kemudian tanya kenapa Xiao Feng tadi bisa bilang kalau Xiao Yang bisa memilih dia akan memilih Xiao Xiong?

“Karena Xiao Yang dan aku tumbuh besar bersama. Karena kesukaanku dan Xiao Yang, hobi dan kebiasaan, semuanya sama,” jawab Xiao Feng.

“Karena kalian berdua punya selera yang sama, aku mohon padamu, jangan pernah suka padaku. Itu akan membuatku dalam posisi sulit.”

Xiao Feng jadi geregetan mendengarnya. Dia mulai berdebat lagi dengan Charlie dan menantangnya untuk bertarung. Tetapi, Charlie menolak untuk bertarung, karena dia tahu jika Xiao Yang ada disini, dia pasti tidak ingin melihat mereka bertarung.

Xiao Feng tercengang mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Charlie masih begitu memikirkan Xiao Yang, yang berarti Charlie sangat mencintai Xiao Yang.


Ding Dang pergi ke ruang klub tinju. Dia begitu bersemangat untuk mendaftar menjadi anggota klub tinju demi dapat bertemu Ji An. Akan tetapi, dia mengalami cobaan berat. Di depan klub tinju, bertengger kura-kura, binatang yang paing di takuti-nya.


Setelah melalui perundingan panjang dengan dirinya sendiri, Ding Dang memutuskan untuk melawan kura-kura tersebut. Dia menggunakan palu mainan (yang tiba-tiba muncul entah darimana) untuk memukul kura-kura, tetapi kura-kura jauh lebih kuat. Sebelum palu sempat mengenai kura-kura, kepala palu sudah terjatuh lepas dari gagangnya. (hahahha)


Ding Dang segera meratapi sedih. Kenapa perjalanan cintanya sangat sulit?

Tetapi, keberuntungan masih dipihaknya. Ji An keluar dan melihat Ding Dang. Ding Dang sangat senang karena dapat bertemu dengan Ji An. Saking senangnya, dia sampai berpikir dalam hati kalau Ji An pasti punya perasaan padanya.

“Tidak,” jawab Ji An tegas mendengar isi hati Ding Dang.

“Dia bahkan bisa mendengar suara hatiku,” pikir Ding Dang.

Ji An cuma bisa memandang Ding Dang dengan pandangan seolah berkata : ‘kenapa ada anak seaneh dia?’

Ding Dang segera mengemukakan alasannya datang untuk menyerahkan formulir bergabung dengan klub tinju. Ding Dang mengisi formulir itu dengan banyak tanda hati.


Ji An tidak menerima Ding Dang bergabung begitu saja. Pertama, dia mengetes kemampuan Ding Dang dalam melompat. Dan Ding Dang dapat melompat tinggi, sehingga dia lulus tes pertama. Kedua, adalah mengetes kemampuan Ding Dang dalam menghindar. Dan ternyata, Ding Dang dapat bergerak dengan sangat cepat sehingga dia lulus tes kedua. Tes terakhir adalah untuk mengetahui apakah hidung Ding Dang asli atau palsu.

Cara tes-nya?

Ji An meninju hidung Ding Dang dengan kuat hingga mimisan. Ding Dang sampai terjatuh.

“Besok adalah kelas pertama. Jangan terlambat,” beritahu Ji An.

Awalnya, Ding Dang hendak marah karena di tinju tiba-tiba tetapi mendengar dia sudah diterima bergabung klub tinju, rasa marahnya berubah menjadi kegembiaraan.

“Eh.. Aneh. Apa hubungannya hidungku dengan tinju?” Ding Dang bertanya-tanya pada dirinya sendiri dengan bahasa Thai.

“Jika hidungmu palsu, itu pasti sudah patah saat ku tinju,” jawab Ji An memberitahu.

Ding Dang mengerti. Tetapi, dia kemudian tersadar, apa Ji An ngerti bahasa thai? Tadi dia kan bicara pakai bahasa Thai?

Bel pulang sekolah berbunyi,
Xiao Feng melihat tumpukan bunga yang masih ada di tempat kemarin. Dan dia juga melihat Charlie yang berada di sana dan sedang memandang tumpukan bunga untuk Xiao Yang.

