Company name : Citizen Kane
Krit mengunjungin Ayahnya yang
sedang bekerja. Mungkin Ayah Krit bekerja di tempat pemakaman, tempat abu orang
yang telah tiada diletakan.
“Aku datang untuk membawa uangmu.
Semua uang Dilok telah ditransfer kepadaku,” jelas Krit.
“Aku akan membawa semua uang itu dan
memberikannya kepada anggota D.S yang telah ditipu,” balas Kad.
“Terserah kamu, yah,” kata Krit.
Kad tampaknya tidak mau berbicara
banyak lagi kepada Krit dan melanjutkan pekerjaannya. Dan dengan agak sedikit
ragu awalnya, Krit mengatakan bahwa ia ingin mengajak Ayahnya untuk tinggal
bersama. Tapi Kad menolak, karena ia lebih nyaman disini.
“Segala yang kulakukan adalah karena
aku membalas dendam mu, yah. Itu tidak berarti apa-apa kan?” kata Krit.
“Apa yang kubilang padamu 10 tahun
lalu? Apa kamu mendengarkanku? Aku tidak ingin balas dendam. Alasan aku masuk
penjara adalah karena aku ikut bersalah telah membangun perusahaan itu. Orang
yang mau membalas dendam itu adalah kamu, Sharkrit,” balas Kad.
“Itu tidak benar. Aku melakukan itu
untukmu,” kata Krit.
“Kamu memilih jalan yang salah,
bahkan sejak kamu pindah ke Hong Kong. Kamu berjalan dalam kegelapan. Aku
memperingatkamu berkali- kali, tapi kamu tidak percaya aku,” balas Kad.
Walaupun telah diingatkan Krit tetap
berkata bahwa itu semua untuk Ayahnya. Jadi mendengar itu lagi, Kad menanyakan,
jika Krit memang bisa membunuh Dilok, maka apa yang akan terjadi pada anak dan
istrinya kelak. Dan Krit terdiam, tidak bisa menjawab.
Dicafe. Setelah selesai berbicara
dengan pengacara, Yada mengistirahatkan dirinya, karena merasa pusing. Dan
melihat itu, Krit datang mendekati Yada dan duduk disebelahnya.
“Kamu tidak boleh stress, ketika
kamu sedang hamil,” kata Krit.
Tanpa menjawab, Yada mengeluarkan
uang dari dompetnya dan meletakan itu di meja. Lalu ia keluar dari café. Dan
tentu saja, Krit langsung mengikutinya.
“Da, kamu masih menyetir?” tanya
Krit, merebut kunci mobil ditangan Yada.
“Aku tau apa yang boleh kulakukan.
Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kamu tidak perlu khawatir,” balas Yada, tapi
Krit tidak mau mengembalikan kunci mobilnya.
Krit mengajak Yada untuk memulai
segalanya lagi dari awal.
“Ayahku melakukan kesalahan yang tak
termaafkan. Jadi bagaimana bisa kita bersama? Aku anak dari orang yang kamu
benci,” kata Yada.
“Kamu dan Ayahmu berbeda,” balas
Krit.
“Kamu bisa memisahkan itu, tapi aku
tidak. Aku bisa menerima kalau kamu membunuh Ayahku, tapi aku tidak menerima
kamu bermain dengan kehidupan keluargaku. Kamu membuat kami seperti terbakar
dalam api. Bahkan walaupun kamu cuma mau membalas satu orang, tapi kamu
menyakiti setiap orang,” jelas Yada.
Krit meminta maaf kepada Yada, tapi
Yada tidak bisa menerima maaf dari Krit. Dan ia menjelaskan kalau Ayahnya
(Dilok) akan mendapatkan hukuman segera, jadi itu artinya kali ini semuanya
antara mereka akan benar- benar berakhir.
Lalu Yada mengambil kembali kunci
mobilnya dari tangan Krit. Dan pergi meninggalkan Krit yang tampak tidak bisa
melakukan apapun lagi.
Dikamar. Kwan tampak telah lumayan
pulih dan sekarang ia sedang menyiapkan barang jualannya. Dan ketika ia
mendengar, seseorang mengetuk pintunya, ia segera menyembunyikan barangnya
dibawah selimut.
“Terlambat Kwan,” kata Khem yang
masuk sambil membawakan makanan dan air.
Khem membuka selimut Kwan dan
mengambil barang itu, lalu ia meletakan itu diatas meja. Dan karena telah
ketahuan, maka Kwan pun hanya bisa tersenyum saja.