Saat itu, Xiao Feng melihat ke atas, dan melihat sebuah pot bunga yang akan terjatuh ke arah Charlie. Xiao Feng segera berteriak memanggil Charlie dan berlari untuk menolong Charlie.

Tetapi, gerakan Charlie lebih cepat sehingga dia bisa menghindari pot bunga yang terjatuh tersebut. Sementara, Xiao Feng malah jadi luka karena hampir terkena pot bunga yang dihindari Charlie.

“Jangan bilang kalau kamu jadi luka karena berusaha menolongku,” ujar Charlie. “Jika kamu tidak bisa menghindari hal seperti ini, jangan pikir kamu bisa melindungi orang lain,” sinir Charlie

Xiao Feng jadi kesal mendengarnya. Mereka akan mulai berdebat lagi, tetapi Charlie memilih untuk pulang dan mengabaikan Xiao Feng.

“Aku sudah memperingatimu untuk tidak jatuh cinta padaku,” ujar Charlie sebelum pergi.

Xiao Feng benar-benar keki mendengarnya.

Hari sudah malam,
Xiang Ning sudah menunggu Xiang Qing di depan gedung konser. Saat Xian Qing datang, Xiang Ning segera menyerahkan tas pakaian Xiang Qing dan setelah itu Xiang Qing segera masuk ke dalam gedung. Sebelum masuk, dia mengingatkan agar Xiang Ning menunggunya hingga selesai konser baru pulang bersama.


Di luar saat menunggu Xiang Qing, Xiang Ning kembali bertemu dengan Hu Po. Hu Po mengira kalau Xiang Ning lagi mencari kakaknya, dan menawarkan bantuan untuk mencari bersama. Xiang Ning menolak karena sekarang dia sudah tahu dimana kakaknya sekarang jadi tidak perlu di cari. Hu Po mengerti.

Xiang Ning menerima pesan dari Xiao Xiong untuk menangkap iblis. Xiang Ning segera pamit pergi pada Hu Po. Sebenarnya, Xiang Ning sedikit khawatir untuk pergi meninggalkan Xiang Qing, tetapi karena Xiang Qing ada di dalam gedung, harusnya tidak ada masalah.

Xiang Ning dan anggota KO Bad Girls sedang berias untuk menyamar. Xiang Ning melihat kaca rias, dan bertanya-tanya kenapa apa Hu Po benar-benar tidak bisa mengenali wajahnya lagi?


Xiang Ning duduk di rerumputan hijau dengan wajah tertutup kantong kertas. Dia menangis dengan penuh kesedihan. Xiang Ning melepas kantong kertas tersebut, dan di depannya sudah ada Xiao Xiong. Xiao Xiong menawarkan untuk mengabulkan keinginan Xiang Ning.

“Aku hanya ingin mengubah penampilanku. Bisakah kamu melakukannya?


Xiang Qing telah selesai menonton konser. Dia sedang menunggu Xiang Ning. Dia sedikit kesal karena gedung konser sudah hampir kosong tetapi Xiang Ning belum kembali juga. Xiang Qing menelpon Xiang Ning dan tidak menyadari, sekumpulan pria sedang bertengkar dan melempar botol kaca. Botol itu mengenai Xiang Qing.

Xiang Ning menerima telpon dari handphone Xiang Qing.

Dia berlari kencang pulang ke rumah.

Xiang Qing sudah berada di rumah bersama Hu Po.

Xiang Ning masuk dengan panik dan ibu yang melihatnya segera menampar Xiang Ning dengan keras. Hu Po sampai terkejut melihatnya. Ibu memarahi Xiang Ning karena membawa Xiang Qing ke tempat aneh dan meninggalkannya disana (padahal Xiang Qing yang mau ke sana sendiri. Jadi, dia pasti bohong sama ibu.)  

Xiang Qing memegang kepalanya yang luka dan sudah di obati. Dia berpura-pura lemah. Xiang ning berusaha menjelaskan tetapi Ibu menyuruhnya diam dan tidak usah menjawab. Xiang Qing sendiri memberi tanda pada Xiang Ning untuk diam.

Hu Po berusaha menjelaskan situasi tetapi Xiang Qing segera berteriak kalau kepalanya sakit. Xiang Ning khawatir dan bertanya apa yang terjadi?

“Kakakmu pergi ke konserku, tetapi disana ada beberapa orang yang berkelahi selesai konser dan seseorang melempar botol kaca. Dan itu mengenai kepalanya,” jelas Hu Po.

Xiang Ning terkejut mengetahui kalau itu adalah konser Hu Po. Sementara Ibu yang mendengar kalau Xiang Qing menonton konser, jadi diam. Sementara Xiang Qing dengan suara lembut, dia memegang tangan Hu Po dan berterimakasih atas pertolongannya.



Ibu tidak suka mendengarnya. Dia menarik telinga Xiang Ning dan menyebut kalau semua adalah kesalahan Xiang Ning. Dimana Xiang Ning saat Xiang Qing terluka? Bagaimana kalau lukanya berbekas? Siapa yang akan tanggung jawab.
Xiang Ning menangis memintamaaf. Tetapi, Ibu terus memarahinya. Dia menyebut Xiang Ning yang pura-pura menangis agar dia kasihan. Hu Po benar-benar tidak tega melihat kelakuan Ibu pada Xiang Ning.

Hu Po berusaha membela Xiang Ning. Ibu tidak suka dan memarahi Hu Po. Xiang Qing segera membela Xiang Ning untuk mendapat perhatian Hu Po.

“Terus siapa yang harus disalahkan? Keluarga kita akan lebih baik jika tidak memiliki anak seperti dia (Xiang Ning),” marah Ibu dan masuk ke kamarnya.

Xiang Ning masih menangis. Dan ketika matanya bertatapan dengan Hu Po, Xiang Ning segera berlari keluar rumah. Dia merasa malu. Hu Po hendak mengejarnya.

Tetapi, Xiang Qing menarik tangan Hu Po. Dia berterimakasih dan meminta maaf karena Hu Po harus melihat keluarganya yang seperti itu.
Xiang Ning duduk di rerumputan dan merenung.

“Apa gunanya menjadi cantik? Aku masih harus memohon untuk mendapat cinta orang-orang.”

Hu Po menghampirinya dan bertanya keadaan Xiang Ning. Xiang Ning tentu terkejut karena Hu Po menemukannya. Hu Po duduk di samping Xiang Ning. Dia memberitahu kalau dia merasa khawatir dengan Xiang Ning makanya dia mencari Xiang Ning. Xiang Ning merasa bersalah dan meminta maaf.

“Dimatamu, apakah kami terlihat seperti keluarga?” tanya Xiang Ning dengan sedih.

Hu Po melihatnya dari samping. Dan lagi-lagi, Hu Po teringat gadis yang selalu memainkan piano di sekolahnya dulu.


Di sekolah Hu Po dulu, Hu Po selalu berdiri di kejauhan untuk menikmati permainan piano seorang gadis. Gadis itu Xiang Ning.

Xiang Ning tiba-tiba berhenti memainkan piano-nya. Hu Po heran dan bertanya kenapa dia berhenti bermain? Xiang Ning terkejut karena ada orang lain disana selain dirinya. Dia segera berbalik dan menyembunyikan wajahnya yang mempunya luka besar.

“Ini aneh. Kenapa setiap kali melihatmu, aku teringat orang lain?” ujar Hu Po.

“Siapa?”

“Seorang gadis yang selalu ku khawatirkan,” beritahu Hu Po.

“Dan dimana gadis itu sekarang?” tanya Xiang Ning, tidak menyadari kalau gadis yang dimaksud Hu Po adalah dirinya.

“Aku penasaran siapa gadis yang bisa membuat Hu Po selalu khawatir.”

Hu Po tidak menjawab pertanyaan Xiang Ning. Dia menawarkan untuk mengantar Xiang Ning pulang karena sudah larut malam. Mereka bisa berbincang lagi lain kali.

Dirumah,
Xiang Ning sedang membereskan barang-barangnya. Xiang Qing tiba-tiba masuk dengan wajah marah. Dia menginterogasi Xiang Ning yang di antar Hu Po pulang?

“Kami hanya bertemu di jalan, jadi dia mengantarku pulang,” bohong Xiang Ning.

“Aku tidak peduli siapapun yang kamu suka, tapi orang itu tidak boleh Hu Po. Dia milikku. Jika kamu tidak perlu apapun, menjauh darinya,” perintah Xiang Qing dan segera pergi.


Post a Comment

Previous Post Next Post