“Khun Na sudah bilang padamu untuk
banyak istirahat. Bukankah kamu sudah menutup website belanjamu?” tanya Khem.
“Aku melakukan ini gratis untuk
klien. Aku mau memberikan itu sebagai hadiah. Dan aku bosan tidur terus,” jawab
Kwan.
Disaat Tassana lewat depan kamar
Kwan. Ia mendengarkan pembicaraan antara Kwan dan Khem didalam kamar.
“Aku tidak ingin menganggu P’Na
lagi. P’Na tidak bisa pergi jauh kemanapun. Dia selalu berakhir putus dengan
pacarnya, karena dia selalu menjagaku. Orang sakit yang alergi kepada banyak
hal didunia. P’Na menghabiskan banyak uang untuk obat dan ini dan itu. Itu
mengapa P’Na melakukan pekerjaan kotor untuk P’Krit. Segalanya karena aku. Aku
seharusnya tidak pernah lahir,” kata Kwan, bercerita.
Setelah Kwan selesai bercerita
kepada Khem. Tassana masuk kedalam kamar dan mendekati Kwan, ia menggenggam
tangan Kwan.
“Itu tidak benar Kwan. Aku akan
menjagamu. Seorang kakak memang harus menjaga adiknya selalu. Jika aku tidak
punya kamu, aku tidak bisa hidup. Hatimu lebih kuat daripada yang lain, kamu
berjuang untuk hidup, kamu tidak pernah menangis betapapun kamu sakit,” kata
Tassana.
Lalu akhirnya Tassana memutuskan
agar mereka tidak perlu pindah lagi. Dan tentu saja, Kwan merasa sangat senang.
Mereka berdua lalu berpelukan. Dan Khem diam memperhatikan mereka berdua.
Dihalaman. Tassana bertanya apa itu
benar, karena Kwan berkata kalau Khem menyukai rumah ini juga. Dan Khem
membenarkan.
“Aku suka rumah ini. Memiliki
seseorang yang menunggu mu dirumah, itu adalah kehangatan yang tidak pernah
kuterima sebelumnya,” kata Khem.
“Bisakah aku menjadi orang itu?
Orang yang selalu menunggumu dirumah, tidak akan kemanapun,” balas Tassana.
Khem meminta maaf, karena selalu
melihat kesalahan orang lain tanpa melihat diri sendiri. Bahkan walau Tassana
mau menjelaskan, ia tidak pernah mau mendengarkan.
“Ayo lepaskan masa lalu. Ayo tidak
menjadi seperti Khun Krit,” kata Khem, lalu mendekat dan berbisik ditelinga
Tassana,” selain mencintai rumah ini, aku juga mencintai pemiliknya juga.”
Dan dengan penuh kebahagiaan, mereka
saling berpelukan bersama. Sambil saling tersenyum. Lalu setelah itu, mereka
bergandengan tangan masuk kembali kedalam rumah.
Ditempat lain. Dirumah bulan madunya
dulu bersama Yada. Krit mengingat setiap nasihat dari Ayahnya. Dan disana ia
membakar lukisan borgol dengan rantai yang berada dirumahnya. Bahkan Krit juga
membakar semua barang masa lalu nya, yaitu tasnya dan buku- bukunya.
Dipagi hari yang cerah. Dengan
bersemangat Trai menarik tangan Yada menuju keruang tamu. Lalu disana Nee
memberikan salam kepada Yada, menyapanya. Dan tanpa menjawab Trai langsung
mendekati Nee, memegang pundaknya.
Tapi lucunya, Nee malah menyikut
pelan pinggang Trai. Sehingga Yada menjadi heran. Lalu Trai pun melepaskan
tangannya yang memegang pundak Nee.
“Kami datang untuk meminta izin
berpacaran,” kata Trai.
“Tapi jika kamu tidak setuju, kami
mengerti,” tambah Nee dengan cepat.
“itu hidup kalian, aku tidak berhak
untuk menolak,” kata Yada.
“Itu berarti kamu okay dengan itu?”
tanya Trai.
“Kamu harus meminta izin dari Khun
Krit dulu. Tapi aku kamu yakin, dia akan membiarkanmu berkencan dengan Nee? Dia
masih marah pada Ayah.”
“Sekarang P’Krit telah pergi. Dia
mungkin sudah sadar,” jelas Nee.
Dengan lembut Trai kembali merangkul
pundak Nee. Lalu Nee pun menjelaskan kalau sebenarnya dia dan Trai telah
memutuskan untuk menikah akhir tahun ini. Dan jelas saja, Yada terkejut, tapi
ia tidak menolak sama sekali.